Oleh Mgr Bernardus Bofitwos Baru, OSA
Uskup Keuskupan Timika
PANGGILAN menjadi imam pertama-tama bukan karena keinginan manusia semata-mata, melainkan keinginan dan proyek Allah. Allah melalui Tuhan Yesus memanggil para imam agara terlibat aktif dalam imamat Tuhan Yesus.
Karena itu, jabatan imamat ini bukanlah sama dengan jabatan duniawi yang sibuk dengan urusan dunia. Jabatan imamat adalah jabatan ilahi yang diberikan secara Cuma-cuma bagi penggembalaan Gereja.
Persoalan yang dialami oleh rasul Paulus sewaktu ia menyebarkan kabar Injil di luar bangsa Israel, juga dialami para imam zaman sekarang. Pada intinya rasul Paulus sangat mengharapkan sikap solider dan kesetiakawanan serta sikap korps atau kerekanan sebagai imam.
Paulus butuh sikap kerekanan atau korps para imam agar saling mendukung, saling mendoakan dan saling menolong. Rasul Paulus kelihatannya merasa kecewa dan sendirian tanpa dukungan dari teman-teman seperjuangannya. Satu-satunya teman Paulus adalah Lukas.
Dari pengalaman rasul Paulus ini mau menegaskan kepada kita bahwa kita para imam harus saling mendukung, saling mendoakan dan saling membantu satu sama lain. Jangan kita malas tahu dengan rekan-rekan imam yang lain. Ketika kita jauh dari kerekanan dengan para imam yang lain, maka akan memanen berbagai masalah dalam hidup kita.
Kita harus terus-menerus membangun rasa kerekanan di antara kita para imam. Karena apa? Karena sebagaimana dikatakan oleh penginjil Lukas bahwa kita diutus oleh Tuhan Yesus seperti anak domba ke tengah-tengah srigala. Apa saja srigala yang ada di tanah Nuew Guinea ini, tanah Papua ini?
Saya kira kita semua pasti tahu apa saja serigala itu, di antaranya: serigala, hedonisme atau kenikmatan sesaat, serigala materialisme, serigala konsumerisme, serigala kesombongan diri, srigala mentalitas klerikalisme, serigala mamon (uang). Ada pula serigala alkohol yang membunuh imam. Ada pula serigala yang berupa hal-hal material dan sosiologis.
Menjadi imam, kita ditantang agar sungguh-sungguh menjadi imam yang mampu mengimitasi karakter, way of life, prinsip dan visi serta misi Tuhan Yesus dalam hidup dan pelayanan kita kepada umat yang dipercayakan-Nya kepada kita.
Kita sebagai imam harus sungguh-sungguh siap-sedia melayani umat Allah, tanpa mengeluh dan putus asa. Harus tetap bersemangat menjalani tugas perutusan ini dengan sukacita dan kegembiraan.
Situasi dunia saat ini mengalami perubahan yang cepat yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan kita manusia. Ada pula kris-kris yang bersifat global maupun yang bersifat konteks lokal Papua.
Perubahan-perubahan ini dapat membawa berbagai krisis dalam kehidupan kita. Misalnya persoalan krisis perubahan iklim, krisis monoter, krisis hidup berkeluarga, termasuk krisis hidup mebiara dan hidup imamat.
Oleh Karena itu, memberikan beberapa wejangan dan nasehat kepada kedua imam baru. Pertama, harus memperkuat hidup doa pribadi dan doa bersama (komunitas). Perlu membentuk komunitas doa bersama di rumah pastoran. Kedua, menjadwalkan waktu rekoleksi dan retret pribadi.
Ketiga, menjadwalkan waktu untuk lectio divina atau membaca bacaan-bacaan rohani. Keempat, menyediakan waktu untuk pengakuan atau rekonsiliasi pribadi setiap bulan sekali atau dua bulan sekali.
Kelima, harus menghindar atau menjauhkan diri dari minum minuman-minuman beralkohol yang membuat mabuk yang tidak terkendalikan, yang merusak kesehatan diri dan mental serta spiritual. Keenam, menjadwalkan secara rutin untuk pengontrolan kesehatan. Proficiat kepada kedua imam baru. Tuhan Yesus berkati.
Khotbah Uskup Timika pada Misa Tahbisan Imam di Paroki SP3 Timika, 18 Oktober 2025
berpijak Teks Kitab Suci: 2 Timotius 4: 10 – 17b dan Injil Lukas 10: 1-9










