Sang Bunda Meninggal, Kondisi Bayi 1 Tahun dan Seorang Pasien Kurang Mampu Asal Kabupaten Yahukimo Memprihatinkan - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Sang Bunda Meninggal, Kondisi Bayi 1 Tahun dan Seorang Pasien Kurang Mampu Asal Kabupaten Yahukimo Memprihatinkan

Maleaki Ahayon, bayi laki-laki berusia 1 tahun 3 bulan yang saat ini tengah mendapat penanganan intensif petugas medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abepura. Ia divonis menderita gizi buruk sejak lahir dan ditinggal sang bunda yang meninggal dunia setelah melahirkan bayi itu. Maleaki sedang digendong keluarga. Foto: Istimewa

Loading

JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Dua pasien orang asli Papua dari keluarga tidak mampu asal Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, sepekan terakhir masih mendapat perawatan intensif petugas medis di dua rumah sakit berbeda di Jayapura, kota Provinsi Papua.

Salah seorang pasien, Maleaki Ahayon adalah bayi laki-laki berusia 1 tahun 3 bulan. Ia divonis menderita gizi buruk sejak lahir dan kini mendapat penanganan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abepura sejak 12 Februari 2024.

Maleaki berasal dari Distrik Ubahak, Yahukimo. Beberapa hari sesudah ia lahir pada November 2022, sang bunda meninggal karena sakit dan terlambat mendapat penanganan medis.

“Kebetulan beberapa waktu lalu saya ke Distrik Anggruk dan dapat informasi soal Maleaki. Anak ini menderita gizi buruk. Mamanya meninggal satu dua hari setelah melahirkan. Maleaki kemudian diambil oleh kakak dari almarhumah,” ujar Anggota Komisi V DPR Papua Nathan Pahabol, S.Pd melalui keterangan tertulis yang diperoleh Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Minggu (18/2).

Menurut Pahabol, kondisi Maleaki memprihatinkan. Informasi yang diperoleh dari keluarga menyebutkan, selama satu tahun lebih, Maleaki hanya berada dalam noken dan kurang mendapat asupan gizi cukup untuk tumbuh kembangnya. Akibatnya, kondisi fisik Maleaki kurus. Kakinya mengecil, leher belum kuat, dan belum bisa jalan.

“Merasa prihatin, saya berinisiatif kirim dia dan keluarganya dari Anggruk ke Jayapura dan dirawat di RSUD Abepura. Sudah lima hari dia dirawat di sana. Kemarin saya berkunjung dan puji Tuhan sudah ada perubahan,” lanjut Pahabol.

Selain Maleaki, lanjut Pahabol, juga ada Kostan Lelampo (16) seorang pasien asal Yahukimo yang menderita tumor di atas hidung. Lelampo kini tengah dirawat di Rumah Sakit Dian Harapan, Waena.

Lelampo sudah dioperasi dan telah menjalani tiga kali perawatan di rumah sakit tersebut pada Selasa-Selasa (5-12 Desember 2023). Lelampo kemudian menjalani perawatan kedua pada Selasa-Jumat (26/12 2023-5/1) dan perawatan ketiga pada Jumat-Rabu (12-24/1). Saat ini, ia sedang bersiap menjalani operasi berikutnya.

“Baik Maleaki dan Lelampo adalah pasien orang asli Papua dari keluarga tidak mampu. Mereka tidak punya Kartu BPJS,” ujar Pahabol yang juga Ketua Fraksi Gerindra DPR Papua.

Pahabol, anggota DPRP Daerah Pemilihan (Dapil) Yahukimo, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Papua, terutama Penjabat Gubernur, Kepala Dinas Kesehatan, Direktur RSUD Abepura, serta Direktur RS Dian Harapan yang telah menangani dan melayani kedua pasien ini dengan baik.

“Khsusus kepada RSUD Abepura, saya benar-benar salut karena walau sudah beda provinsi tapi masih mengutamakan kemanusiaan dan menolong warga dari Yahukimo. Sebab secara administarasi dan pembiayaan tentu sudah berbeda,” kata Pahabol

Pahabol juga meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Pegunungan, terutama Penjabat Gubernur dan Kepala Dinas Kesehatan agar segera mengambil kebijakan untuk mennyelamatkan dan memproteksi pasien asal Papua Pegunungan yang banyak dirujuk ke sejumlah rumah sakit di Jayapura.

“Bapak Penjabat Gubernur Dr Velix Wanggai, kami mohon dengan hormat bisa berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Papua Pegunungan untuk berkomunikasi dengan RSUD Jayapura dan RS Dian Harapan agar bisa membantu administrasi bagi kedua pasien ini. Tentunya juga membantu pasien-pasien lain asal Papua Pegunungan. Ada jatah dana otsus yang menjadi hak mereka,” kata Pahabol, Ketua Partai Gerindra Papua Pegunungan.

Pahabol mengakui, pasca hilangnya Kartu Papua Sehat (KPS) 2021 di era Gubernur Lukas Enembe, orang asli Papua terutama yang tinggal di wilayah daerah otonom baru yang terpencil dan belum memiliki KTP, kehilangan proteksi kesehatannya. Banyak pasien dari Papua Pegunungan dirujuk ke sejumlah fasilitas kesehatan di Jayapura namun tak memiliki BPJS. Mereka membiayai dirinya sendiri.

“Saat ini kita sudah beda provinsi, namun kita tentu juga mempertimbangkan keuangan rumah sakit. Oleh karena itu, saya meminta kepada Pemprov Papua Pegunungan, bisa belajar dari Provinsi Papua Tengah yang sudah jalankan program Kartu Otsus Sehat sehingga warga asli Papua yang berobat ke rumah sakit mana saja di Jayapura, bisa dilayani gratis,” ujarnya.

Pahabol juga mendapatkan informasi, pasien tumor asal Yahukimo Lelampo ternyata selama ini mendapatkan bantuan dari Program Kartu Otsus Sehat (KO Sehat) Papua Tengah yang sedang dijalankan Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Papua Tengah di bawah kepemimpinan Dr dr Silwanus Sumule, Sp.OG(K).

Untuk itu, pihaknya menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Pemprov Papua Tengah, khususnya Penjabat Gubernur dan jajaran Dinas Kesehatan yang telah membantu Lelampo dengan Program KO Sehat.

“Program KO Sehat itu sebuah kebijakan yang bagus dari Pemprov Papua Tengah untuk memproteksi warganya. Ini layak ditiru Papua Pegunungan. Terima kasih atas bantuannya buat anak Kostan selama ini. Jika dalam program ini dibuat Juknis untuk membantu pasien asli Papua tidak mampu dari provinsi lain di Tanah Papua, seperti beberapa persen untuk pasien non OAP pada Program KPS dulu, saya kira itu sangat mulia,” ujar Pahabol. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com).

 

Tinggalkan Komentar Anda :