JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Bupati Kabupaten Dogiyai Yakobus Dumupa, SIP, MIP memperoleh penghargaan dari Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Papua saat berlangsung kegiatan Musyawarah Daerah (Musda) XV KNPI Papua yang dimulai pada 24-26 Januari 2022 di Hotel Aston Jayapura.
Penghargaan diberikan kepada Bupati Dumupa karena dinilai sebagai salah seorang bupati yang berperan aktif dalam mendukung kegiatan-kegiatan KNPI di Papua, khususnya Dogiyai. Sedianya, Bupati Dumupa, mantan anggota Majelis Rakyat Papua, menerima langsung penghargaan itu dari pengurus DPD KNPI Papua namun karena bersamaan pelantikan Sekretaris Daerah Dogiyai Pak Petrus Agapa sehingga tak sempat hadir di arena Musda XV KNPI Papua.
“Penghargaan ini sedianya diterima langsung Pak Bupati Dogiyai pada Senin, 24 Januari 2022. Namun, saat itu beliau ada agenda sangat penting yakni melantik Sekretaris Daerah Dogiyai Pak Petrus Agapa di Mowanemani. Karena itu, saya mewakili beliau menerima penghargaan ini,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Dogiyai Bernardo Boma kepada Odiyaiwuu.com saat dihubungi Selasa (25/1).
Bupati Yakobus Dumupa menyampaikan apresiasi kepada DPD KNPI Papua yang memberikan penghargaan tersebut. Pihaknya tidak tahu-menahu kalau selama ini pihak DPD KNPI Papua maupun DPD KNPI Dogiyai menilai dirinya berperan aktif dalam mendukung kegiatan DPD KNPI Dogiyai maupun DPD KNPI Papua.
“Saya menerima undangan dari dari DPD KNPI Papua untuk menerima penghargaan Selasa, 24 Januari 2022. Namun, tidak mengurangi rasa hormat rekan-rekan pengurus KNPI Papua maupun KNPI Dogiyai, saya tidak dapat menghadirinya undangan itu. Pada saat bersamaan saya melantik Sekda Dogiyai Pak Petrus Agapa di Mowanemani. Terus berkarya dan selalu mengucap syukur kepada Tuhan,” ujar Bupati Yakobus Dumupa, intelektual Papua lulusan Magister Ilmu Pemeritahan STPMD “AMPD” Yogyakarta.
Bupati Yakobus Dumupa lahir 12 Mei 1982 di kampung Apogomakida, Distrik Piyaiye, sekolah SD dan SMP di Mowanemani, kota Kabupaten Dogiyai. Ia kemudian masuk SMA Teruna Bakti Waena dan tinggal di asrama di bawah bimbingan para imam Ordo Fratrum Minorum, kuliah di STPMD “AMPD” Yogyakarta, mendampingi masyarakat adat Bunani, menjadi anggota MRP tahun 2011-2016 hingga terpilih menjadi Bupati Dogiyai tahun 2017 lalu merampungkan studi S-2 di STPMD “AMPD” Yogyakarta.
“Saya berasal dari Toniwi dari keluarga bangsawan, keluarga besar, keluarga yang memiliki harta kekayaan. Ayah saya seorang guru sekolah dasar di bawah naungan Yayasan Pendidikan Katolik di Dogiyai. Saya lahir sebagai anak kedua pasangan Amatus Dumupa dan ibu Theodora Goo. Kami sepuluh bersaudara. Kakak saya, meninggal saat ia masih kecil. Sepeninggal kakak, saya sebagai anak sulung dari sembilan bersaudara,” ujar Bupati Dumupa beberapa waktu lalu.
Pengalaman masa kecil hingga besar di kampung mengajarkan banyak hal. Kedua orangtua dan saudaranya selalu bersyukur karena hidupnya harmonis, saling mengasihi dan membantu satu sama lain. Interaksi dengan sesama di kampung maupun di mana mereka tinggal dilandasi kasih, saling percaya, kerja sama, tolong-menolong. Saling menyemangati atau mendoakan satu sama lain adalah nilai-nilai hidup yang terpelihara, warisan orangtua dan leluhur suku Mee. Kasih, kerja sama, dan tolong-menolong adalah nilai-nilai yang selalu pegang dalam hidup dan karya mereka.
“Hampir seluruh proses pendidikan sejak saya lahir hingga terpilih masyarakat sebagai Bupati, pengaruh keluarga sangat besar. Saya menyadari bagaimana kedua orangtua mendidik kami dengan kerja keras dilandasi cinta dan kasih sayang. Utamanya, bapa dan ibu saya. Bapa saya guru didikan Belanda. Disiplin, kerja keras, bahkan kadang keras sangat terasa. Lalu mama saya seorang ibu rumah tangga. Beliau juga seorang petani sangat rajin membersihkan tanaman di kebun. Sejak kecil, saya sungguh menemukan sosok orangtua yang membawa pengaruh sangat kuat dalam perjuangan hidup saya dan adik-adik. Urusan pendidikan kedua orang tua saya sangat menekankan arti disiplin,” kata Bupati Dumupa dalam biografinya, Yakobus Dumupa: Pemimpin Muda Papua, yang terbit awal tahun 2022.
Bupati Yakobus Dumupa juga seorang pemimpin daerah berusia muda (39 tahun). Minatnya di dunia literasi sangat kuat. Sejak lulus kuliah hingga saat ini ia sudah menulis belasan buku aneka tema. Misalnya, Berburuh Keadilan di Papua: Mengungkap Dosa Politik Indonesia di Papua Barat; Buying Time Doplomacy: Liku-Liku Perjuangan Kemerdekaan Papua Barat; Ratapan Tanah Surga: Tragedi Penderitaan Seorang Pemuda Papua Dalam Bayang-Bayang Penjajahan.
Selain itu, ia juga menulis buku Kontroversi Dogiyai: Pro dan Kontra Pemekaran Kabupaten Dogiyai Dalam Fenomena Politik dan Ekonomi Gobal, Indonesia, dan Papua Barat; Goodide Awe Pito: Mengenang Lima Puluh Tahun Gereja Katolik dan Pendidikan di Goodide; Mengenal dari Pemimpin Besar; Kata yang Menghidupkan; Apa Itu Cinta?; dan Ungkapan Kegelisahan. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)