Melanesian Youth Diplomacy Forum: Papua Bagian Integral Indonesia Sejak 1 Mei 1963

Melanesian Youth Diplomacy Forum: Papua Bagian Integral Indonesia Sejak 1 Mei 1963

Acara Silaturahmi Merah Putih yang diselenggarakan Melanesian Youth Diplomacy Forum (MYDIF) memperingati Integrasi Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Jayapura, Papua, Rabu (1/5). Tampak (dari kiri bagian depan) Wakil Ketua MRP Max Abner, Ketua MYDIF Steve Mara, Kapolda Papua Mathius D Fakhiri, Asintel Kodam XVII/Cenderawasih Kol Luhut Sidabarita, dan moderator Pendeta Desi Daimboa. Foto: Istimewa

Loading

JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — 1 Mei diperingati sebagai Hari Integrasi Papua ke dalam pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Secara de facto, 1 Mei 1963 Irian Jaya (kini, Papua) diserahkan Otoritas Eksekutif Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Temporary Executive Authority (Untea) kepada Indonesia sebagai pemilik sah wilayah Papua.

“Sejak Indonesia merdeka tahun 1945 dari Belanda, wilayah yang diserahkan kepada Indonesia adalah dari Sabang sampai Maluku. Sedangkan wilayah Papua diklaim oleh Belanda sebagai daerah yang masih menjadi wilayah kekuasaan Belanda,” ujar Ketua Melanesian Youth Diplomacy Forum (MYDIF) Steve Mara saat berlangsung acara Silaturahmi Merah Putih di Jayapura, Papua, Rabu (1/5).

Acara silaturahmi bertema Membangun Indonesia dari Papua menghadirkan Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri, SIK, Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Izak Pangemanan, M.Han, dan Wakil Ketua Majelis Rakyat Papua Max Abner Ohee dipandu moderator Pendeta Desi Daimboa.

Steve menjelaskan, hingga Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dilakukan di Den Haag tahun 1949, Belanda berjanji kepada Indonesia akan menyerahkan Irian Jaya satu tahun setelah KMB yaitu 1950. 

Kenyataannya, Irian Jaya tidak diserahkan namun Belanda menjanjikan kemerdekaan kepada orang Papua melalui pembentukan Organisasi Papua Merdeka (OPM), membuat bendera Bintang Kejora sebagai lambang budaya dan lagu Hai Tanahku Papua sebagai hymne orang Papua.

Melalui pidato Ratu Juliana tahun 1960, mimpi untuk merdeka yang dijanjikan Belanda mulai terbentuk dan berdirilah negara boneka buatan Belanda pada 1 Desember 1961. Merespon terbentuknya negara boneka Belanda, Presiden Soekarno mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora) di Alun-alun Timur Kota Yogyakarta. 

Isi Trikora yaitu pertama, gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda. Kedua, kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat, tanah air Indonesia. Ketiga, bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa. 

Presiden Soekarno membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Dalam pertempuran dengan Belanda di Laut Arafuru dengan KRI Macan Tutul, Laksamana Muda TNI Yosaphat Soedarso alias Yos Soedarso meregang nyawa. Pria kelahiran Salatiga, Jawa Tengah 24 November 1925 ini gugur setelah ditembak oleh Kapal Patroli Hr Ms Eversten, milik armada Belanda. 

“Ada sejumlah pahlawan nasional asal Papua yang ikut berjuang sejak awal kemerdekaan. Mereka adalah Frans Kaisiepo yang fotonya diabadikan dalam gambar uang Rp.10.000, Silas Papare, Marthen Indey, dan Johanes Abraham Dimara,” ujar Steve.

Selanjutnya, kata Steve, lahirlah Perjanjian New York (New York Agreement) antara Indonesia dan Belanda yang ditengahi oleh Amerika Serikat pada 15 Agustus 1962. Kemudian, Papua diserahkan kepada Untea. Pada 1 Mei 1963, Irian Jaya Papua diserahkan kepada pemiliknya yang sah yaitu Pemerintah Indonesia berdasarkan asas uti possidetis juris.

“Pada tahun 1969 dilakukan Act of Free Choice atau Penentuan Pendapat Rakyat, Pepera. Sebanyak 1025 orang Papua yang ikut dalam Pepera memilih untuk tetap bersama Indonesia. Dengan demikian, pada 19 November 1969 secara de jure Papua disahkan melalui Resolusi PBB Nomor 2504 menjadi bagian yang sah dari Indonesia,” ujar Steve.

Steve mengatakan, Silaturahmi Merah Putih melibatkan anak-anak muda Papua, anggota Polri-TNI, dan anggota MRP untuk mengenang perjuangan para pahlawan merebut Papua dari tangan penjajah.

“Momen ini juga kami gunakan untuk membangun semangat anak muda Papua dalam membangun masa depan tanah Papua lebih aman, damai, dan sejahtera. Kami mengusung tema Membangun Indonesia dari Papua untuk menunjukkan eksistensi anak muda Papua dalam bingkai NKRI,” ujar Steve. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :