JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Pemimpin Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus melakukan kunjungan apostolik di Indonesia mulai Selasa-Jumat (3-6/9). Selama berada di Jakarta, Sri Paus bertemu Presiden Joko Widodo dan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju.
Sri Paus, Kepala Negara Vatikan, juga bertemu Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr Nasaruddin Umar serta para ulama Islam dan umat Islam dalam suasana penuh keakraban. Pada Kamis (5/9) Sri Paus juga mempersembahkan Misa Agung di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Senayan, Jakarta.
Meski melakukan kunjungan apostolik untuk bertemu umat Katolik Indonesia, masih saja terjadi pro-kontra terkait kunjungan tersebut. Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia merupakan jawaban atas undangan Pemerintah Indonesia.
“Pertama, sebagai sesama umat Katolik kunjungan apostolik Bapa Suci merupakan berkat bagi umat Katolik sekaligus tantangan untuk semakin setia dalam menunaikan tugas-tugas sebagai orang Katolik dan warga negara yang baik di tengah keberagaman,” ujar tokoh awam Katolik Papua Paskalis Kossay kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Jumat (6/9).
Selain itu, ujar Paskalis, dari kunjungan apostolik Sri Paus sebagai orang Katolik umat diajak pula membantu pemerintah memajukan negeri melalui bidang tugas kita masing-masing agar masyarakat dan bangsa selangkah lebih maju.
“Sri Paus juga mengingatkan hal penting bagi umat Katolik. Bahwa kita janganlah lelah berlayar dan menebarkan jala kita masing-masing, jangan lelah bermimpi dan membangun lagi sebuah peradaban perdamaian! Kita harus berani selalu untuk mengimpikan persaudaraan,” ujar Paskalis lebih lanjut.
Di sisi lain, Paskalis menegaskan bahwa perlu dipahami, misi pokok lawatan Sri Paus di suatu negara adalah bersinergi membangun semangat perdamaian dunia dan toleransi umat beragama. Paus, ujar Paskalis, tidak membawa misi khusus untuk merusak hubungan umat beragama di Indonesia.
Menurut Paskalis, sambutan meriah yang diberikan rakyat Indonesia khususnya umat Katolik Indonesia merupakan ekspresi kebanggaan iman atas kehadiran Paus sebagai pemimpin tertinggi dalam hirarki gereja Katolik.dunia.
“Kalau ada pihak lain yang merasa terganggu dengan kehadiran Sri Paus, itu sesuatu hemat saya berlebihan dan terkesan paranoid. Pihak-pihak tertentu mungkin tak perlu memprovokasi keadaan yang justru merusak tatanan toleransi yang sudah dan sedang dibangun pemerintah dengan kehadiran Paus di Indonesia,” katanya.
Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap tujuh pelaku yang diduga memprovokasi di media sosial terkait kedatangan Paus Fransiskus ke Jakarta. Mereka berinisial HFP, LB, DF, FA, HS, ER, dan RS. “Betul,” ujar Juru Bicara Densus 88 Komisaris Besar Aswin Siregar mengutip Tempo.co di Jakarta, Jumat (6/9).
Berdasarkan pernyataan resmi Densus 88, ketujuh pelaku berasal dari berbagai daerah, yaitu di Bangka Belitung, Sumatera Barat, DK Jakarta, dan Jawa Barat.
Keterlibatan para pelaku sebagai berikut. HFP menyerukan untuk mendokumentasikan dan mempelajari protokol keamanan Masjid Istiqlal menjelang kunjungan Paus ke Jakarta. Ia juga berencana mengirimkan orang untuk mengecek protokol keamanan Istiqlal.
Atas perbuatannya, ia pun ditangkap pada Senin (2/9) di Jalan Panaragan Kidul, Panaragan, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat. Penegakan hukum itu dilakukan sekitar pukul 21.37.
Kemudian, LB mengunggah narasi provokasi dengan memberikan gambar bom di kolom komentar media Instagram Tempo yang memberitakan kedatangan Paus ke Jakarta. Ia lalu ditangkap pada Senin kemarin sekitar pukul 21.37 di Jalan Gunuk H. Taya, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Selain itu, pelaku DF menyampaikan narasi provokasi untuk melakukan serangan terhadap kegiatan kunjungan Paus ke Jakarta. Ia pun ditangkap pada Selasa, 3 September 2024 pukul 07.15 di Jalan Dalang 1, Kelurahan Pengasinan, Rawalumbu, Bekasi.
Kemudian, FA menyampaikan provokasi di media sosial untuk membakar tempat peribadatan atau gereja saat kunjungan Paus ke Jakarta. Ia kemudian ditangkap pada Selasa kemarin sekitar pukul 08.13 di Jalan Pahlawan, Aren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi.
Berikut HS menyerukan narasi provokasi di kolom komentar akun Youtube Komsos Konferensi Waligereja Indonesia sebagai berikut “SAYA AKAN BOM PAUS..SAYA TERORIST…HATI2 AJA…TUNGGU KABAR YEEE”. Ia lalu ditangkap pada Rabu (4/9) pukul 13.30 WIB di Kantor Balai Prasarana Permukiman Wilayah Provinsi Bangka Belitung.
Selain itu, ER yang menggunakan akun Akun ABU MUSTAQIIM berkomentar di Facebook dengan kalimat provokasi yakni “…BBBOOOMMM…!!!” sebagai tanggapan atas Paus Fransiskus yang berkhutbah di Masjid Istiqlal.
Selain itu, ER melakukan baiat kepada kelompok Islam militan ISIS pada 2014 dan berkeinginan untuk hijrah. Ia lalu ditangkap pada Rabu kemarin pada pukul 20.53 WIB di Alfamart Sukajaya, Jalan Al Huda 1 Sukajaya, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi.
Kemudian, RS melakukan provokasi di media sosial TikTok pada Kamis (5/9) pukul 16.12. Ia membuat narasi ancaman untuk melakukan penembakan terhadap Paus sebagai berikut “gw dah di istana mau nembak si paus”.
Ia lalu ditangkap pada Kamis pukul 19.35 di Sungai Batuang, Kelurahan Padang Kandang Pulau Air Padang Bintungan, Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Atas perbuatannya, ketujuh tersangka akan diproses hukum. Proses hukum tersangka DF dan FA akan dilakukan Densus 88. Sedangkan proses hukum terhadap RHF, LB, dan ER akan dilakukan Polda Metro Jaya yang didampingi Densus 88. Proses hukum HS dilaksanakan oleh Polda Bangka Belitung, didampingi Densus 88.
“Proses hukum terhadap satu tersangka yakni RS dilaksanakan oleh Polres Padang Pariaman, didampingi Densus 88 AT,” tulis Densus dalam keterangan resmi tersebut. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)