Suara dari PSSI Tolikara, Kehadiran Pelatih Timnas Patrick Kluivert Diharapkan Sepak Bola Indonesia Lebih Maju

Suara dari PSSI Tolikara, Kehadiran Pelatih Timnas Patrick Kluivert Diharapkan Sepak Bola Indonesia Lebih Maju

Pelatih Timnas yang baru Patrick Kluivert. Kluivert, legenda bola asal Belanda, menggantikan pelatih Timnas asal Korea Selatan Shin Tae-yong. Foto: Istimewa

Loading

KARUBAGA, ODIYAIWUU.com — Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir beberapa waktu lalu memberhentikan Shin Tae-yong dari posisinya sebagai pelatih Timnas Indonesia. 

Tae-yong, pelatih asal Korea Selatan, segera diganti dengan Patrick Kluivert. Kluivert adalah legenda timnas Belanda yang pernah bermain sejumlah klub besar seperti Ajax Amsterdam, AC Milan, dan FC Barcelona. Kluivert juga pernah memenangi Liga Champions dan Piala Super Eropa bersama Ajax serta pernah menjuarai Liga Spanyol bersama Barcelona.

“Ketua Umum PSSI Pak Erick Thohir melalui media mengumumkan bahwa pelatih Timnas asal Korea Selatan Shin Tae-yong telah diberhentikan dengan hormat,” ujar Ketua Harian PSSI Kabupaten Tolikara Samuel Kogoya kepada Odiyaiwuu.com dari Karubaga, kota Kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan, Selasa (7/1). 

Erick, Menteri BUMN RI, lanjut Kogoya, mengganti Tae-yong dengan pelatih asal Belanda Patrick Kluivert. “Kita berharap agar sepak bola di Indonesia dapat lebih maju dari negara-negara lain,” kata Samuel Kogoya, yang juga Asisten 1 Sekretariat Daerah Kabupaten Tolikara, lebih lanjut.

Menurut Kogoya, Timnas Indonesia seyogianya dilatih oleh pelatih Korea, Jepang atau China dibanding pelatih Belanda mengingat tiga negara tersebut memiliki pelatih yang cukup handal dan sesuai dengan karakter tim, formasi, dan teknik bermain orang Asia sehingga sangat tepat.

“Jika kita mengarah ke Belanda maka sudah pasti gaya, formasi dan starting dari line up Timnas Indonesia pasti berubah. Gaya bermain Belanda adalah total football. Artinya pergerakan di semua lini merata. Di sini dibutuhkan fisik dan stamina mumpuni dan ini akan kalah dengan Timnas kita yang sering lemah dalam adu fisik untuk bermain konstan selama 90 menit,” ujar Kogoya.

Kogoya menegaskan, yang perlu diingat belum tentu mantan pemain hebat bisa menjadi pelatih yang hebat pula. Karena itu, ada beberapa masukan kepada Ketua Umum PSSI Erick Thohir serta Menteri Pemuda dan Olahraga. 

Pertama, orientasi pembinaan PSSI yang mengejar target menuju prakualifikasi Piala Dunia secara instan dengan naturalisasi banyak pemain asing dan mendatangkan pelatih-pelatih hebat harus dibarengi dengan pembinaan dan pengembangan bibit-bibit unggul dari setiap daerah di seluruh Indonesia.

Kedua, perlu menggulirkan kembali turnamen-turnamen lokal di setiap wilayah dan zona di seluruh Indonesia agar menarik sekaligus mencari bibit-bibit unggul. Ketiga, menstimulasi dengan alokasi dana dari APBD guna penyelenggaraan pembinaan dan kompetisi di setiap daerah dengan target melahirkan para pemain handal. 

Keempat, menghidupkan dan kembangkan sekolah-sekolah sepak bola yg kian hari mati suri. Kelima, bukan rahasia lagi jika dalam rekrutmen pemain selalu dibarengi dengan praktek KKN sehingga perlu ada ketegasan dan proses seleksi benar-benar dilakukan secara fair.

“Kelima poin di atas akan memungkinkan kita bisa bangkit dan ditakuti  oleh negara lain. Saya yakin di antara 270 juta penduduk Indonesia banyak bakat dan talenta yang terpendam. Sayangnya, prosesnya selalu dihambat oleh para mafia di lingkungan  KONI dan PSSI yang bertebaran mulai dari pusat hingga daerah,” kata Kogoya. 

Pihaknya berharap kepada Ketua Umum PSSI segera membenahi secara internal yang mengurusi bola dengan menempatkan orang-orang yang mempunyai panggilan serta visi jauh ke depan demi kejayaan bangsa di bidang persepakbolaan. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :