KUMURKEK, ODIYAIWUU.com — Aktivis Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Pengungsi Maybrat mengungkapkan, hingga saat ini ribuan warga pengungsi asal Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya masih bertahan di lokasi pengungsian, baik di hutan maupun di rumah warga di wilayah kabupaten tersebut.
Data Komnas HAM RI yang dirilis Jumat (28/7) juga menyebut, ribuan warga tersebut mengungsi menyusul serangan anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) terhadap Pos TNI di Kampung Kisor, 2 September 2021. Akibat serangan tersebut, 5 prajurit TNI meninggal dan warga masyarakat mengungsi dan hingga kini masih bertahan di lokasi pengungsian.
“Warga Maybrat yang mengungsi sebanyak 5.296 jiwa dan masih bertahan di tempat pengungsian. Sebanyak 138 orang meninggal pasca penyerangan Pos Ramil Kisor. Ini berarti masih ada ribuan pengungsi Maybrat dari 5 distrik dan 18 kampung atau desa belum kembali ke kampung halamannya di Aifat,” ujar Yohanis Mambrasar, SH dari Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Pengungsi Maybrat melalui keterangan tertulis yang diterima Odiyaiwuu.com di Jakarta, Kamis, (3/8).
Warga pengungsi tersebut berasal dari kampung-kampung di lima distrik yaitu Distrik Aifat Selatan yang meliputi Kampung Asiaf Saman, Fuog, Fuog Selatan, dan Sanem. Sedangkan Distrik Aifat Timur Tengah antara lain dari Kampung Kamat, Assem, Ayata, Aiwesa, Mupes, Aikus, Tiam, Aifam, Frambu, Saud, dan Pitor.
Selain itu, Distrik Aifat Timur seperti Kampung Aisa, Aitrem, Sawin, Aikrer, Sasior Frabuku, Sasior Nafe, Wakom, dan Shabuku. Sementara Distrik Aifat Timur Jauh berasal dari Kampung Ainesra, Mesiam, Aisasior, Frameneway, Aikinging, Tege Mana, dan Tief Romen. Kemudian Distrik Aifat Timur Selatan berasal dari Kampung Wormu, Makiri, Womba, Winuni, Warpa, dan Srumokit.
“Saat ini para warga pengungsi membutuhkan perhatian dan bantuan berbagai pihak karena mereka tinggal dan menyebar di hutan, kampung tetangga seperti di wilayah Aifat Utara, Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, dan Bintuni,” kata Mambrasar.
Sejak awal mengungsi, pihak Gereja, lembaga HAM, dan pemerintah sudah berupaya untuk mencegah kekerasan lebih meluas dan mengatasi persoalan pangan. Kendati demikian, kata Mambrasar, hingga lebih dari dua tahun hingga saat ini masih ada ribuan pengungsi berada di lokasi pengungsian.
Mambrasar mengatakan, warga pengungsi hidup dalam penderitaan dan berbagai kesulitan dari akses, kesehatan, tempat tinggal, ekonomi serta pendidikan bagi anak-anak mereka.
Karena itu, menurut Mambrasar, Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Pengungsi Maybrat meminta sejumlah hal penting berikut untuk ditindaklanjuti. Pertama, pemerintah Maybrat dan semua pihak yang peduli terhadap pengungsi perlu memperhatikan pendidikan dari anak-anak pengungsi.
Kedua, pemerintah Maybrat dan semua pihak yang peduli terhadap pengungsi perlu memberikan pelayanan kesehatan kepada para pengungsi yang mengalami sakit maupun ibu-ibu hamil yang hendak melahirkan.
Katiga, pemerintah Maybrat dan semua pihak perlu menyediakan hunian bagi pengungsi agar mereka bisa hidup lebih baik. Selain itu, perlu memenuhi kebutuhan pokok terkait sandang, pangan, dan papan bagi warga pengungsi.
Kelima, Komnas Ham RI perlu mewujudkan jeda kemanusiaan di tanah Papua. Sebab hidup dalam kedamaian adalah hal yang didambakan setiap orang asli Papua dan semua orang yang hidup di tanah Papua.
“Pemerintah Maybrat dan semua pihak yang peduli terhadap pengungsi Maybrat perlu mengingatkan aparat TNI agar kantor kampung atau desa, sekolah, dan fasilitas umum lainnya tidak dijadikan sebagai pos keamanan,” kata Mambrasar. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)