JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Analis politik nasional Eduardus Lemanto, Ph.D segera menerbitkan buku karyanya, Filsafat Kemiliteran dan Keselamatan Negara pekan depan. Buku karya Edu ini akan menambah karyanya terdahulu seperti Presiden Manusia ½ Binatang yang diterbitkan Publishing House, Tebet, Jakarta Selatan Desember 2013.
“Buku ini mengulas trisula perusak tubuh republik: korupsi-oligarki-primordialisme, dwisula perusak badan lembaga pelindung negara serta korporatisasi dan partirisasi militer. Dari traktat ini tidak ada soal baru tetapi hanya sudut bidikan yang dipakai,” ujar Edu Manto di Jakarta, Jumat (19/9).
Edu Manto, doktor filsafat politik lulusan RUDN University (Peoples’ Friendship University of Russia-Moscow) memanfaatkan filsafat kemiliteran, tepatnya etika keprajuritan dalam mengurai kelima soal tersebut.
Dalam buku itu, ujar Edu, pembaca diajak untuk menggeser koordinat pengamatan atas militer, dari semata sebagai peralatan tempur ke peralatan etika. Lorong masuk ke sana melalui fungsi pokok militer sebagai penjaga negara (state guardian).
“Hal ini pun bukan upaya baru. Sebab, lima abad sebelum Masehi, Sun Tzu dalam The Art of War sudah menunjukkan upaya serupa. Militer bukan semata perkakas tempur tetapi juga simbol eksistensi negara. Dalam tubuhnya melekat etika,” kata Edu, magister lulusan S2 Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta.
Edu menambahkan, Sun Tzu menyoal cara kita bernegara. Pandangan filsuf Tiongkok ia sandingkan dengan gagasan Niccolo Machiavelli dalam bukunya The Art of War, Carl von Clausewitz dalam bukunya On War, dan Samuel P Huntington dalam The Soldier and the State, dan pemikir-pemikir kontemporer lainnya.
Ujungnya, kata Edu, muatan etika dalam filsafat kemiliteran, dan etika keprajuritan ia gunakan sebagai pisau bedah terhadap dua tubuh yang tergeletak karena sakit, yang berada dalam satu ruangan operasi yang sama.
Pertama, tubuh negara yang terkapar karena trisula penghancur republik tersebut (korupsi-oligarki-primordialisme). Kedua, tubuh militer yang terbaring lemas karena dua penyakit yang membandel dalam tubuhnya itu (korporatisasi dan partirisasi).
Buku karya Edu Manto setebal kurang lebih 500 halaman ini diberi Prolog sosiolog Prof Robertus Robet dan guru besar filsafat STF Driyarkara Prof F Budi Hardiman. Buku ini diterbitkan Penerbit Lamalera. (*)