Tenggelam di Tengah Lautan Massa Setiba di Timika, John Rettob: Tuhan Mendengar Doa Warga Mimika dan Kita Semua - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
DAERAH  

Tenggelam di Tengah Lautan Massa Setiba di Timika, John Rettob: Tuhan Mendengar Doa Warga Mimika dan Kita Semua

Mantan Pelaksana Tugas Bupati Mimika Johannes Rettob saat tiba di Bandara Internasional Mozes Kilang, Timika, kota Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Kamis (19/10). Foto: screenshoot video

Loading

TIMIKA, ODIYAIWUU.com — Mantan Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Mimika Johannes Rettob alias John Rettob, Kamis (19/10) tiba di Bandara Internasional Mozes Kilang, Timika, kota Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, dalam penerbangan dari Jayapura, Papua.

John Rettob meninggalkan Jayapura menuju Mimika, tanah kelahirannya, setelah diganjar vonis bebas majelis hakim dalam sidang di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Kelas II A Jayapura, Papua, Selasa (17/10).

John Rettob dikenakan status terdakwa dan mengikuti serangkaian sidang terkait kasus dugaan korupsi pengadaan pesawat dan helikopter milik Pemda Mimika sebelum akhirnya palu hakim membebaskannya dari semua tuduhan.

“Terima kasih atas doa dan dukungan yang luar biasa yang diberikan kepada kami. Atas kuasa Tuhan, kami dibebaskan dari semua penzoliman dan kriminalisasi dengan kasus yang penuh rekayasa dan politisasi ini. Tuhan Maha Baik dan Maha Adil,” kata John Rettob kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Selasa (17/10).

Sidang putusan itu dipimpin hakim Ketua Thobias Benggian, SH didampingi hakim Anggota Linn Carol Hamadi, SH dan Andi Matalata, SH, MH. Hakim ketua dalam amar putusannya menyatakan, terdakwa tidak terbukti melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Timika dan Kejaksaan Tinggi Papua.

“Terdakwa Johannes Rettob telah menjalankan tugas dan fungsinya sesuai aturan mulai dari perencanaan, pembeliaan, pengadaan hingga pengoperasian pesawat dan helikopter,” kata majelis hakim sebagaimana keterangann tertulis yang diperoleh Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Selasa (17/10).

Tak berlama-lama di Jayapura, Kamis (19/10), John Rettob, cucu Cristian Rettob dan putra Caspar Rettob yang merupakan ayah-anak perintis pendidikan dan agama di Papua khususnya di wilayah adat Meepago, tiba di Timika lalu tenggelam di tengah lautan massa yang setia menungguhnya di bibir bandara udara kelas dunii kebanggaan masyarakat Papua Tengah, khususnya masyarakat suku Amungme dan Komoro serta tujuh suku kekerabatan di lereng gunung Nemangkawi.

Tembang Selamat Ulang Tahun menggema dari pita suara warga yang berebutan mendekati John Rettob sekadar menyalami tokoh kebanggaan masyarakat Mimika. Tembang itu meluncur mengingat pada Rabu (19/10) John Rettob merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-61. John Rettob lahir 19 Oktober 1962 di Kokonao, Mimika Barat (kala itu), FakFak, Nugini Belanda.

John Rettob lama mendedikasikan tenaga dan ilmunya baik di bidang pemerintahan dan agama sebelum akhirnya masuk gelanggang politik dan berhasil mendampingi Bupati Dr Eltinus Omaleng, SE, MH, dalam bursa Pilkada Mimika beberapa waktu sebelumnya.

“Terima kasih atas doa, dukungan, cinta dan kasih sayang serta perhatian yang telah diberikan kepada kami dalam pengabdian serta pelayanan bagi masyarakat tanah Papua terutama masyarakat Papua Tengah di Mimika. Tuhan memberkati kita semua,” kata John Rettob kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Kamis (19/10) pagi.

Sekilas sejarah

Tahun 1927 Cristian Rettob bersama dua rekan guru memantapkan hati dan cintanya demi kemajuan peradaban masyarakat Mimika. Tahun 1939, Caspar Rettob menyusul Cristian, ayahnya ke Mimika. “Saat usia 19 tahun, ayah saya tinggalkan Kei menyusul kakek menjadi guru di Mimika,” ujar John Rettob mengenang Caspar, ayahnya.

Padahal, saat menyusul Cristian ke Mimika, Caspar, ayah John Rettob, adalah seorang guru muda di Kei, Keuskupan Amboina, Maluku. Kala itu Caspar baru berusia 19 tahun. Namun, panggilan jiwa menjadi guru perintis pendidikan, pengajaran agama, pemberdayaan masyarakat lokal di Mimika, lereng Gunung Nemangkawi mendorong Caspar mengikuti jejak Cristian, ayahnya, menjadi guru.

