JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang juga Uskup Keuskupan Agung Jakarta Mgr Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo Pr kembali mengingatkan pentingnya umat Katolik Indonesia untuk menerapkan prinsip 100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia sebagaimana dicetuskan mantan Uskup Keuskupan Agung Semarang Almarhum Mgr Albertus Soegijapranata, SJ.
Kardinal Suharyo mengingatkan hal tersebut saat jamuan makan siang usai memimpin Misa dalam bahasa Latin dalam rangka menerima Gereja Kanonik, Minggu (28/8) siang waktu Roma, Italia.
“100 persen Katolik, 100 persen Indonesia harus dilakukan dengan pendekatan sejarah dan situasi kekinian di Indonesia. Selain itu diibutuhkan tanggungjawab dan kepedulian untuk menjaga dan merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita inginkan,” ujar Kardinal Suharyo sebagaimana disampaikan Staf Dewan Kepausan untuk Dialog Antarumat Beragama Takhta Suci Vatikan Pastor Dr Markus Solo Kewuta, SVD kepada Odiyaiwuu.com dari Roma, Italia, Senin (29/8).
Menurut Padre Marco, sapaan akrab Pastor Markus Solo Kewuta, pada Minggu (28/8) pukul 11.00 waktu Roma, Kardinal Suharyo menerima Gereja Kanonik di Roma. Acara tersebut, kata Islamolog asal Kampung Lewouran, Flores Timur, NTT, berjalan lancar.
“Di awal Misa, seremoniar Sri Paus, Monsignore Boiardi dari Vatikan membacakan surat penetapan Gereja Spirito Santo alla Ferratella, di wilayah Eur, Roma timur laut sabagai Gereja kanonik beliau. Umat yang hadir lumayan banyak. Mereka berasal dari umat Paroki dan warga Indonesia,” lanjut Padre Marco.
Padre Marco mengatakan, sebenarnya lebih banyak lagi umat yang hadir, tetapi karena musim liburan Agustus sehingga umat tidak padat. Pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan juga tampak hadir. Saat Misa, Kardinal Suharyo sebagai selebran utama didampingi Nuncio Apostolik untuk Indonesia Uskup Agung Piero Pioppo dan Pastor Paroki setempat. Misa dirayakan dalam bahasa Italia.
Dalam kotbahnya Kardinal Suharyo memperkenalkan Indonesia dan Gereja Katolik Indonesia kepada umat setempat. Hal tersebut dilakukan bukan saja untuk memobilisasi spirit misioner Gereja Eropa, terutama di tempat itu tetapi menginspirasi mereka bagaimana Gereja Katolik Indonesia.
“Walaupun mengalami banyak tantangan tetapi sangat aktif dan berkembang dengan baik. Eropa yang dilanda badai sekularisme, rasanya penting mendengar kabar baik seperti ini,” kata Padre Marco mengutip Kardinal Suharyo.
Misa konselebrasi juga melibatkan 9 imam yang hampir semuanya berasal dari Indonesia. Usai perayaan Misa, berita acara atau protokol upacara yang disusun secara kronologis dibacakan seremoniar dari Paus di Sakristi, dilanjutkan dengan penandatanganan oleh Kardinal diikui para konselebran. Berita acara mengatakan bahwa semuanya telah berjalan sebagaimana mestinya.
Setelah penandatanganan, disuguhkan makanan dan minuman ringan di luar Gereja seraya orang menyalami Kardinal Suharyo. Dari Gereja, semua bergerak menuju Kedutaan Republik Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan yang terletak hanya 2,5 kilo meter untuk santap siang atas undangan Ibu Lina mewakili Dubes RI untuk Tahta Suci Vatikan.
Hadir dalam acara santap siang sejumlah anggota Ikatan Rohaniwan-Rohaniwati Se-Kota Abadi (IRRIKA), DCM KBRI untuk Italia Lefianna Hartati Ferdinandus, Kepala Atase Pertahanan Kolonel Laut Aminuddin Albek dan Assistennya, Mayor Sus Isran Anshari serta Sekretaris Dua Agnes Rosari Dewi.
Setelah santap siang acara dilanjutkan dengan sambutan Kardinal Suharyo disusul sesi tanya-jawab. Dalam pertemuan tersebut, Kardinal Suharyo berbicara tentang maksud 100 persen Katolik, 100 WNI dengan pendekatan sejarah dan situasi kekinian di Indonesia.
“Ada dua pesan diberikan kepada pendengar yaitu dibutuhkan tanggungjawab dan kepedulian untuk menjaga dan merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita inginkan,” lanjut Padre Marco mengutip Kardinal Suharyo.
Padre Marco saat didaulat menyampaikan sambutan menggarisbawahi pentingnya 100 persen umat Katolik, 100 WNI mengingat sejarah kolektif sebagaimana Kardinal Suharyo sambil mengangkat keutamaan-keutamaan Kardinal yang menjadi contoh dan inspirasi bagi generasi muda.
Suster Claren, PRR juga tampil membagi pengalaman Tarekat Putra-Putri Reinha Rosari (PRR) menjadi misionaris di Italia. Kemudian sharing pengalaman juga disampaikan Ketua IRRIKA Pastor Polce Berek, imam SVD asal Keuskupan Atambua, Pulau Timor. Seluruh rangkaian acara sangat berkesan meski di bawah terik matahari Roma, kota Abadi yang lumayan panas membakar ubun-ubun. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)