NABIRE, ODIYAIWUU.com — Kerinduan pemerintah dan masyarakat, khususnya umat Katolik di berbagai keuskupan se-Regio Papua yaitu Keuskupan Agung Merauke, Keuskupan Jayapura, Manokwari-Sorong, Agats-Asmat, dan Timika, memiliki Universitas Katolik (Unika) di tanah Papua mendapat sambutan positif di kalangan umat Katolik di bumi Cenderawasih.
Niat mulia dan rencana kehadiran kampus Universitas Katolik (Unika) di Papua bertujuan agar perguruan tinggi Katolik itu terlibat bersama pemerintah dan gereja mencetak sumber daya manusia (SDM) lokal yang unggul dan berkarakter untuk ikut mendukung pemerintah dan masyarakat memajukan daerah.
“Kita semua warga masyarakat, terutama umat Katolik di tanah Papua patut mengucap puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai warga negara dan umat Katolik di tanah Papua, saya menyambut baik dan penuh syukur rencana pendirian Universitas Katolik di tanah Papua,” ujar Yakobus Dumupa, tokoh Katolik tanah Papua kepada Odiyaiwuu.com dari Nabire, kota Provinsi Papua Tengah, Jumat (28/7).
Menurut Dumupa, mantan anggota Majelis Rakyat Papua (MRP), pendirian Unika di tanah Papua sudah lama disuarakan dan diperjuangkan mengingat Gereja Katolik secara hierarki bahkan umat Katolik sudah terbukti berberkontribusi besar bagi pengembangan serta kemajuan sumber daya manusia (SDM) dan pembangunan peradaban manusia di seluruh belahan dunia.
“Pendirian Universitas Katolik di tanah Papua sangat strategis agar gereja Katolik secara hierarki maupun umat lebih bekerja keras lagi memberikan kontribusi lagi bagi pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan kehidupan yang lebih baik di Tanah Papua melalui universitas Katolik ini,” kata Dumupa, tokoh Katolik yang juga mantan Bupati Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah.
Menurutnya, terkait dengan opsi nama Universitas Katolik di tanah Papua saat ini sedang dipertimbangkan dua nama, yaitu Universitas Katolik Fajar Timur dan Universitas Katolik Atma Jaya Papua. Meski demikian, ujarnya, kedua nama yang muncul tersebut baik adanya.
Namun, tokoh muda jebolan Magister Ilmu Pemerintahan (S-2) STPMD “APMD” Yogyakarta tahun 2021, mengusulkan nama Universitas Katolik Papua. Usulan tersebut didasari sejumlah pertimbangan dan alasan berikut. Pertama, nama ini terdiri dari dua kata inti dan penting yaitu Katolik dan Papua.
“Kata atau sebutan Katolik mewakili atau mengandung makna, esensi universalitas Katolik, yaitu Katolik yang bersifat universal, umum. Sedangkan kedua, sebutan Papua mewakili atau mengandung makna, esensi kepapuaan sebagai sebuah entitas khusus, di mana Katolik yang universal itu berada dan berkarya,” kata Dumupa, tokoh muda yang sudah menulis belasan buku aneka tema, termasuk tema terkait tanah Papua.
Dumupa menambahkan, dengan nama Universitas Katolik Papua, diharapkan lembaga pendidikan dengan semangat kekatolikan yang universal bukan hanya berkarya bagi tanah Papua. Lebih dari itu, output-nya juga bermanfaat demi kemajuan bumi Cenderawasih Tanah Papua dan dunia. Artinya, dari tanah Papua, oleh orang Papua, melalui Universitas Katolik Papua, dapat berkontribusi bagi kehidupan universal yang beradab.
“Nama tidak sekadar nama. Nama adalah identitas, harga diri, semangat, dan harapan. Nama Universitas Katolik Papua mempunyai identitas, harga diri, semangat, dan harapan yang positif bagi kehidupan Papua dan kehidupan semesta ke depan,” kata Dumupa, penulis buku Goodide Awe Pito: Mengenang Lima Puluh Tahun Gereja Katolik dan Pendidikan di Goodide.
