VANIMO, ODIYAIWUU.com — Para Pegiat Literasi Perdamaian (Pace Literacy Institute Indonesia/PLII) Wilayah Papua antusias dan penuh sukacita menyambut kunjungan apostolik Pemimpin Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus yang dijadwalkan tiba di Vanimo, kota Provinsi Sandaun, Papua Nugini pada Minggu (8/9).
Para pegiat literasi di antaranya Maiton Gurik, Alfonsa Wayap, dan Agustina Bano. Ketiganya merupakan pegiat literasi di Kampung Koya Tengah, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, yang merupakan tapal batas negara Republik Indonesia dan Vanimo, Papua Nugini.
”Kami belajar dari banyak referensi global tentang Paus Fransiskus. Paus Fransiskus adalah wajah perdamaian dunia. Kunjungan Paus Fransiskus bukan sekadar kunjungan biasa. Semoga kunjungan ini ada satu harapan dan juga pesan-pesan perdamaian bagi kami,”ujar Maiton Gurik kepada Odiyaiwuu.com dari Vanimo, kota Provinsi Sandaun, Papua Nugini, Sabtu (7/9).
Maiton mengatakan, melalui ruang literasi —menulis dan membaca— yang rutin dilakukan komunitas peace literacy di Papua diharapkan membangun kesadaran kolektif masyarakat dan khusus anak-anak bumi Cenderawasih. Kehadiran Paus Fransiskus di Vanimo sangat strategis mengingat kota ini masih sedaratan atau kerap disebut Pulau Sorong-Samarai, Papua Nugini.
Sedangkan pegiat literasi perdamaian lainnya, Alfonsa mengaku, lawatan Paus Fransiskus bagi anggota komunitas sangat berkesan. Kesan mendalam kunjungan apostolik Sri Paus merujuk pesan Paus dalam Ensiklik Laudato si’ (Puji Bagi-Mu) kepada umat manusia.
”Di tengah dinamika sosial, politik, dan konflik lawatan Bapa Paus Fransiskus mengingatkan kembali umat manusia pada pesan Ensiklik Laudato si’. Ribuan spesies tanaman dan hewan di dalam hutan punah akibat aktivitas manusia. Generasi mendatang tidak pernah tahu dan lihat lagi,” kata Alfonsa.
Agustina, warga jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gloria Koya Tengah, tapal batas RI-Papua Nugini merasa bersyukur bisa bersama-sama umat lainnya ke Vanimo berbaur dengan umat Katolik dan warga masyarakat di negeri tetangga itu menyambut Sri Paus. Paus diakui Agustina sebagai sosok sederhana penuh kasih.
“Paus Fransiskus itu seorang pemimpin yang mencerminkan kasih. Kami sebagai warga Papua merasa bersyukur dan bisa hadir di Vanimo. Ini momen bersejarah. Kehadiran Paus Fransiskus bagi kami merupakan satu tanda kehadiran Tuhan. Teladan dan kerendahan hatinya patut kami teladani dalam kehidupan sehari-hari,” kata Agustina.
Menurut Agustina, Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin ribuan umat Katolik di muka bumi. Paus juga tokoh perdamaian dunia. Uskup Kota Roma itu juga seorang pemimpin yang mencerminkan kasih bagi dirinya sebagai umat Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua. Dari kampung Kampung Koya Tengah, ia merasa bersyukur bahwa bisa hadir dalam momen bersejarah tersebut.
“Kehadiran Paus Fransiskus seorang pemimpin bagi kami memberikan arti kehadiran Tuhan. Kerendahan hati dari seorang pemimpin seperti Sri Paus memberi kesan dan pesan kepada kami untuk meneladani cara hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Agustina. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)