JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Uskup Agung Merauke Mgr Petrus Canisius Mandagi dituding memiliki andil besar di balik ancaman hidup bagi umat di Merauke yang nyaris kehilangan dua juta hektar. Dukungan Uskup Mandagi terhadap pemerintah dan perusahaan seakan membuka bak neraka baru bagi umatnya.
“Jika kelak masyarakat adat lokal kehilangan hak-hak dasar, sumber-sumber mata pencaharian hidup yang produktif atas nama Program Strategis Nasional, PSN, maka di situ ada peran legitimasi gereja Katolik,” ujar awam Katolik Papua Kristianus Dogopia dan Stenly Dambujai melalui keterangan tertulis kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Senin (4/11).
Dogopia dan Dambujai mengatakan, Uskup Mandagi sebagai pimpinan gereja memainkan peran penting melalui relasi khusus. Peran Mandagi ini nampak dalam upaya mempercepat proses pengambilalihan hak-hak masyarakat adat oleh penguasa dan perusahaan.
Selain itu juga peran sang Uskup menekan ruang gerak masyarakat adat yang notabene merupakan umat Katolik Keuskupan Agung Merauke. Penguasa dan perusahaan, katanya, masuk melalui pintu gereja untuk memuluskan ambisinya.
“Uskup Mandagi mengeluarkan statemen dukungan terhadap orang atau kelompok elit yang berkuasa dan memiliki modal besar di publik merupakan pola baru dalam gereja Katolik di tanah Papua. Selama 119 tahun lalu, para misionaris maupun pimpinan gereja di keuskupan ini jarang mengeluarkan pernyataan kontroversial seperti itu,” katanya,
Selain itu, Mandagi dituding membawa perubahan arah pastoral di Keuskupan Agung Merauke yang berdampak pada kegaduhan, perpecahan, dan permusuhan. Pendekatan pastoral tidak mampu menyentuh kegelisahan dan harapan umat. Belum ada suara kenabian Mandagi yang dapat menyejukkan hati dan batin umatnya yang lama menderita. Malah ia membuat umat semakin terluka dan trauma.
“Hingga saat ini, Uskup Mandagi enggan melakukan klarifikasi atas pernyataannya yang kontroversial. Beliau justru memilih diam seribu bahasa. Bahkan tidak mau menggubris desakan para pihak, stakeholder agar meminta maaf supaya bisa menenangkan suasana hati umat yang terluka dan trauma,” ujar Dogopia dan Dambujai.
Puluhan awam yang terhimpun dalam Suara Kaum Awam Katolik Papua melakukan aksi protes terhadap Uskup Mandagi di Jayapura, Minggu (3/11). Protes dilakukan di Paroki Santo Fransiskus Asisi APO, Paroki Gembala Baik Abepura dan Paroki Kristus Terang Dunia Waena, Kota Jayapura, Papua. Aksi berlangsung dari pukul 09:30-10:23 WIT.
Aksi mingguan kelima itu berjalan lancer. Seperti biasanya, massa melakukan aksi bisu tanpa kekerasan. Setelah mengikuti Misa, mereka berdiri di halaman gereja dan memegang pamflet. Sebagian diletakkan di atas permukaan tanah agar semua orang dapat membacanya.
Khusus di Paroki APO, massa dibubarkan secara paksa oleh aparat keamanan dari Polresta Jayapura. Polresta hendak mengangkut massa aksi ke Polresta Jayapura guna sesuai dengan prosedur hukum, tetapi setelah negosiasi, massa aksi membubarkan diri secara damai.
Sebelum pulang, massa melakukan dialog dengan Pastor Paroki Paulus Tumayang, OFM untuk membicarakan soal rencana pembongkaran gedung gereja tua APO. Kedua belah pihak sepakat akan dilakukan dialog yang melibatkan semua pihak terkait guna membicarakan gedung gereja yang telah mencapai 65 tahun dan memiliki nilai cagar budaya. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)