KENYAM, ODIYAIWUU.com — Pihak Tentara Nasional Pembebasan Nasional, sayap militer Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) mengklaim aparat keamanan Indonesia, sejak Senin (16/9) pukul 03.00 hingga siang WIT melakukan serangan udara ke markas TPNPB menggunakan dua helikopter di wilayah TPNPB OPM, Ndugama Darakma, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan.
“Kami menerima laporan resmi dari pasukan TPNPB Kodap III Ndugama Darakma menyebutkan bahwa hingga Senin (16/9) pukul 14:20 WIT aparat militer Indonesia sedang melakukan serangan udara ke markas TPNPB,” ujar Juru Bicara Markas Pusat Komnas TPNPB Sebby Sambom melalui keterangan tertulis yang diperoleh Odiyaiwuu.com dari Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, Senin (16/9).
Menurut Sebby, serangan udara tersebut menggunakan dua helikopter militer. Serangan dimulai sejak (Senin, 16/9) jam 03:00 subuh hingga siang ini. Aparat keamanan, ujar Sebby, juga melakukan pendropan pasukan menggunakan helikopter militer ke markas TPNPB sejak pagi dari Kenyam, kota Kabupaten Nduga. Kota Kenyam, lanjut Sebby, sudah dikuasai aparat keamanan Indonesia sejak pukul tujuh pagi waktu Papua.
Sebby menegaskan, pihak Komnas TPNPB OPM menilai pemerintah dan militer Indonesia tidak mempunyai niat baik untuk melakukan misi pembebasan sandera yang selama ini dilakukan oleh TPNPB demi kemanusiaan.
“Setelah kami mengeluarkan sikap untuk mengumumkan proposal pembebasan sandera melalui Tempo.co, aparat langsung melakukan serangan udara. Pada 17 September kami akan mengumumkan proposal pembebasan kapten Phillips Mark Mehrtens ke publik di tingkat lokal, nasional, dan internasional,” ujar Sebby.
Sebby menambahkan, manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB sebagai penanggung jawab perang mendesak kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk segera turun di Papua dengan misi pembebasan sandera Mehrtens, pilot asal Selandia Baru.
Mehrtens ditahan oleh Brigjen Egianus Kogeya dan pasukannya sejak 7 Februari 2023 di Paro, Nduga karena karena pilot tersebut telah masuk di wilayah larangan atau wilayah perang.
“Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB juga mengumumkan secara resmi bahwa kami siap membebaskan Mehrtens atas dasar kemanusiaan tetapi pemerintah dan militer Indonesia tidak mempunyai niat baik membebaskan pilot yang kami sandera,” kata Sebby.
Media ini sebelumnya memberitakan, Mehrtens, disandera anggota TPNPB-OPM pimpinan Egianus Kogeya setelah pesawat diserang di Lapangan Udara Paro, Distrik Paro, Nduga, Selasa (7/2 2023).
Dalam penyerangan tersebut, anggota TPNPB-OPM juga membakar pesawat milik maskapai Susi Air. Selain menahan Mehrtens, lima penumpang juga dikabarkan masih dalam penguasaan pasukan TPNPB-OPM.
“Untuk membebaskan Mehrtens, butuh tim khusus untuk melakukan pendekatan dengan berbagai pihak baik Pemerintah Nduga, tokoh agama, adat, pemuda, LSM, dan perempuan. Pihak-pihak tersebut diharapkan memberikan masukan, saran kepada tim pencari penyanderaan Philips Marthin. Namun, saya belum tahu apakah tim itu sudah dibentuk atau belum,” ujar aktivis dan pejuang HAM Papua Theo Hesegem kepada Odiyaiwuu.com dari Wamena, Papua Pegunungan, Jumat (10/2 2023).
Menurut Theo, perlu segera dibentuk tim khusus yang melibatkan pihak-pihak di atas guna membebaskan Mehrtens. Pihaknya juga menyesalkan sikap anggota TPNPB-OPM di bawah pimpinan Egianus Kogeya yang membakar pesawat dan menyandera Mehrtens. Seharusnya, kata Theo, pesawat Susi Air tidak perlu dibakar karena pesawat itu melayani masyarakat ke daerah-daerah terpencil. Pilot itu juga memberikan pelayanan masyarakat.
Theo mengaku, menyayangkan aksi pembakaran pesawat Susi Air disertai penyanderaan pilot itu karena mengganggu stabilitas bangsa Indonesia. Aksi itu mungkin dianggap sebagai salah satu cara mendesak pemerintah Indonesia dan dunia Internasional untuk mengakui perjuangan penentuan nasib sendiri. Papua merdeka.
“Saya sangat mengharapkan saudara Egianus Kogeya dan teman-temannya agar pilot dan 15 orang yang disandera pada 7 Februari 2023 itu segera dibebaskan. Saya juga bersyukur karena kabarnya 15 warga yang disandera sudah dibebaskan aparat keamanan atas kerja sama dengan masyarakat,” lanjut Theo
Theo juga mengharapkan agar Egianus Kogeya dan kawan-kawannya memperhatikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan Mehrtens sehingga dia tidak mengalami rasa takut dan trauma sepanjang hari selama berada tengah hutan. Saya percaya Mehrtens mungkin sedang trauma sehingga Egianus dan kawan-kawannya dapat memikirkan keluarga pilot itu,” kata Theo.
Menurut Theo, upaya pembebasan Mehrtens harus menggunakan pendekatan persuasif dengan Egianus dan kawan-kawan yang melibatkan semua pihak baik pemerintah, pimpinan Gereja, tokoh adat dan lain-lain.
Penyanderaan tersebut merupakan yang kedua kali setelah aksi penyanderaan tahun 1996 di Mapenduma, Nduga yang diikuti dengan operasi militer di beberapa kampung hingga membuat masyarakat menjadi korban.
“Sebagai pembela HAM saya mengharapkan agar peristiwa serupa tidak terulang lagi. Saya khawatir, masyarakat sipil bisa menjadi korban sehingga langkah terbaik adalah anggota TPNPB-OPM Ndugama segera membebaskan pilot itu. Bila penyanderaan merupakan bagian dari konflik bersenjata, kami mengharapkan pemerintah mengambil langkah mencegah terjadinya potensi kekerasan di tanah Papua,” ujar Theo. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)