JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Sekretaris Eksekutif Persatuan Gerakan Pembebasan Papua Barat atau United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Markus Haluk menyampaikan ucapan belasungkawa berpulangnya Yosef Rumaseb, salah seorang intelektual dan patriot sejati bangsa Papua.
“ULMWP menyampaikan turut berduka cita mendalam atas meninggalnya tuan Yosef Rumaseb. Almarhum adalah salah satu tokoh intelektual dan patriot sejati bangsa Papua,” ujar Markus Haluk kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Rabu (12/2).
Yosef Rumaseb meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Biak, Jalan Sriwijaya, Brambaken, Distrik Samofa, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, Rabu (12/2) sekitar pukul 07.00 WIT. Saat ini jenazah Almarhum disemayamkan di kediamannya, alm. di Kampung Inggiri, Distrik Sorido, Biak Numfor.
Almarhum di mata Markus adalah pribadi yang tekun dan disiplin. Semasa hidup, ia telah mendedikasikan ilmu dan seluruh waktunya mengadvokasi rakyat Papua. Markus mendoakan, kiranya Tuhan menyambut Almarhum di sisi-Nya dan menguatkan keluarga dengan Roh Kudus.
“Presiden Eksekutif ULMWP Menase Tabuni juga mengajak supaya keluarga dan generasi muda Bangsa Papua melanjutkan perjuangan dan kerja Almarhum Yosef Rumaseb dengan bekerja dan disiplin untuk menyelamatkan orang Papua dari ancaman genosida, etnosida dan ekosida demi menentukan nasib sendiri,” ujar Markus.
Seorang nitizen, Ibiroma Wamla, dalam akun Facebook-nya menulis kenangan indah mengenang Almarhum Yosef Rumaseb. Ibiroma menulis, tahun 1995 merupakan titik balik perlawanan mahasiswa Papua yang redup setelah pembunuhan tokoh Mambesak, Arnold C Ap.
Semangat perlawanan yang kembali muncul berawal dari publikasi laporan Pelanggaran HAM di Timika sejak Desember 1994 hingga Mei 1995. Laporan pelanggaran HAM ini ditulis oleh Uskup Muninghoff (Uskup Dioses Jayapura Mgr Herman Ferdinandus Maria Münninghoff, 30 November 1921 – 7 Februari 2018) dan dipublikasi 3 Agustus 1995.
Sebelum bulan Agustus 1995 kabar kasus pelanggaran HAM telah sampai ke mahasiswa di Jawa. Kabar ini disampaikan John Rumbiak, aktivis dari Papua, saat berkunjung ke Jawa. Salah satu pertemuan di asrama mahasiswa Damar Jati, Salatiga.
Mahasiswa Papua secara klandestin mulai membuka jaringan komunikasi ke seluruh kota studi di Jawa. Kurir diutus untuk bergerak dari kos ke kos mengidentifikasi dan mengajak mahasiswa yang siap turun ke jalan.
“Setelah melakukan rapat di Jakarta, Yosef Rumaseb, mahasiswa dari Salatiga didaulat untuk menjadi Sekretaris Forum Solidaritas Pelajar dan Mahasiswa Irja se-Jawa Bagi Amungme tahun 1995-1996,” kata Ibiroma.
Untuk pertama kali mahasiswa Papua, lanjut Ibiroma, beberapa (dari) Timor Leste dan Timor Barat bersolidaritas dan turut dalam demo dilakukan di kantor DPR RI 29 Agustus 1995. Selain di Jawa, mahasiswa di Papua dari berbagai kampus juga melakukan demonstrasi di kantor DPRD Provinsi Papua,” kata Ibiroma.
Aksi demonstrasi mahasiswa dan pemberitaan media yang rutin membuat Komnas HAM RI yang baru terbentuk mengirimkan delegasi untuk mengklarifikasi laporan Uskup Muninghoff itu. Delegasi dipimpin Marzuki Darusman.
Kepada pers pada 22 September 1995, Marzuki menyampaikan bahwa temuan Komnas HAM di lapangan menunjukkan kondisi lebih buruk dari pada yang dilaporkan Uskup Muninghoff. Marzuki meminta ABRI membentuk tim sendiri untuk melakukan investigasi agar tidak terjadi ‘kejutan’ jika Komnas memberberkan temuannya.
Tahun 1997-1998 Yosep menerima tanggungjawab sebagai Sekretaris Forum Komunikasi Generasi Muda Irja di Jakarta. Lewat jaringan mahasiswa yang sudah terbangun Yosef terus menjaga semangat perjuangan.
Pada 27 Februari 1997 Yosef bersama 37 orang anggota Forum Komunikasi Generasi Muda Irian Jaya (FKGMIJ) berdiri berhadap-hadapan dengan Paspampres dari semua angkatan dan Polri ketika berdemo di depan pintu masuk Istana Merdeka.
Menurutnya, cahaya lilin ‘spirit kasih bagi Papua’ yang dinyalakan Uskup Muninghoff seolah bertemu dengan ladang gas keberanian yang terpendam dalam jiwa muda, lalu terbakar jadi kobaran api yang tak mampu dipadam bahkan oleh Soeharto dengan kekuatan militer Paspampres ketika itu.
“Saya berdiri di sana dengan satu poster yang saya tulis sendiri untuk Uskup Muninghoff, ‘Uskup Muninghoff, teruskan tugas kenabianmu!’. Setelah pulang ke Papua, Yosep Rumaseb bekerja di Elsham Papua,” ujar Ibiroma mengutip Rumaseb.
“Selamat jalan, kaka (Yosef Rumaseb). Sampai berjumpa dalam kehidupan yang abadi. Salam untuk kaka Yones, Yafet, Ferry, Yance, Fredy, Luis, Anis, Obet, Phaskalis, Lukas, Zakeus, Bosko, Decky, Kris, Yemis, dong semua yang su ada di situ. Hormaaat,” ujar Ibiroma dalam akunnya. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)