NABIRE, ODIYAIWUU.com — Komandan Komando Distrik Militer (Kodim) 1703/Deiyai Letkol Inf I Wayan Deddy Suryanto, SE bersama Ketua Persit KCK Cabang XXXII Ny Martha Wayan, Minggu (10/3) mengikuti ibadah Hari Raya Nyepi dalam rangka menyambut Tahun Baru Caka 1946 di Nabire, kota Provinsi Papua Tengah.
Dalam kesempatan tersebut, Dandim berdarah Bali penganut Hindu taat, juga menyampaikan ucapan selamat memperingati Hari Raya Nyepi bagi umat Hidup di Papua Tengah yang merayakan. Peringatan Hari Raya Nyepi dilaksanakan oleh umat Hindu di seluruh dunia.
“Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1946 bagi seluruh bagi seluruh umat Hindu yang berada di Provinsi Papua Tangah. Hari ini kita bersama-sama umat Hindu seluruh dunia merayakan Hari Raya Nyepi. Semoga kita diberikan kedamaian dan kesehatan selalu dalam hidup dan karya,” ujar I Wayan Deddy Suryanto melalui keterangan tertulis dari Nabire, kota Provinsi Papua Tengah, Minggu (10/3).
Menurut Deddy, peringatan Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu di Papua Tengah menjadi momen penting bagi umat Hindu bagaimana berusaha menahan godaan-godaan duniawi dalam tutur kata, laku, dan lain sebagainya. Umat Hindu, ujarnya, juga diajak menaati Catur Brata Penyepian, empat pola pengendalian diri dalam hidup.
“Melalui momen Hari Raya Nyepi kita semua, umat Hindu di Papua Tengah diajak menaati Catur Brata Penyepian. Ini menjadi ruang, waktu, dan kesempatan terbaik merefleksikan dan berkontempelasi memahami makna dan hakikat kehidupan,” kata Deddy.
Pada momen religi tersebut digelar juga kegitan jalan bersama membawa ogoh ogoh mengelilingi kompleks Sp 1 dan berakhir di Pura Sp 1. Kegiatan ogoh ogoh juga sebagai simbolis dari kejahatan yang harus dikendalikan atau bisa menjaga diri umat dari terpaan hawa nafsu duniawi.
“Ogoh ogoh merupakan simbol keserakahan duniawi yang juga harus kita lawan. Ini digambarkan untuk dimusnahkan melalui proses pembakaran, pralina. Kita hilangkan dalam jiwa masing-masing agar kita siap menyambut Hari Raya Nyepi ini,” ujar pembawa acara Putu Kastawan.
Kegitan jalan bersama membawa ogoh ogoh mengelilingi kompleks Sp 1 kemudian berakhir di Pura Sp 1. Kegiatan selanjutnya, kata Kastawan, membakar ogoh ogoh yang telah menarik energi-energi negatif dari lingkungan sekitar alam semesta.
“Ogoh-ogoh yang melambangkan atau simbol kekuatan jahat tersebut kemudian dibakar sampai habis di area Pura Sp-1. Hal itu mengandung arti bahwa alam semesta sudah dibersihkan dari energi negatif sehingga manusia dapat melanjutkan kehidupannya yang lebih baik. Setelah itu, acara dilanjutkan ibadah bersama umat Hindu di Pura menyambut hari Raya Nyepi dengan suka cita,” ujar Kastawan lebih jauh. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)