TAK bisa dipungkiri, kontribusi Prof Kees Bertens di bidang etika terapan, sejarah filsafat Barat untuk Indonesia benar-benar tiada duanya. Tak mungkin ada kalimat yang secara adil bisa menggambarkan semuanya terkait kontribusi dan dampak dari tulisan-tulisannya bagi bangsa Indonesia.
Cintanya kepada bangsa Indonesia sungguh mengesankan. Penguasaan berbahasa Indonesia melampaui kami orang orang Indonesia. Bila Anda ingin mengenal secara benar sejarah filsafat dalam bahasa Indonesia, tetapi Anda tidak membaca buku bukunya, hampir bisa dipastikan Anda akan terjebak dalam diksi-diksi filosofis yang rancu.
Romo Bertens tak ayal lagi mengajar filsafat kepada ribuan manusia manusia Indonesia lewat buku buku sejarah filsafatnya dalam ketepatan dan akurasi terminologi dan uraian yang apik, rapi, pas.
Memang, untuk mengalihkan terminologi-terminologi dan skema-skema berpikir filosofis dari konteks Barat ke kemah rumah kita (Indonesia) diperlukan pengenalan bahasa-bahasa terkait yang mumpuni. Kita difasilitasi dalam cara yang mengesankan oleh Prof Bertens.
Romo Prof Bertens barangkali bukan “public figure”. Kita jarang melihatnya tampil di layar televisi. Tetapi dia salah satu pionir utama pilar pilar institusi etika di universitas. Pusat etika Atmajaya menjadi salah satu “mercusuar” perwujudannya. Semoga “mercusuar” itu tetap bernyala dan tetap guiding bagi kapal bangsa Indonesia.
Himpunan Dosen Dosen Etika Se-Indonesia (HIDESI) adalah buah persahabatan dan kolaborasinya yang indah dan tekun bersama banyak tokoh seperti Romo Prof Dr Franz Magnis-Suseno, Almarhum Romo Rekso Susilo, Almarhum Prof Dr Alois Agus Nugroho, dan banyak sahabat.
Prof Bertens memiliki ketekunan dan kedalaman dalam mengurai sejarah filsafat Barat dan etika bisnis. Dalam hal komprehensibilitas dan kedalaman, bukunya tentang etika bisnis (etika terapan) juga sejarah filsafat sulit dicari kembarannya (dalam bahasa Indonesia).
Seorang filosof yang ramah, menyapa, berdialog, kolaboratif (saya tandem dengan beliau dalam mengajar etika bisnis di Pascasarjana Universitas Widya Mandala Surabaya untuk banyak tahun sampai beliau tidak bisa lagi ke Surabaya) menumbuhkan, mencarikan scholarship dan menghubungkan murid-muridnya dengan lembaga lembaga yang kelak bisa mengembangkan kapasitas dan karir filosofis mereka.
Pater Kees Bertens lahir di Tilburg, Belanda pada tahun 1936 ( 88 tahun). Ia meninggal di Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta, Jumat, 19 Juli 2024, pukul 18.38 WIB, Pater Kees, selamat jalan. Selamat berjumpa dengan Tuhan yang Pater rindukan selama hidupmu.
Masuklah ke keabadian bersatu dengan Sang Sumber Kebaikan, Keindahan, dan Kebenaran, “Sang Ada” itu sendiri. Buon viaggio, Pater Kees! (Prof Dr FX Eko Armada Riyanto, CM, dosen Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, Malang. Sumber: Fb Armada Riyanto)