John Rettob tak pernah membayangkan, keputusan Cristian melangkah mantap menuju Mimika, meninggalkan Kei, Maluku, tanah tumpah darahnya. Tak hanya Cristian, puteranya, Caspar juga mengikuti jejak sang ayah menuju Mimika saat masih berusia 19 tahun.

“Tahun 1927, Uskup Amboina mengirim para pastor dan guru-guru dari menuju Fakfak dan Merauke untuk merintis karya Misi. Namun, puluhan tahun jauh sebelumnya, kehadiran kakek dan bapa saya di Mimika bermula dari kebijakan Keuskupan Amboina menugaskan guru-guru dari Amboina, termasuk dari Kei, kampung halaman kami sekitar tahun 1800-an,” kata John Rettob.

Para guru itu dikirim pihak Keuskupan Amboina untuk membuka daerah baru di Mimika. Para guru ini akhirnya ditugaskan Pastor Cornelis Yohan Le Cocq d’Armandville SJ, seorang misionaris Jesuit dari Belanda. Namun, tak lama setelah Pastor Le Cocq tinggal dan bermisi di Mimika, ia meninggal.

Pemukiman baru

John Rettob mengisahkan, tahun 1923, Keuskupan Amboina mengirim lagi para pastor dan guru-guru dari Kei untuk memulai merintis berbagai pemukiman baru sekaligus memulai karya sebagai guru, tukang, guru agama, dan lain-lain di Mimika. Hingga tahun 1927, para pastor dan guru dari Amboina ini menuju lagi ke Fakfak dan Merauke untuk merintis tempat-tempat karya perutusan baru.

“Nah, tahun 1927, kakek saya Cristian Rettob bersama dua temannya diutus ke Mimika. Mereka bekerja selama setahun tetapi belum berhasil membangun masyarakat dan sekolah sehingga mereka kembali ke Kei,” kisah John Rettob.

Tahun 1928, Alexander Rettob, kakek John Rettob yang lain dalam rumpun keluarga Rettob bersama tiga rekan guru yang lain bertugas di kampung Paripi. Mereka berhasil berbaur dengan masyarakat dan mulai merintis sekolah-sekolah. Saat itu, untuk pertama kali orang asli Mimika dibaptis menjadi penganut Katolik. Namun, saat itu ketiga kerabat Rettob bersaudara tinggal di Mimika. Kokonao merupakan pusat Pemerintahan Belanda.

Dalam perjalanan selanjutnya, ujar John Rettob, bukan hanya guru-guru yang dikirim dari Kei ke Mimika. Para guru dan tukang yang rata-rata masih berusia belia dikirim Keuskupan Amboina untuk membangun gedung sekolah, gereja, pastoran.

Kala itu, mereka tidak hanya ditempatkan di Kokonao tetapi mulai menyebar ke kampung-kampung. Para guru dan tukang muda itu juga baru sadar. Ternyata masih banyak kampung dan masyarakat asli Papua yang menyebar tak hanya di bibir sungai, di lekuk lembah namun menyasar juga pedalaman, jauh dari Kokonao. Tugas para guru dan tukang kian berat tetapi mereka mengabdi setulus hati.

Kemudian Keuskupan Amboina mulai mengirim guru-guru dan tukang ke Mimika secara bertahap sejak 1927 hingga kalau tak salah tahun 1957. Guru-guru dan tukang mulai berdatangan dari Kei dan wilayah-wilayah lain di Keuskupan Amboina. Total saat itu ada 75 guru.

“Bapa saya diutus ke Mimika saat berusia 19 tahun. Padahal, saat itu ia guru di Kei. Setelah menikah di kampung, ayah saya ke Mimika mengikuti kakek saya yang sudah duluan menjadi guru di sekolah dan mengajar agama. Ayah dan kakek saya bersama rekan-rekan gurunya mulai aktif membangun sekolah-sekolah di wilayah Mimika. Ayah saya tiba di Mimika tahun 1939 setelah opa (kakek) saya tiba di Mimika tahun 1927,” kata John Rettob.

John Rettob mengaku, ayahnya tiba di Mimika dalam usia yang relatif sangat muda. Saat sang ayah dan teman-teman gurunya dari Kei ke Mimika dan tinggal di Mimika, kabar ke keluarga di Kei putus total. Kerabat dan masyarakat di kampung malah mengangkap ayahnya bersama rekan-rekan guru dan tukang adalah orang-orang hilang tanpa jejak.

“Kerabat dan keluarga besar di Kei sudah mengundang pastor untuk mempersembahkan Misa Requiem, Misa arwah karena mereka berpikir ayah dan kakek saya sudah meninggal. Misa requiem itu bisa dimengerti karena selama tinggal dan mengabdi di Mimika tak ada kabar dari ayah saya ke keluarga Kei. Apalagi saat itu juga tidak ada alat komunikasi. Sekadar surat-menyurat juga sulit karena tidak ada akses,” kenang John Rettob. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :