JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Tim Hukum dan Advokasi Gubernur Papua (THAGP) Senin (17/10) bakal menyambangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), untuk menemui Penyidik KPK, di Gedung Merah Putih, Jakarta.
Kedatangan tim yang bertindak sebagai kuasa hukum dari Gubernur Papua Lukas Enembe tersebut, untuk memenuhi undangan dari Direktur Penyidikan KPK (Asep Guntur Rahayu), membahas kondisi kesehatan terkini Gubernur Papua.
Menurut anggota THAGP Dr Stefanus Roy Rening, SH, MH, kedatangan tim ke KPK juga didampingi dokter pribadi dr Anton Mote, Dokter Pribadi Gubernur Papua untuk menjelaskan kesehatan Gubernur Enembe, termasuk hasil pemeriksaan dua dokter ahli spesialis dari Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura.
“Terkait hasil pemeriksaan dua dokter ahli spesialis dari Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, kami masih menunggu hasil pemeriksaan kedua dokter tersebut. Kami masih tunggu hasil dari Singapura,” kata Roy kepada Odiyaiwuu.com di Jakarta, Senin (17/10).
Menurut Roy, pihaknya sudah berkoordinasi dengan penyidik KPK terkait pemeriksaan Lukas Enembe oleh dua dokter Singapura tersebut. Pihak KPK, ujarnya, meminta agar disampaikan ke dokter pribadi Gubernur Papua, agar berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pusat. ”Untuk persiapan kalau nanti ada visit dari tim independen dokter dari IDI bersama penyidik untuk memastikan kondisi Pak Lukas,” kata Roy lebih lanjut.
Menurut Roy, selaku kuasa hukum Gubernur Enembe, pihaknya mempersilahkan bila KPK dan tim independen dokter dari IDI datang ke Papua dan melihat langsung kondisi kesehatan Gubernur Enembe.
Anggota tim lainnya, Petrus Bala Pattyona, SH, MH, pihaknya tidak berkeberatan, bila penyidik KPK dan dokter independen datang ke Papua.
“Penyidik KPK dan dokter independen bisa melihat langsung kondisi kesehatan Pak Gubernur. Sudah sejak lama, kami mengundang KPK dan dokter independen untuk datang ke Papua. Kenapa baru sekarang?,” ujar Petrus.
Menurut dokter pribadi Gubernur Papua, dr Anton Mote, pihaknya menyambangi KPK untuk menjelaskan hasil pemeriksaan kesehatan dari Gubernur Papua, termasuk hasil pemeriksaan dua dokter spesialis dari Singapura. “Termasuk yang dijelaskan di KPK adalah persiapan pemeriksaan lanjutan terhadap Pak Gubernur,” ujar Anton.
Mote yang juga Kepala Rumah Sakit Dok Dua Jayapura tersebut mengatakan, dari hasil pemeriksaan yang dilakukan dirinya dan dua dokter spesialis Singapura tersebut, pihaknya membutuhkan rekomendasi dari hasil pemeriksaan magnetic resonance angiography (MRA).
“Kalau alat MRA sudah tersedia, maka akan diketahui kondisi syaraf, jantung dan ginjal dari Pak Gubernur. Tapi kalau MRA belum datang, apa yang mau dievaluasi?,” kata Anton.
Ditanya niat dari KPK dan tim dokter independen, untuk datang ke Papua dan melihat kondisi Lukas Enembe, menurut dr Mote, pihaknya tidak mempersoalkannya. “Silahkan, silahkan saja, kita lihat toh, mereka mau evaluasi kondisi kesehatan Pak Gubernur,” ujar Anton.
Pemeriksaan Lukas Enembe oleh dua dokter Singapura, sempat viral di aplikasi media sosial. Dalam tayangan terlihat, Gubernur Papua tersebut, kesulitan untuk berjalan. “Ada gangguan keseimbangan di kepala, yang membuat Bapak kesulitan untuk berjalan,” tukas Anton.
Untuk ke depan, tim dokter pribadi akan melakukan terapi hipertensi terhadap Gubernur Enembe. Hanya permasalahannya, Gubernur Papua tersebut pernah mengalami stroke.
“Dikhawatirkan strokenya makin parah, karena tensi darah tidak boleh turun. Karena itu sangat diperlukan sekali MRE itu, untuk dapat dilakukan evaluasi,” ujar Anton.
Tim dokter pribadi juga terus melakukan observasi rutin terhadap Gubernur yang meraih delapan kali status WTP (wajar tanpa pengecualian), dari hasil pemeriksaan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan).
“Observasi rutin diperlukan karena masih ada gangguan jantung, stroke dan ginjal,” tukas Anton. Untuk aktivitas sehari-hari, Lukas Enembe hanya bisa berjalan dari tempat tidur ke meja makan saja, yang berjarak 10 meter. Itupun harus dipapah dan tertatih tatih.
Gubernur Papua Lukas Enembe, dijadikan tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi berupa penerimaan hadiah atau janji sebesar satu miliar rupiah yang diterima Lukas Enembe selaku Gubernur Papua periode 2013-2018 dan 2018-2023 terkait pekerjaan atau proyek yang bersumber dari APBD Provinsi Papua.
Saat ini, kata Roy, penyidik KPK sudah memanggil Lukas Enembe, namun orang nomor satu Papua itu berhalangan hadir karena masih sakit. Padahal Tono Lakka yang sudah memberikan keterangan di depan penyidik KPK di Mako Brimob Jayapura menjelaskan dalam BAPnya bahwa ”uang satu miliar rupiah” tersebut adalah uang Lukas Enembe sendiri, bukan uang Tono Lakka.
Sebelumnya, dalam pemberitaan di media online, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui Kabag Pemberitaan KPK, Ali Fikri mengatakan, Gubernur Enembe, merupakan pihak yang paling dirugikan, bila tidak hadir secara langsung, memberikan keterangan dalam penyidikan kasus dugaan suap dan gratifikasi APBD Provinsi Papua.
“Sesungguhnya ketika tersangka LE ataupun PH-nya tidak hadir menerangkan langsung di hadapan penyidik adalah rugi. Kenapa? Karena sekali lagi, dia sudah diberikan ruang dan tempat tapi tidak menggunakan kesempatan itu,” kata Ali, dalam pemberitaan di media online tersebut.
Menanggapi pernyataan Kabag Pemberitaan KPK tersebut, anggota THAGP Drs Aloysius Renwarin, SH, MH, mengatakan, sebagai warga negara yang baik dan taat hukum, kliennya, akan menghadiri pemanggilan yang dilakukan KPK. “Namun saat ini, kondisi Pak Gubernur benar-benar dalam kondisi sakit parah,” ujar Aloysius.
Untuk sekedar berbicara, kata Aloysius, kliennya masih mengucapkan kata-kata dengan terbata-bata. “Berbicara masih sulit, air liur masih keluar dari mulut, tangan gemetar dan duduk atau berdiri terlalu lama, masih mengeluh sakit,” kata Aloysius.
Ia menambahkan, kondisi yang membuat kesehatan kliennya terus menurun karena Lukas Enembe telah terkena empat kali stroke parah. “Belum lagi, beliau telah menjalani operasi ginjal dan operasi jantung. Memang selama ini, Pak Gubernur rutin menjalani pengobatan di Rumah Sakit Singapura, dan setiap enam bulan harus melakukan kontrol ke rumah sakit,” ujar Aloysius. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)