JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Madi dr Agus Chen mengatakan, staf rumah sakit yang nota bele masyarakat orang asli Papua takut dengan pasukan gabungan TNI-Polri.
Sedangkan dokter spesialis, dokter, dan staf pendatang rumah sakit tersebut takut dengan anggota kelompok kriminal bersenjata atau Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, sayap militer Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) kalau tidak ada pasukan pengamanan di rumah sakit itu.
“Instruksi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, berkoordinasi dengan Pangdam lewat Kodam, bukan dari kami rumah sakit ataupun Pemda,” ujar dr Agus kepada Odiyaiwuu.com dari Enarotali, kota Kabupaten Paniai, Papua Tengah, Minggu (26/5).
Menurut Agus, saat ini IGD RSUD Madi tidak tutup. Namun, tidak ada staf rumah sakit yang mau dan berani jaga karena takut. Baik dokter dan perawat IGD, lanjutnya, takut ada barang-barang rumah sakit yang hilang.
“Jadi sementara bisa konsul lewat telepon atau pelayanan. Sementara waktu (pelayanan pasien) dialihkan ke Puskesmas Enaro. Untuk pasien dipulangkan tentunya dengan indikasi medis bisa pulang dari dokter dan perbaikan klinis. Juga ada pasien yang pulang atas permintaan sendiri dan keluarga,” ujar lanjut Agus lebih lanjut.
Agus menjelaskan, saat ini ada pasien anak enam orang dititipkan ke Kabupaten Deiyai karena kabarnya di rumah sakit itu ada dokter spesialis anak. Meski demikian, ujar Agus, RSUD Paniai tetap membackup obat-obatan, bahan medis habis pakai, oksigen, dan lain-lain.
Pihaknya juga meminta Pemda, tokoh masyarakat, agama, pemuda, adat, kepala suku, dan semua pihak berperan mengingat RSUD Madi milik bersama.
“Paniai itu kita. Tolong jangan hanya berkomentar tetapi membantu untuk menjaga Paniai khususnya di RSUD Madi. Kami butuh kehadiran bapak dan ibu untuk memberikan keamanan dan kenyamanan kepada petugas kesehatan sehingga kami bisa melayani. Sa jaga ko, ko jaga sa. Enaimo,” ujar Agus.
Menurut Agus, tantangan besar ke depan akan sulit terutama mendapat tenaga kesehatan, khususnya dokter spesialis karena mereka takut datang. Bila itu yang terjadi, katanya, yang rugi adalah masyarakat Paniai.
“Tolong bijak untuk bermedsos sehingga tidak memperkeruh suasana. Kita berdoa bersama sehingga Paniai tercinta cepat kembali kondusif. Terima kasih. Tuhan memberkati,” ujar Agus.
Kapolres Paniai AKBP Abdus Syukur Felani mengklarifikasi kabar terkait pengusiran pasien RSUD Paniai oleh aparat TNI-Polri. Berita tersebut, ujarnya, tidak benar dan meminta masyarakat tidak mudah percaya pada informasi yang tidak jelas sumbernya.
“Kami dari TNI-Polri mengamankan RSUD karena RSUD adalah obyek vital yang perlu diamankan agar memberikan rasa aman kepada masyarakat. Tidak benar adanya pengusiran pasien, justru kehadiran TNI-Polri untuk memberikan rasa aman baik kepada pasien maupun petugas kesehatan,” ujar Abdus Syukur melalui keterangan tertulis yang diperoleh Odiyaiwuu.com dari Enarotali, Paniai, Minggu (26/5).
Abdus menjelaskan, terkait adanya penutupan pintu IGD hal itu itu diambil atas inisiatif petugas RSUD sebagai langkah pencegahan karena kunci pintu mengalami kerusakan. Petugas yang piket pada Minggu pagi tidak datang sehingga langkah menutup pintu untuk mencegah terjadinya pencurian di dalam ruangan tersebut.
“Sebenarnya kita tutup itu karena untuk mengantisipasi alat-alat di dalam hilang, ini kan kuncinya rusak, dan yang dinas pagi tidak datang karena mereka takut. Kalau dibuka nanti alat-alat di dalam hilang. Pintu ini dibukanya keluar jadi ditutup dari luar,” kata seorang petugas RSUD Paniai. Abdus juga menghimbau masyarakat tidak mudah percaya pada kabar hoaks yang beredar di publik. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)