SELAMA puluhan tahun, orang Papua terus-menerus menjadi sasaran stigma negatif yang dilekatkan secara sistematis melalui berbagai saluran sosial, politik, dan ekonomi. Label malas, bodoh, kasar, tidak mampu, dan tidak layak memimpin telah begitu lama disebarluaskan, hingga perlahan-lahan menjadi semacam kebenaran palsu yang diterima oleh publik luas, bahkan oleh sebagian orang Papua sendiri.
Dampak dari pembentukan citra negatif ini sangat serius. Banyak orang Papua yang hari ini hidup dalam bayang-bayang rasa minder. Mereka kehilangan kepercayaan diri, ragu akan kemampuannya sendiri, dan sering kali memilih diam meskipun memiliki gagasan dan potensi yang luar biasa. Ini bukan semata-mata masalah psikologis personal, tapi merupakan hasil dari rekayasa sistemik yang sengaja diciptakan untuk melemahkan daya saing dan daya juang orang Papua.
Stigmatisasi ini tidak lahir dari ruang kosong. Ia tumbuh dari kepentingan politik dan ekonomi yang tidak menginginkan orang Papua tumbuh dan menjadi subjek dalam tanahnya sendiri. Ketika satu kelompok dilemahkan secara mental dan sosial, akan lebih mudah bagi pihak lain untuk mengontrol sumber daya dan menentukan arah pembangunan tanpa keterlibatan sejati pemilik tanah.
Namun kini, waktu untuk terus diam telah usai. Orang Papua harus bangkit. Bangkit melawan stigma yang tidak benar. Bangkit menghapus rasa minder. Bangkit menemukan kembali martabat dan harga diri yang telah lama dirampas. Dan yang paling penting, orang Papua harus menolong dirinya sendiri.
Bangkit bukan berarti membenci. Bangkit adalah proses sadar bahwa kita memiliki nilai, martabat, dan kemampuan untuk mengubah keadaan. Rasa percaya diri harus dibangun kembali, lewat pendidikan, karya nyata, solidaritas sosial, dan keberanian mengambil peran di segala lini kehidupan. Setiap anak muda Papua harus tahu bahwa mereka layak sukses. Setiap perempuan Papua harus tahu bahwa mereka kuat dan pantas memimpin. Setiap keluarga Papua harus tahu bahwa masa depan mereka ada di tangan mereka sendiri.
Tentu, dukungan dari luar tetap penting. Tetapi dukungan yang paling menentukan adalah yang datang dari dalam. Tidak akan ada perubahan yang berarti jika orang Papua tidak mengambil sikap untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Tidak akan ada pembebasan sejati jika masih mengandalkan belas kasih dari pihak luar tanpa upaya mandiri yang sungguh-sungguh.
Kini saatnya membangun Papua dari dalam. Kini saatnya orang Papua berdiri tegak, berkata lantang: Kami mampu. Kami layak. Dan kami akan membuktikannya. (Editor)