Gubernur Nawipa Bersama Rombongan Kunjungi Kokonao dan Melihat SMP Warisan Misionaris Belanda - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Gubernur Nawipa Bersama Rombongan Kunjungi Kokonao dan Melihat SMP Warisan Misionaris Belanda

Gubernur Papua Tengah Meki Fritz Nawipa, SH, Bupati Mimika Johannes Rettob, S.Sos, MM, Ketua Pengurus YPMAK Leonardus Tumuka, Ph.D, dan perwakilan manajemen PT Freeport Indonesia bersama rombongan saat melakukan kunjungan kerja di Kokonao, ibu Kota Distrik Mimika Barat. Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Kamis (10/4). Foto: Stenly MB Rahaded/Odiyaiwuu.com

Loading

KOKONAO, ODIYAIWUU.com — Gubernur Provinsi Papua Tengah Meki Fritz Nawipa, SH bersama rombongan, Kamis (10/4) pukul 10.22 WIT melakukan kunjungan kerja (kunker) di Kokonao, ibu Kota Distrik Mimika Barat. Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.

Dalam kunjungan di Kokonao, kota tua bersejarah dalam ziarah perjalanan perkembangan peradaban masyarakat asli tanah Papua di tanah Amungsa, bumi Kamoro Meki didampingi pula Bupati Kabupaten Mimika Johannes Rettob, S.Sos, MM.

Selain itu, Ketua Pengurus Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Suku Amungme dan Kamoro (YPMAK) Leonardus Tumuka, Ph.D, perwakilan manajemen PT Freeport Indonesia (PTFI), anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Papua Tengah dan Mimika serta para awak media.

“Tahun 1934–1952 Kokonao adalah pusat kota Mimika. Artinya, saat itu daerah-daerah lain di Papua belum tersentuh kemajuan di bidang pendidikan dan agama Kokonao sudah menjadi kota,” ujar Gubernur Nawipa saat berlangsung pertemuan bersama masyarakat Distrik Mimika Barat di Kokonao, Papua Tengah, Kamis (10/4).

Menurut Nawipa, Mimika tak hanya terkenal di bidang pendidikan dengan kehadiran sekolah-sekolah di kota bersejarah mulai dari TK hingga SMP Lecoq D’Armandville Kokonao di bawah asuhan Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) Fransiskus Asisi, Jayapura, Papua.

Namun, menurut Nawipa, gubernur berusia muda dan pilot senior tanah Papua, Mimika juga bertabur sungai atau kali, alam yang mempesona dan kekayaan sumber daya alam (SDA) melimpah. Tak ayal, Mimika mendapat julukan Kabupaten Seribu Sungai.

“Di Mimika terdapat banyak sungai sehingga kerak dijuluki Kabupaten Seribu Sungai. Saya juga ingin tambahkan bukan sekadar Kabupaten Seribu Sungai tetapi Kabupaten Sejuta Harapan. Dulu ada penerbangan ke Kokonao bawa banyak anak sekolah. Saya sudah bicara dengan Pak Bupati Mimika agar kita semua stakeholder konsentrasi full di bidang pendidikan,” ujar Nawipa. 

Gubernur Nawipa menambahkan, pihaknya mengaku bangga karena kehadirannya di Mimika Barat bersama rombongan merupakan kunjungan perdana sejak ia bersama Deinas Geley, S.Sos, M.Si dipercaya masyarakat menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Papua Tengah definitif pertama hasil Pilkada serentak 2024 sejak Papua Tengah resmi menjadi daerah otonom baru di tanah Papua. 

Sedangkan John Rettob mengatakan, Kokonao merupakan kota tua awal peradaban masyarakat Mimika yang kala itu masih bergabung dengan Fak-fak, Papua. Sejak saat itu, seluruh masyarakat yang tinggal mulai dari pesisir hingga gunung mengenyam pendidikan di Kokonao. 

“Saat itu anak-anak yang datang dari pesisir hingga gunung bisa bersekolah di Kokonao. Banyak pula guru-guru yang pernah mengenyam pendidikan di Kokonai hingga lulus SPG menjadi guru dan ditugaskan mengajar di Paniai. Ada juga yang kembali mengabdi di sekolah-sekolah di Kokonao,” ujar John Rettob.

John juga mengatakan, SMP Katolik Le Cocq d’Armandville Kokonao merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pola asrama. Seiring perkembangan dan perjalanan waktu, SMP ini juga mendidik anak-anak dari Intan Jaya seperti Bilogai, Sugapa serta Mapia dan beberapa daerah di wilayah adat Meepago (Papua Tengah). 

“SMP Le Cocq d’Armandville merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mencetak banyak orang hebat putra asli Papua. Sekolah ini terus mengalami perubahan positif dari waktu ke waktu, terutama para lulusannya yang mengabdi di berbagai bidang tugas di tanah Papua bahkan luar Papua,” ujar John. 

