TIMIKA, ODIYAIWUU.com — Jasad tiga warga asal Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tewas akibat terseret arus sungai Mile 37, Kabupaten Mimika, Minggu (25/8) sore dievakuasi ke Timika, kota Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Jasad Emi serta anaknya, Safiah, dan Roni terbawa arus saat hendak menyeberang kali di Mile 37 Mimika, Minggu (25/8) sekitar pukul 11.00 WIT. KIni, jenazah ketiganya disemayamkan di rumah duka, Jalan Poros SP 2 – SP 5m belakang kantor Pemadam Kebakaran (Damkar) Mimika.
Penasehat Kerukunan Keluarga Besar Manggarai KKBM) Mimika yang juga Kasat Binmas Polres Mimika AKP Doroteus Jemalut mengatakan, evakuasi jenazah dilakukan Minggu (25/8) sekitar pukul 15.30 WIT dan tiba di rumah duka pukul 17.20 WIT.
“Tadi sekitar setengah empat kami jalan dan tiba di Mile 37 langsung evakuasi ketiga jenazah menggunakan satu unit mobil ambulance. Tiba di Timika sekitar setengah lima lewat,” ujar Doroteus melalui keterangan tertulis yang diterima Odiyaiwuu.com di Timika, kota Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Senin (22/8).
Menurut Doroteus, para korban akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) SP 1. Namun, saat ini masih menunggu koordinasi dengan pihak keluarga karena ada beberapa prosesi adat yang dilakukan.
“Para korban rencana akan dimakamkan di sini tetapi untuk proses pemakaman menunggu koordinasi dengan pihak keluarga di kampung karena ada beberapa adat (Manggarai, Flores) yang harus dilakukan,” ujar Doroteus lebih lanjut.
Doroteus menjelaskan, para korban dievakuasi oleh warga sekitar satu kilo dari tempat penyeberangan. Para korban, ujarnya, sempat dicegah menyeberangi sungai mengingat arus air kian tinggi tetapi mereka nekat menyeberang sebelum akhirnya naas menimpa korban.
“Memang mereka sempat dilarang lewat karena melihat debit air yang cukup tinggi, tapi para korban tetap nekat menyeberang. Karena arus kuat dan panik akhirnya para korban terbalik bersama binen yang dipakai lalu hanyut dan ditemukan meninggal dunia,” kata Doroteus.
Menurutnya, selaku penasehat KKBM Mimika, pihaknya sudah menghimbau warga pendulang asal Manggarai. Namun karena ini terkait dengan kebutuhan mencari nafkah korban tetap nekat mencari nafkah. Prinsipnya, ia selalu menyampaikan himbauan sebagai penasehat kerukunan.
“Saya kerap memberikan himbauan. Saya berharap masyarakat bisa cari pekerjaan lain karena ini bukan sekali tetapi sudah sering terjadi. Namun bagaimanapun kita bicara ini soal piring makan dan perut. Sehingga kami hanya bisa memberikan himbauan untuk para keluarga yang masih bekerja sebagai pendulang untuk lebih hati-hati dalam melakukan aktivitas pendulangan,” kata Doroteus. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)