NABIRE, ODIYAIWUU.com – Umat Katolik di Paroki Kristus Raja Siriwini Nabire, Keuskupan Timika, Papua setia mengikuti Perayaan Misa Minggu Biasa ke-XI dalam Kalender Liturgi Gereja Katolik di Gereja Paroki Kristus Raja Siriwini, Jalan Poros Samabusa, Nabire, Papua, Minggu (13/6).
Kehadiran umat Katolik selama mengikuti perayaan Ekaristi diatur secara bergilir dan dalam jumlah tertentu dan tetap mematuhi protokol kesehatan (Prokes) untuk mencegah peredaran virus korona (covid-19) sejak virus berbahaya itu melanda Indonesia setahun lalu.
Misa dipimpin Pastor Christophorus Aria Prabantara SJ dan diikuti sekitar 150 umat Katolik dari berbagai stasi seperti Stasi Samabusa, Lagari 1, Lagari 2, Lagari 3, dan Lagari 4 tersebut tetap mematuhi prokes pencegahan virus korona.
Misa pertama dimulai pukul 07.00-09.00 WIT dan berlangsung khidmat. Umat yang mengikuti Misa mengenakan masker dan menempati kursi di ruangan Gereja yang sudah diatur petugas tata laksana. Para petugas lain setia mengatur lalu lintas umat sejak masuk di areal Gereja agar tetap mematuhi protokol kesehatan guna mencegah penyebaran virus korona yang berpotensi menyebar melalui kluster rumah ibadah.
Pastor Christophorus Aria Prabantara SJ dalam renungan kotbahnya bertolak dari bacaan Injil Markus 4:26-34 terkait hal Kerajaan Surga. Hal kerajaan Surga ibarat seperti seorang anak yang memasuki jenjang pendidikan mulai dari TK, SD hingga perguruan tinggi. Perjalanan umat manusia melewati berbagai tahapan itu kadang mengalami jatuh-bangun, suka-duka, berhasil-gagal, naik-turun, dan sebagainya.
Di tengah dunia yang tengah dilanda berbagai persoalan seperti virus korona maupun bencana alam maka dalam perjuangan menuju hidup menuju kebahagiaan, umat harus hidup seturut kehendak Allah melalui firman-Nya. Selain itu, setiap orang harus saling mengasihi satu sama lain, tolong menolong sebagai sesama saudara umat Allah dan tetap menjadikan Firman Tuhan pedoman hidup.
“Saudara-saudara, dalam perjuangan hidup umat manusia menuju Kerajaan Surga itu sama seperti anak sekolah. Dari awal ia masuk TK, setelah itu lanjut ke SD, kemudian ke SMP, ke SMA, dan lanjut sampai selesai mendapatkan ijazah. Selama sekolah itu berjalan, ia harus melalui proses yang bisa saja naik turun, sukses gagal, jatuh bangun, susah senang, dan lainnya. Selama perjuangan itu, setiap umat Allah dituntut saling tolong-menolong, mengasihi, dan berpijak pada firman Allah sebagai pedoman hidup,” jelas Romo Tito.
Saat berkat penutup, ia mengajak seluruh umat setia melaksanakan perintah Allah, tidak menyerah dalam menghadapi kesulitan dan tetap berkeyakinan bahwa Allah selalu menyertai kita umat-Nya hingga akhir jaman. “Dalam hidup tak boleh ada kata menyerah sebab Allah selalu menyertai kita dalam setiap situasi hidup manusia,” katanya.
Riwayat singkat
Gedung Gereja Katolik Kristus Raja Siriwini Nabire diresmikan Bupati Nabire, Isaias Douw sekaligus diberkati Uskup Keuskupan Timika Mgr John Philip Saklil Pr bertepatan dengan Pesta Kristus Raja Semesta Alam, Minggu (25/11 2018). Prosesi pemberkatan sekaligus pemberian Sakramen Krisma bagi umat Katolik Kristus Raja Nabire.
Uskup John Saklil mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Nabire di bawah pimpinan Bupati Isaias Douw dan para bupati lainnya di wilayah Meepago seperti Dogiyai, Deiyai, Mimika, Intan Jaya, dan Paniai beserta Pemerintah Provinsi Papua yang terlibat dalam merampungkan pembangunan fisik Gereja.
Ia juga berharap agar pemerintah selalu memberikan perhatian serius kepada Gereja sebagai mitra pemerintah. Sejak menjadi paroki mandiri, jumlah umat Katolik Kristus Raja Siriwini Nabire sebanyak 2000 orang. Mereka menyebar sejumlah stasi seperti Samabusa, Lagari 1 sampai Lagari 4.
Ketua Pembangunan Gereja Katolik Kristus Raja Siriwini Nabire Joko Takerubun mengatakan, umat Katolik di wilayah paroki ini pernah memiliki bangunan Gereja. Namun, gempa bumi pernah melanda Nabire dua kali pada 2004 menyebabkan gedung Gereja ambruk.
Seiring bertambahnya jemaat, lanjut Takerubun, paroki ingin memiliki gedung baru. Tahun 2008 peletakan batu pertama dan pembangunannya bertahap hingga hampir 10 tahun kemudian gedung baru Gereja Katolik Kristus Raja selesai.
“Bangunan ini dikerjakan bertahap selama hampir 10 tahun dan menelan biaya sekitar Rp 14 miliar. Dengan bantuan, baik pemerintah, umat sebagai kekuatan terbesar melalui perpuluhan dan persembahan dan akhirnya selesai,” kata Joko Takerubun. (Yulianus Degei/Odiyaiwuu.com)