Puisi: Minggu Pagi di Sebuah Puisi dan Celana Ibu Karya Joko Pinurbo - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Puisi: Minggu Pagi di Sebuah Puisi dan Celana Ibu Karya Joko Pinurbo

Sastrawan Indonesia Joko Pinurbo alias JokPin. Sumber foto: sukabumi.inews.id, 2 November 2023

Loading

Minggu Pagi di Sebuah Puisi

 

MINGGU pagi di sebuah puisi kauberi kami

kisah Paskah ketika hari masih remang dan hujan

hujan yang gundah sepanjang malam

menyirami jejak-jejak huruf yang bergegas pergi

pergi berbasah-basah ke sebuah ziarah

 

Bercak-bercak darah bercipratan

di rerumputan aksara di sepanjang via dolorosa

Langit kehilangan warna, jerit kehilangan suara

Sepasang perempuan (: sepasang kehilangan)

berpapasan di jalan kecil yang tak dilewati kata-kata

 

“Ibu akan ke mana?” perempuan muda itu menyapa

“Aku akan cari di Golgota, yang artinya:

tempat penculikan,” jawab ibu yang pemberani itu

sambil menunjukkan potret anaknya.

“Ibu, saya habis bertemu Dia di Jakarta, yang artinya:

surga para perusuh,” kata gadis itu bersimpuh

 

Gadis itu Maria Magdalena, artinya:

yang terperkosa. Lalu katanya, “Ia telah

menciumku sebelum diseret ke ruang eksekusi.

Padahal Ia cuma bersaksi bahwa agama dan senjata

telah menjarah perempuan lemah ini.

Sungguh Ia telah menciumku dan mencelupkan jari-Nya

pada genangan dosa di sunyi-senyap vagina;

pada dinding gua yang pecah-pecah, yang lapuk;

pada liang luka, pada ceruk yang remuk.”

 

Minggu pagi di sebuah puisi kauberi kami

kisah Paskah ketika hari mulai terang, kata-kata

telah pulang dari makam, iring-iringan demonstran

makin panjang, para serdadu berebutan

kain kafan, dan dua perempuan mengucap salam:

“Siapa masih berani menemani Tuhan?”

1998

Sumber: Celana (1999)

Celana Ibu

 

MARIA sangat sedih

menyaksikan anaknya

mati di kayu salib tanpa celana

dan hanya berbalutkan sobekan jubah

yang berlumuran darah.

 

Ketika tiga hari kemudian

Yesus bangkit dari mati,

pagi-pagi sekali Maria datang

ke kubur anaknya itu, membawa

celana yang dijahitnya sendiri

dan meminta Yesus mencobanya.

 

“Paskah?” tanya Maria.

“Pas!” jawab Yesus gembira.

 

Mengenakan celana buatan ibunya,

Yesus naik ke surga.

2004

Sumber: Baju Bulan (2013)

SASTRAWAN Joko Pinurbo alias JokPin lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 11 Mei 1962. JokPin adalah seorang penyair legendaris Indonesia dari tanah Pasundan. Sejak di SMA Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan ia sudah tertarik dan gemar menulis puisi. Ketertarikan menggeluti puisi diteruskan saat ia kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Yogyakarta. 

Beberapa puisi JokPin, ayah dari Maria Azalea Anggraeni dan Paskasius Wahyu Wibisono, sangat terkenal: Celana (1999), Pacar Kecilku (2003), dan Epigram 60 (2022). Ia juga meraih sejumlah penghargaan di bidang sastra, baik dalam maupun luar negeri.  

JokPin meraih Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa (2005 dan 2015), South East Asian (SEA) Write Award (2014). Ia juga menerima Penghargaan Achmad Bakrie. Selain itu, meraih Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta, Sih Award, Hadiah Sastra Lontar, dan Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001). 

Beberapa karya JokPin yang terkenal adalah Perjamuan Khong Guan (2020), Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016), Tahilalat (2012), dan Malam ini Aku akan Tidur di Matamu (2016). 

JokPin menulis dengan gaya romantis, satir, dan humor. Aneka gaya seperti berujung dibaptis sebagai penyair nyentrik. Karya-karyanya diminati dan membawa warna tersendiri dalam dunia puisi Indonesia. Beberapa puisi karyanya juga dimusikalilasi Ananda Sukarlan dan Oppie Andaresta. 

Karyanya

 

Celana (1999) 

Di Bawah Kibaran Sarung (2001) 

Pacar Kecilku (2002) 

Telepon Genggam (2003) 

Kekasihku (2004) 

Pacar Senja: Seratus Puisi Pilihan (2005) 

Kepada Cium (2007) 

Tahilalat (2012) 

Haduh, Aku Di-follow (2013) 

Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan (2013)

Bulu Matamu: Padang Ilalang (2014) 

Selamat Menunaikan Ibadah Puisi: Sehimpun Puisi Pilihan (2016) 

Malam Ini Aku Akan Tidur Di Matamu: Sehimpun Puisi Pilihan (2016) 

Buku Latihan Tidur: Kumpulan Puisi (2017) 

Srimenanti (2019) 

Salah Piknik (2021)

Tak Ada Asu di Antara Kita (2023) 

 

Antologi bersama

 

Tugu (1986) 

Tonggak (1987) 

Sembilu (1991) 

Ambang (1992) 

Mimbar Penyair Abad 21 (1996) 

Utan Kayu Tafsir dalam Permainan (1998) 

 

Prestasi 

 

Puisi Terbaik Dewan Kesenian Jakarta

Hadiah Sastra Lontar, Sih Award

Penghargaan Puisi Terbaik Jurnal Puisi

Tokoh sastra versi Majalah TEMPO

Khatulistiwa Literary Award

 

Penghargaan

Diundang Membaca Puisi di Festival Puisi Antarbangsa Winternachten Over-zee (2021)

Diundang Membaca puisi di Festival Sastra Seni Sinternachten, Belanda (2022).

Diundang pada Forum Puisi Indonesia di Hamburg, Jerman (2002) 

Diundang dalam Festival Puisi Internasional-Indonesia di Solo (2002)

Tinggalkan Komentar Anda :