Menurut Bupati John Rettob, pria kelahiran Kokonao, sesuai dengan visi misi dan motto Pemerintah Daerah Mimika, pembangunan dimulai dari kampung ke kota dan akan dimulai dari Kokonao dan Agimuga.

“Kita semua harus berterima kasih kepada YPMAK, selaku pengelola dana kemitraan PTFI yang telah membantu membangun fasilitas sekolah ini,” kata John, bupati yang mengabdi kurang lebih 23 tahun di Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

Sementara itu, Leo Tumuka mengatakan, Kokonao adalah kota tua bersejarah awal mula menyemai potensi anak-anak asli Papua, khususnya suku Kamoro di bidang pendidikan. Kehadiran Misi Katolik di Mimika khususnya di wilayah pesisir khususnya di bidang pendidikan telah melahirkan banyak generasi muda cerdas.

“Kokonao adalah kota bersejarah masyarakat Papua Tengah, terutama kami orang Kamoro sejak Gereja Katolik melalui para misionaris. Karya Misi para misionaris melayani orang pesisir Mimika kelak mencetak banyak pemimpin yang mengabdi di tengah masyarakat,” ujar Leo, intelektual muda Papua putra asli suku Kamoro.

Menurut Leo, banyak kader gereja adalah lulusan SD maupun SMP di Kokonao kemudian melanjutkan sekolah dan kuliah lalu menjadi duta kemanusiaan mengabdi baik di tengah masyarakat baik di lingkungan pemerintah, lembaga pendidikan, dan tempat perutusan lainnya terutama di pelosok pegunungan Papua Tengah.

“Banyak kelompok intelektual tanah Papua pernah mengenyam pendidikan dasar hingga menengah di Kokonao. Kelak mereka mengabdi tidak hanya di lembaga pendidikan sebagai guru atau di lingkungan pemerintahan dan kantor-kantor swasta tetapi juga pengajar agama,” ujar Leo, doktor lulusan University of The Philippine, Los Baños, Laguna Filipina tahun 2015.

Kepala SMP YPPK Lecoq D’Armandville Kokonao periode 2010-2018 Petrus Tubun, S.Fil mengatakan, sekolah ini sangat berjasa dalam perkembangan pendidikan bagi masyarakat asli sejak kehadiran gereja Katolik melalui para misionaris. Sekolah ini didirikan Pastor Cornelis Yohan Le Cocq d’Armandville, SJ, seorang imam Serikat Jesuit (SJ) dari Belanda.

Saat memimpin sekolah itu, Tubun berusaha mencari tahu awal mula berdirinya sekolah menengah ini, termasuk mencari tahu para alumnus agar ikut membantu kemajuan pendidikan bagi adik-adiknya di almamater. Tubun akhirnya menemukan bahwa SMP ini didirikan pada 1 April 1964.

“Menjelang kami merayakan HUT ke-50 SMP YPPK Lecoq D’Armandville Kokonao 1 April 2014, saya menyurati para alumnus melalui surat yang saya beri judul ‘Surat dari Ibu untuk Anak-anakku’. Tuhan menjawab doa kami semua melalui surat itu,” ujar Tubun kepada Odiyaiwuu.com di Timika, Jumat (11/4).

Tubun mengisahkan, saat Misa Syukur dan ramah tamah bersama orangtua, orangtua murid, dan para tokoh SMP YPPK Lecoq D’Armandville Kokonao mendapat bantuan delapan ruang Ketua YPMAK Emanuel Kemong. Kemudian, tiga ruang kelas dari Kadis Pendidikan Mimika Nilus Leisubun dan bantuan fasilitas taman bunga dari Kadis Lingkungan Hidup Mimika Benny Renyaan. Mereka adalah alumnus sekolah ini.

Tubun menambahkan, saat ambil bagian dalam menyukseskan acara HUT ke-50 SMP YPPK Lecoq D’Armandville Kokonao, ada dua ujud doanya yaitu mempunya anak dari istri yang sedang hami dan akan diabadikan namanya D’Armandville mengenang Almarhum Pastor Cornelis Yohan Le Cocq d’Armandville, SJ. Kemudian, ia berkomitmen melayani anak-anak asli di bidang pendidikan. 

“Ujud doa ini didengar Tuhan. Putra saya lahir dan namanya saya beri Ratzinger D’Armandville Matias Toang Blikololong. Saya juga terjun di bidang pendidikan meski menggunakan ruang rumah saya sebagai kegiatan belajar mengajar untuk anak-anak asli Mimika. Ini komitmen saya bersama istri sebagai bentuk tanggung jawab membantu pemerintah dan masyarakat asli tanah Papua memajukan pendidikan anak-anak Amungsa,” kata Tubun. (Stenly MB Rahaded, Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :