OPINI  

Manusia, Makna Eksistensi, dan Teknologi

John Boli Jawang, mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Foto: Istimewa

Oleh John Boli Jawang

Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Parahyangan Bandung

APA yang akan terjadi dengan manusia bila dunia ini semakin canggih dengan berbagai kompleksitas? Dalam bukunya, Homo Deus (2018) Yuval Noah Harari melukiskan, manusia masa yang dengan dominasi ilmu pengetahuan dan teknologi, pada akhirnya tenggelam dalam kesombongan dan mulai mendominasi dunia. 

Dunia yang didominasi oleh manusia, perlahan mulai kehilangan tempat atau bahkan peran yang digantikan oleh berbagai kecanggihan mesin yang mampu merubah dan memperbaharui.

Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan hasil yang nyata dan masa depan yang menjanjikan dengan berbagai tawaran menarik, secara tidak sadar manusia mulai ikut dalam perburuan akan hal-hal yang diinginkannya. 

Pada akhirnya orientasi hidup manusia akan beralih dari apa yang dianggap terlalu abstrak dan tidak memberikan hasil yang nyata kepada sesuatu hal yang lebih memberikan dampak yang nyata. Ilmu pengetahuan serta perkembangan teknologi telah memberikan sesuatu yang menjanjikan, namun di lain sisi telah menghadirkan berbagai tantangan yang kadang kurang disadari.

Persoalan yang timbul dengan kompleksitas dari modernisasi ini adalah hilangnya makna dari eksistensi manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan berbagai kemudahan ternyata juga menjadi tantangan yang memang kurang disadari. 

Ketika teknologi bergerak lebih maju ada kemungkinan semua kegiatan tidak lagi memerlukan tenaga manusia. Semua menjadi kerja mesin dengan hanya diperlukan beberapa orang yang merupakan tenaga ahli yang berkompeten. Situasi ini akan membuat manusia tidak lagi menjadi pribadi yang aktif, tetapi sebaliknya manusia menjadi pasif.

Ilmuwan Amerika Serikat Ray Kurzwell mengingatkan, dalam beberapa waktu yang akan datang, sebuah kecerdasan buatan akan hadir dalam beberapa wajah. Ini bukan sebuah mimpi masa depan, tetapi tanggapan dari realitas yang sedang tersaji. 

Bahaya yang akan timbul adalah ketika ketidaksetaraan antara kecerdasan buatan dan kecerdasan asali manusia. Secara tidak langsung manusia mulai terpinggirkan dan bisa jadi manusia kehilangan eksistensi. Pasalnya, semua aktivitas telah ‘dikuasai’ oleh mesin dan teknologi robotik yang canggih sehingga tidak terlalu memerlukan tenaga manusia. 

Manusia dan mesin kebangkitan di masa depan

Zaman yang sudah semakin maju dalam era milenial ini telah membawa paradigma baru dalam banyak aspek. Manusia sedang menghadapi suatu zaman yang penuh kompleksitas dengan tantangan besar dan kurang disadari. Bila aktivitas masa depan bisa diambil ahli oleh mesin, bagaimana dengan manusia? 

Pertanyaan retoris ini kiranya menjadi penting dan menggugah dalam situasi yang semakin dipenuhi dengan berbagai kecanggihan dan teknologi robotik yang diyakini akan mempermudah aktivitas kerja manusia. 

Munculnya teknologi robotik yang mampu untuk berperilaku layaknya seorang manusia merupakan sebuah tanda adanya kebangkitan mesin masa depan. Masa depan manusia adalah masa depan manusia mesin yang mampu dan bahkan lebih aktif dari manusia. 

Michio Kaku, fisikawan Amerika Serikat mengemukakan tiga hal berkaitan dengan masa depan manusia yakni internet akan menjadi otak, kesadaran kuantum, dan spesies campuran manusia mesin akan menjadi dominan di masa depan. Dalam situasi ini, tentu tenaga manusia akan kehilangan tempat karena semua aktivitas telah diambil ahli oleh mesin robotik.

Manusia akhirnya hanya dapat menjalani aktivitasnya tanpa harus bekerja keras. Manusia mulai bergantung pada apa yang lebih mudah. Manusia tidak lagi bergantung pada dirinya, tetapi pada sesuatu di luar dirinya. Di sini ada bahaya bahwa manusia menjadi pasif dan tidak bisa berbuat apa-apa. Oleh karena itulah bagi Nietzsche, manusia yang demikian ini dianggap sebagai manusia yang takut akan realitas. Oleh karena itu, baginya manusia mesti berani menanggapi realitas yang ada.

Realitas yang hampir separuhnya dikuasai oleh aktivitas mesin dan teknologi robotik menjadi suatu tantangan bagi kehidupan dan masa depan manusia. Perkembangan mesin yang mampu mengubah dengan teknologi robot tentu menjadi realitas yang tidak dapat dielakkan. 

Realitas ini merupakan bagian dari kreativitas pemikiran manusia yang semakin modern, namun tanpa disadari telah menjadi satu tantangan yang serius bagi eksistensi manusia sebagai makhluk ‘menjadi’. Pergerakan manusia menjadi terbatas dan bahkan kreativitas manusia akan hilang karena kemunculan berbagai mesin yang canggih dan teknologi robotik yang mempunya kemampuan yang lebih dan dapat mengubah wajah dunia dengan cepat. 

Menjadi manusia yang tanggap masa depan

Lalu bagaimana manusia menyikapi fenomena ini? Sikap tanggap, peka, dan transformatif menjadi penting bagi manusia dalam menanggapi setiap kemajuan yang kompleksitas. Manusia mesti sadar akan diri sebagai makhluk yang ‘menjadi’ dari eksistensi pribadinya. 

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah saran yang membantu dan mempermudah manusia, tetapi tidak untuk memudarkan eksistensi manusia atau pun peran utama manusia dalam hidup ini. Manusia adalah aktor utama yang melalui kreativitas berpikirnya telah melahirkan berbagai penemuan-penemuan baru, sehingga apapun yang dibuat oleh manusia tetap harus di bawah kendali manusia.

Di sini sangat diperlukan kemampuan manusia untuk menyadari keberadaannya sebagai makhluk yang terus ‘menjadi’. Artinya, sebagaimana kata Nietzsche, manusia harus berani untuk menghadapi realitas ini. Manusia harus keluar dari apa yang disebut sebagai comfort zone (zona nyaman) dan berani untuk bergerak maju menurut hakikat dasarnya sebagai makhluk yang ‘menjadi’. Kemajuan dan kemunculan mesin dan teknologi robotik sejatinya hanya membantu dan mendukung aktivitas manusia, tetapi tidak untuk mengambil alih peran manusia sebagai pelaku utama dalam hidup. 

Di tengah kemajuan ilmu pengetahun, mesin dan teknologi robotik yang canggih, hal yang penting bagi manusia adalah menerima dan memaknai kemajuan sebagai bagian dari kemampuannya. Dengan demikian, di satu sisi manusia tidak meluluh tergantung pada berbagai kemudahan yang ada. Sebaliknya, manusia menunjang manusia dalam kehidupan dan seluruh aktivitas hidup manusia. 

Manusia harus berani keluar dari rasa nyaman oleh karena kehadiran berbagai mesin yang memudahkan hampir seluruh pekerjaan manusia, sehingga kemajuan ini tidak mempunyai kesan membuat manusia menjadi kehilangan makna eksistensinya, tetapi sebaliknya semakin memaknai eksistensi sebagai makhluk yang ‘menjadi’ dengan memberikan suatu sumbangan dalam perkembangan kehidupan yang lebih baik. 

Munculnya mesin dan teknologi robotik bukanlah realitas yang menghalangi kreativitas manusia, tetapi sebaliknya menjadi sumbangan yang mampu membantu manusia untuk semakin mengembangkan diri dan seluruh eksistensinya menjadi semakin manusiawi. 

Oleh karena itu, dalam situasi yang kompleks manusia harus berani keluar dari kenyamanan oleh karena berbagai kemajuan yang telah mempermudah, sehingga manusia mampu untuk menemukan dirinya dan terlebih manusia mampu untuk memaknai kemajuan sebagai realitas yang mendukung seluruh kehidupan manusia menjadi lebih baik, tetapi tidak untuk menghalangi, mengurangi, melemahkan bahkan mereduksi eksistensi manusia sebagai makhluk yang ‘menjadi’ yang terus berkembang untuk menjadi dirinya.