Tokoh Pergerakan Awal Kemerdekaan dan Aktivis Sosial Politik Dr Flip Pieter Bernard Litaay, SH, M.Si Meninggal Dunia - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Tokoh Pergerakan Awal Kemerdekaan dan Aktivis Sosial Politik Dr Flip Pieter Bernard Litaay, SH, M.Si Meninggal Dunia

Dr Flip Pieter Bernard Litaay, SH, M.Si bersama istrinya, Dra Hanna M Litaay Salakory, M.Si. Foto: Istimewa

Loading

SIDOARJO, ODIYAIWUU.com — Indonesia kehilangan sosok Dr Flip Pieter Bernard Litaay, SH, M.Si (88 tahun). Flip Litaay, tokoh bersejarah di awal pergerakan kemerdekaan, dunia organisasi sosial politik maupun pendidikan, menghembuskan nafas terakhir di Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (25/7) pukul 13.57 WIB.

Flip, pendiri GMKI Ambon dan mantan Ketua DPRD Kota Ambon kelahiran Ambon, Maluku 6 Juni 1936, meninggal dalam usia 88 tahun. “Iya benar. Papa telah meninggal karena sakit dan usia beliau juga sudah tua,” ujar Theofransus Litaay, SH, LLM, Ph.D, putra mendiang Flip Litaay kepada Odiyaiwuu.com dari Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (26/7).

Sejak muda, Flip Litaay sudah terjun dalam dunia pergerakan mahasiswa, baik intra maupun ekstra universiter. Sejak masuk Fakultas Hukum Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, ia terjun sebagai di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Komisariat Fakultas Hukum Unpatti Ambon. Tak sampai di situ, ia juga salah seorang pendiri GMKI Cabang Ambon.

Selama kuliah, Flip bersama rekan-rekannya di FH Unpatti, fakultas pertama di perguruan tinggi di kota bertajuk Pela Gandong seperti Prof Dr Ais Lokollo (Alm), Dr Buce Tahapary SH, Pice Tabalesy SH, Mat Bahasoan dan rekan-rekan lainnya aktif di dunia pergerakan mahasiswa. Fakultas Hukum Unpatti merupakan fakultas pertama dibentuk tahun 1956.

Menurut Theo Litaay, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Republik Indonesia, saat ayahnya kuliah di Universitas Pattimura ia bersama rekan-rekannya menyurati Presiden Republik Indonesia Ir Soekarno memohon agar Yayasan Perguruan Tinggi Maluku dan Irian Barat dijadikan sebagai universitas negeri, yang menjadi cikal bakal lahirnya Universitas Pattimura saat ini.

Tak hanya di kampus, Flip Litaay juga aktif di dunia politik. Semasa muda ia aktif dan tercatat sebagai kader Partai Kristen Indonesia (Parkindo) tahun 1960 hingga 1970-an sebelum akhirnya partai tersebut berfusi ke dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI). 

Flip juga menjadi anggota DPRD Gotong Royong Kota Ambon dalam usia 26 tahun dan menjadi Ketua DPRD termuda pada usia 27 tahun dan termuda dalam sejarah. Di mata Theo, Flip adalah pahlawan keluarga dan sosok panutan dalam banyak aspek. Sang ayah juga sosok yang memegang teguh prinsip hidup dan tegas membedakan mana milik pribadi dan milik orang lain.

“Saat menjadi anggota DPRD ada yang hantar uang ratusan juta ke rumah para calon kepala daerah. Beliau menyuruh pulang membawa uang itu. Suatu waktu lain, ada mobil yang datang ke halaman rumah kami membawa kulkas, televisi, sofa lengkap, tape recorder dengan aksesorisnya. Bapa bilang, kalau barang-barang ini tidak segera dibawa pulang, beliau akan panggil polisi karena mencoba menyuap pejabat publik,” kata Theo mengenang sang ayah.

Menurut Theo, saat ayahnya menjabat anggota DPRD Kota Ambon, orang-orang yang sakit datang menemuinya. Orang-orang itu menyampaikan bahwa mereka sakit harus berobat ke dokter. Flip kemudian menulis catatan ke dokter agar orang-orang itu dibantu dokter. 

“Saya tanya, kenapa melakukan hal itu. Ayah bilang, mereka inilah pemilik pemilik kedaulatan rakyat. Mereka ini yang memiliki negara ini. Kalau bukan mereka yang memilih saya, tentu saya tidak bisa jadi anggota DPRD. Oleh karena itu tugas saya adalah melayani mereka agar saat sudah mereka dibantu,” kata Theo.

Tak hanya di dunia politik. Flip juga aktif di dunia pendidikan. Ia adalah pendiri sekaligus Dekan pertama Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) tahun 1985. Selain itu, ia tercatat sebagai Anggota Badan Pertimbangan Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM).

“Kemana-mana ayah selalu bawa isterinya, Dra Hanna M Litaay Salakory M,Si. Jadi ke mana-mana selalu bawa mama kami. Satu kebiasaannya adalah senang membaca dan menulis. Selama mengemban tugas di DPRD Kota Ambon, pemandangan fraksi dia tulis tangan lalu dibawa ke rapat untuk dibahas bersama rekan-rekannya di fraksi kemudian diketik staf fraksi,” ujar Theo.

Theo menceritakan, Gubernur Maluku (kala itu) Mayjen TNI Purn Hasan Slamet mengatakan ia senang berdiskusi dengan Flip Litaay. “Saya sangat hormat kepada Flip Litaay, dia sangat bersungguh-sungguh dalam menjadi wakil rakyat, dia tidak pernah korupsi,” ujar Theo mengulang kata-kata Hasan Slamet.

Selama 20 tahun lebih aktif di dunia politik lalu mendirikan Universitas Kristen Maluku bersama rekan-rekannya, Flip kemudian studi doktoral di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah. Beliau juga menjalani proses perkuliahan di Amerika Serikat lalu menulis disertasi  dalam bahasa Inggris. 

“Disertasi  itu kemudian diterjemahkan dengan judul Pemikiran Sosial Johannes Leimena tentang Dwi Kewargaan di Indonesia. Beliau lulus dan diwisuda pada usia 71 tahun. Jadi, beliau lulus doktor setelah pensiun. Inilah pelajaran berharga bahwa pendidikan tidak mengenal usia,” ujar Theo, dosen UKSW Salatiga. 

Menurut Theo, menurut rencana prosesi pemakaman sang ayah akan dilakukan pada Sabtu atau Minggu di Surabaya. Saat ini, keluarga besar sedang menunggu kehadiran adik almarhum dan anaknya. Selamat jalan, Bapak Dr Flip Pieter Bernard Litaay, SH, M.Si. Bahagia di Surga. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :