MALANG, ODIYAIWUU.com — Dewan Pimpinan Wilayah Barat Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Nduga Seluruh Indonesia (IPMI) meminta Penjabat Gubernur Papua Pegunungan Dr Velix Vernando Wanggai, SIP, MPA ikut membantu menyelesaikan konflik horizontal di Kenyam, kota Kabupaten Nduga pasca pemungutan suara pada Pemilu 12 Februari lalu.
Para mahasiswa juga mendesak Penjabat Bupati Nduga Elai Giban, SE, MM segera menangani serius konflik agar kelompok-kelompok yang bertikai berdamai secara adat demi menghindari konflik kian meluas sehingga masyarakat kembali beraktivitas seperti biasa. Hingga kini, sebut mahasiswa, konflik telah memakan korban tiga warga sipil.
“Kami meminta Penjabat Gubernur Bapak Velix Wanggai menuju Kenyam untuk ikut membantu menyelesaikan konflik horizontal yang masih berlangsung hingga kini,” ujar Welinus Nirigi dan Laoren Kerebea dari IPMNI Wilayah Indonesia Barat melalui keterangan tertulis kepada Odiyaiwuu.com dari Malang, Jawa Timur, Kamis (6/6).
Perang antar kelompok bermula dari Pemilu serentak di Nduga pada 14 Februari 2024. Saat penghitungan suara dari Distrik Geselema, calon anggota DPRD dari PSI unggul peroleh suara dari Partai Golkar. Buntut hasil tersebut, terjadi perdebatan yang mengakibatkan penundaan untuk dilanjutkan penghitungan suara pada 15 Februari 2024.
Oleh karena Partai Golkar tidak menerima hasil tersebut sehingga terjadi tindakan kekerasan berencana yang berujung salah satu mahasiswa studi akhir meninggal dunia dan dua orang lainnya mengalami luka-luka krisis. Buntut kejadian tersebut terjadi perang hingga kini.
Para mahasiswa juga mendesak Penjabat Gubernur Velix Wanggai, Penjabat Bupati Elan Giban, dan KPU Kabupaten Nduga segera membentuk tim untuk menyelesaikan konflik horizontal yang terjadi di Kenyam.
“Kami juga mendesak Kapolres Nduga segera menghentikan konflik horizontal dan jangan membuka ruang atau membiarkan perang saudara terus berlanjut. Kami juga menuntut segera memproses pelaku sesuai dengan hukum yang berlaku di negara ini,” kata Nirigi dan Kerebea lebih lanjut.
Para mahasiswa juga mendesak segera memberhentikan Ketua DPRD Nduga Ikabus Gwijangge, SE dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nduga Lambani Gwijangge dari jabatannya karena telah melanggar kode etik dalam tugas selalui pimpinan daerah.
“Kami juga mendesak segera mencopot Ketua DPRD Nduga Ikabus Gwijangge dari keanggotaan Partai Polkar karena telah menyebabkan konflik horizontal hingga menimbulkan jatuhnya korban nyawa warga sipil. Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep dan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto segera ikut bertanggung jawab atas perang saudara yang sedang berlangsung di Nduga,” katanya.
Kedua belah pihak yang berkonflik didesak segera menandatangani perjanjian hitam putih (damai) dan berjanji tidak terjadi konflik susulan. Pihak keamanan juga diminta jangan memperpanjang masalah dengan pembiaran terhadap pelaku utama berkeliaran.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Kombes Pol Ignatius Benny Adi Prabowo kepada media ini sebelumnya mengatakan, personil Kepolisian Resor Nduga, Sabtu (1/6) kembali menangani pertikaian antara dua kelompok warga masyarakat yang bertikai di Kenyam, kota Kabupaten Nduga.
Menurut Benny, pertikaian antara kedua kelompok masyarakat kembali terjadi buntut kesepakatan pembagian hak suara saat Pemilihan Legislatif (Pileg) yang menggunakan sistem noken di wilayah itu.
“Bentrok kembali terjadi Sabtu (1/6) sekitar pukul 15.00 WIT di depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nduga. Pertikaian antara kedua kelompok tersebut sebelumnya juga pernah terjadi,” ujar Benny kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Selasa (4/6).
Benny menambahkan, pertikaian antar kelompok sudah berulang kali dan tercatat lima kali yakni pada 15 dan 16 Februari. Kemudian, terjadi lagi pada 4 dan 14 Maret lalu tanggal 14 April 2024.
Pertikaian kedua kelompok terjadi beruntun pasca kematian Delius Gwijangge. Delius meregang nyawa terkena anak panah pada saat terjadi perang suku Pok Geselema antara Ikabus Gwijangge dengan Tarni Wandikbo.
“Bentrok tersebut kembali terjadi karena masalah pembagian suara yang belum terselesaikan dan ini merupakan kejadian yang ketujuh kalinya,” kata Benny lebih lanjut.
Benny menjelaskan, dari pertikaian tersebut terdapat korban jiwa atas nama Lingganus Gwijangge. Lingganus merupakan korban dari pihak Ikabus Gwijangge.
“Korban terkena anak panah di bagian bahu sebelah kanan dan terdapat luka bacokan di bagian leher sebelah kanan yang menyebabkan korban meninggal di tempat,” katanya.
“Jenazah korban telah dibawa aparat gabungan TNI-Polri menuju kediaman Ikabus Gwijangge untuk dilakukan upacara adat,” ujar Benny lebih lanjut.
Kepala Kepolisian Resor Nduga AKBP VJ Parapaga mengatakan, saat menangani pertikaian antar kelompok pihaknya melakukan tindakan tegas terukur dengan menembakkan gas air mata ke arah dua kelompok dan menghimbau untuk segera membubarkan diri.
Permasalahan kedua belah kelompok sebenarnya telah dinyatakan selesai Sabtu (6/4) ditandai penandatanganan surat pernyataan dan perjanjian damai sehingga kejadian yang baru saja terjadi adalah karena ada yang belum mau menerimanya.
Usai pertikaian personel gabungan melakukan patroli di sekitar lokasi kejadian guna mengantisipasi bentrokan susulan. Para personil juga melakukan pendekatan ke para tokoh di Kenyam untuk membantu meredam kedua kelompok tersebut.
“Situasi saat ini terpantau aman dan kondusif, serta berharap masyarakat tidak mudah terprovokasi,” ujar Parapaga. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)