OPINI  

Pembakaran Aksesoris dan Atribut Cenderawasih

Samuel Kogoya, ASN di Pemerintah Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan. Foto: Istimewa

Loading

Oleh Samuel Kogoya

ASN di Pemerintah Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan

PEMBAKARAN aksesoris burung Cenderawasih dan burung Kasusari dilakukan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, yang berkedudukan di Jayapura membawahi tiga wilayah yaitu Provinsi Papua, Papua Selatan, dan Papua Pegunungan.

Pembakaran tersebut terdiri dari beberapa asesoris dan pernak-pernik hiasan kebesaran yang selama ini dipakai pada saat mementum penting di daerah maupun di pusat atau upacara seremonial adat di seluruh tanah Papua.

Dalam hitungan menit, aksi pembakaran menjadi viral dan menuai banyak kecaman yang dialamatkan kepada tim gabungan yang melakukan acara pemusnahan tersebut.

Kecaman dan ancaman tersebut patut antisipasi jika disusupi oleh kepentingan pihak ketiga yang bisa saja memperkeruh situasi di Papua. Beberapa video yang beredar di media sosial tidak disertai keterangan yang baik dan terkesan hendak memprovokasi situasi yang damai di tanah Papua.

Publik perlu mewaspadai provokator yang akan menunggangi momen ini agar situasi di tanah Papua kembali memanas dan rusuh. Penulis melihat pihak BBKSDA telah melalukan hal yang benar, namun sebelum melakukan tindakan sweeping atau pemusnahan hasil sitaan tidak disosialisasi dengan baik dari sisi hukum maupun dampak bagi satwa endemik yang dilindungi dan terancam punah.

Dengan demikian, publik bisa memaham dan mengerti. Rata-rata publik di tanah Papua tiba-tiba disuguhi adegan video atribut-atribut kebesaran yang dianggap sakral dan menjadi simbol kebanggaan itu dibakar dan dimusnahkan.

Upaya yang dilakukan BBKSDA Papua dengan melakukan sweeping perlu diapresiasi positif dan perlu didukung oleh semua pihak di enam provinsi di tanah Papua. Kita perlu prihatin dengan semakin langka binatang dan tumbuhan serta seluruh marga satwa endemik Papua yang mulai terancam punah.

Usulan konkrit

Ada beberapa hal yang hemat penulis dapat dilakukan oleh pihak BBKSDA maupun pemerintah serta rakyat Papua. Pertama, sadarkan seluruh manusia yang mendiami tanah Papua agar wajib kita melindungi seluruh binatang, tumbuhan yang merupakan endemik tanah Papua.

Kedua, jujur, penulis adalah salah satu orang sejak lama tidak suka memakai topi Cenderawasih atau bulu Kasuari atau bulu burung yang diatasnya tergantung marga satwa yang sangat dilindungi dan sangat menyedihkan bagi pribadi penulis.

Ketiga, mengusulkan kepada BBKSDA Papua perlu bekerja sama secara aktif provinsi dan kabupaten/kota agar mencari formula bersama menyelamatkan satwa yang sudah mulai punah meli dungi satwa endemik tentunya melaui peraturan di daerah atau strategi lainya.

Keempat, Kepada BBKSDA Papua agar kegiatan sweeping dan pemusnahan tersebut jangan hanya setahun sekali tetapi harus ditingkatkan secara rutin dan berkala, sosialisasi sampai ke daerah agar akan muncul pemahaman yang sama bagi rakyat kita.

Kelima, perlu dilakukan sosialisasi bersama kepada sebagian masyarakat kita yg masih mengantungkan hidupnya dari berburu dan menangkap satwa liar, para pengrajin atau pembuat asesoris dan mencari sumber alternatif bagi mereka agar bisa beralih ke pekerjaan lain yang lebih baik.

Keenam, penulis mengusulkan agar BBKSDA mengandeng perguruan tinggi di Papua, lembaga kesenian, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan semua stakeholders mempunyai kepedulian terhadap seni dan alam agar melaksanakan sayembara guna membuat produk asesoris berbahan alternatif yang lebih mirip asesoris asli sehingga kita bisa beralih mengunakannya pada setiap mementum di daerah.

Dan penulis bahan duplikat thropi burung Cenderawasih atau bulu burung Kasuari kualitasnya akan lebih baik dan harga akan lebih murah sehingga orang akan lebih banyak mengunakannya dari pada asesoris asli.

Kita wajib sadar jika beberapa endemik di Papua mulai punah. Binatang seperti Kasuari, burung Cenderawasih, burung Kakatua Putih, burung Kakatua Hitam atau Burung Tauntaun, Mambruk, Burung Urip, Burung Nuri, Kuskus pohon, Kuskus Putih belang.

Berbagai jenis landak, Kupu-Kupu, ikan Endemik, ikan arwana, ikan sembilan dan segala jenis binatang, tumbuhan seluruhnya jika tidak kita lindungi hari ini maka besok akan punah habis tidak tersisa, kita tidak akan melihat lagi binatang binatang endemik Papua, semua akan tinggal mitos dan cerita. Wahai, mari kita sadar!