OKSIBIL, ODIYAIWUU.com – Sejumlah warga masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua mengeluhkan minimnya moda transportasi laut yang menghubungkan sejumlah distrik di wilayah itu guna memenuhi kebutuhan makanan dan minuman sehari-hari.
Selain itu, perahu motor tempel atau jonson yang merupakan moda transportasi laut guna memasarkan atau membeli kebutuhan sehari-hari dari Oksibol, kota Kabupaten Pegunungan Bintang menuju Jayapura, kota Provinsi Papua, juga masih mengalami kendala serius.
“Selama ini kalau kami bepergian ke sejumlah distrik untuk berjualan atau membeli bahan kebutuhan pokok, jonson masih jadi moda transportasi andalan meski jumlah armadanya masih sangat terbatas. Kalau kami ke Jayapura hanya dua pilihan yaitu menggunakan transportasi darat atau udara,” ujar Menius Deal, warga masyarakat Oksibil kepada Odiyaiwuu.com di Oksibil, kota Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Minggu (16/5).
Menurut Menius, bila menggunakan transportasi udara dilayani pesawat berbadan kecil seperti pesawat Associated Mission Aviation (AMA) milik Gereja Katolik, Mission Aviation Fellowship (MAF), milik sebuah lembaga penginjilan internasional yang bermarkas besar di Amerika Serikat, Inggris, dan Australia atau Yayasan Jasa Aviasi Indonesia (Yajasi) yang didirikan Agus Maniagasi, Oyang Amos Seseray, Hendrik Andreas Sarioa, Darsono Wijatmiko, dan Yan Mapaliey. Sayangnya, ujar Menius, biayanya sangat mahal dan tak dijangkau masyarakat berpenghasilan rendah di kampung-kampung.
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia melalui Direktorat Lalu Lintas Angkutan Laut jauh-jauh hari sudah berkomitmen melakukan terobosan mengoptimalkan tol laut dengan memperluas jangkauan hingga daerah pegunungan Papua yaitu dengan multimoda bekerjasama angkutan darat dan udara.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan Antoni Arif Priadi, mengatakan konektivitas multimoda transportasi laut, darat dan udara telah dilakukan oleh pihaknya dalam satu trip perjalanan dengan menggunakan kapal, truk kontainer dan pesawat.
“Konektivitas multimoda ini merupakan buktinya dari upaya pemerintah untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah pegunungan-pegunungan pada daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan) atau 3TP dan program strategis nasional Presiden Joko Widodo terlayani sampai ke wilayah pegunungan-pegunungan dan distrik-distrik di wilayah Papua,” ujar kata Antoni Arif Priadi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (8/2).
Minimnya jonson yang menjadi moda transportasi vital di sejumlah distrik di wilayah Pegunungan Bintang atau ke Jayapura, terasa sangat menyulitkan bagi warga masyarakat. Bahkan jonson yang saat ini dioperasikan warga banyak yang sudah rusak. “Kami minta agar Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo melalui kementerian dan lembaga terkait agar memperhatikan moda transportasi yang menghubungkan sejumlah distrik agar masyarakat dapat memasarkan atau membeli kebutuhan pokoknya,” kata Menius.
“Jonson adalah moda transportasi vital bagi warga. Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang perlu segera memikirkan masalah ini jika menginginkan daerah maju seperti wilayah-wilayah lain. Hal ini sejalan dengan Program Nawacita Presiden Jokowi menjangkau daerah-daerah terluar seperti Papua dalam hal pelayanan publik,” katanya. (Serius Kulka/Odiyaiwuu.com).