Ketua Tim Pendirian Kampus Unika di Papua Dr Petrus Bahtiar sebelumnya mengatakan, hingga saat ini berbagai persiapan pendirian kampus tersebut sudah pada tahap memasukkan, upload dokumen pada portal Siaga Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan Republik Indonesia.
Menurut Petrus, surat ijin operasional sudah diterima pihak Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XII dan kini tinggal menunggu jawaban dari Kepala LLDIKTI.
“Kita berharap ijinnya secepatnya keluar, dalam waktu dua minggu mendapat kunjungan lapangan langsung ke kampus. Kami sudah upload dokumennya minggu lalu setelah konsultasi dengan LLDIKTI,” kata Petrus melalui keterangan tertulis yang diterima Odiyaiwuu.com di Jakarta, Selasa (25/7).
Petrus juga memohon doa seluruh masyarakat Papua agar ijin operasional Unika terbit sebelum Agustus 2023, sehingga bisa dilanjutkan dengan penerimaan mahasiswa baru angkatan pertama. Namun, bila ijin terbit setelah Agustus, penerimaan mahasiswa angkatan pertama baru akan dilaksanakan tahun akademik 2024.
Dewan Penasehat Pendirian Unika drg Aloysius Giay, M.Kes mengemukakan, wacana mendirikan Unika di Papua merupakan buah doa dan pergumulan panjang seluruh komponen masyarakat, tokoh gereja, intelektual terutama umat Katolik di tanah Papua sejak tahun 1980.
“Niat mendirikan Unika di Papua menjadi salah satu poin pembahasan dalam Sinode Keuskupan Jayapura tahun 2016. Menindaklanjuti keputusan sinode, beberapa tokoh Katolik di bawah ketua tim, Pak Petrus Bahtiar mulai bekerja dan mendapat dukungan penuh Uskup Dioses Jayapura, Yang Mulia Monsinyur Yan You,” kata Alo Giyai.
Menurut Alo, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura, kehadiran kampus ini juga mendapat respon positif Pelaksana Harian Gubernur Papua Dr Muhammad Ridwan Rumasukun SE, MM sejak Maret 2023 lalu.
“Uskup Dioses Jayapura, Monsinyur Yan You memerintahkan kami agar segera mempercepat proses pendirian Unika di Papua. Sebagai umat, perintah Monsinyur segera kami lanjutkan karena ini misi mulia. Kami semua juga satu tekad untuk segera mewujudkan Unika yang nantinya harus berkualitas,” kata Alo.
Alo menjelaskan, saat ini nama kampus sedang dibahas. Ada dua nama yang diusulkan yakni Unika Fajar Timur atau Unika Atmajaya Papua. Usulan nama Unika Atmajaya sesuai nama besar kampus Atmajaya yang sudah terkenal. Sehingga dari sisi marketing, tidak susah. Namun ada beberapa tokoh mengusulkan Unika Fajar Timur dengan alasan salah satu fakultasnya sudah ada.
Soal sosialisasi keberadaan Unika ini sudah dilakukan pertemuan dengan lima Uskup se-Regio Papua pada 7 Juni lalu di Jayapura. Dalam rapat itu ada penandatanganan kesepakatan mendukung berdirinya Unika di Papua.
Kesepakatan itu terkait empat fakultas menjadi milik Keuskupan Jayapura. Sedangkan Fakultas Filsafat dan Teologi menjadi tanggung jawab bersama lima keuskupan.
Alo, mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, menjelaskan pada Sabtu lalu tercapai kesepakatan bersama Penjabat Bupati Triwarno Purnomo, S.STP, M.Si dengan seluruh tokoh umat Katolik. Bahwa kampus Unika Papua mulai berdiri tahun ini dan dalam rencana akan segera dilakukan peluncuran, launching penerimaan mahasiswa baru.
Namun karena ada berbagai pertimbangan lain agar semua beres baru diluncurkan agar tidak terkesan tergesa-gesa. Untuk sementara, tempat kuliah menggunakan fasilitas SMA Taruna Papua. Setelah berjalan baru dibangun kampus di tempat yang strategis di lahan milik Keuskupan Jayapura.
“Kerja sama dengan pihak SMA Taruna Waena dan SPKP sudah dilakukan. Keduanya milik Keuskupan Jayapura,” kata Alo, birokrat senior asal Papua Tengah. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)