KUPANG, ODIYAIWUU.com — Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat, menyatakan belasungkawa dan doanya bagi putra NTT, Pratu Wilson Anderson Here, yang gugur saat menunaikan tugasnya di Papua.
Wilson adalah anggota Marinir Satgas Mupe Yonif Marinir-3 itu yang tewas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mimika setelah terjadi kontak senjata dengan kelompok kriminal bersenjata atau KKB Papua dari kelompok Egianus Kogoya.
Viktor, mantan Ketua Fraksi NasDem DPR RI asal NTT menyebut darah marinir yang tumpah di tanah Papua, termasuk Pratu Wilson Anderson Here yang tewas di Kabupaten Nduga sana akan kembali menjadi doa dan kekuatan bagi kedamaian di tanah Papua.
“Tapi kita juga berdoa bagi darah yang telah mencucuri Papua oleh darah marinir asal Nusa Tenggara Timur, diharapkan bisa menjadi kekuatan untuk melakukan perdamaian, daerah itu akan menjadi damai dan sejahtera. Mari semua pihak berdoa untuk Papua,” ujar Gubernur Viktor Laiskodat saat ditemui di Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDM) NTT mengutip victorynews.id di Kupang, kota Provinsi NTT, Senin (28/3).
Viktor beharap agar darah dari para korban yang selama ini sudah tumpah di tanah itu dapat membuat Papua berubah dari sebelumnya, damai dan sejahtera. Mewakili pemerintah dan masyarakat Nusa Tenggara Timur, pihaknya menyampaikan duka cita atas meninggalnya Pratu Wilson Anderson, anggota marinir asal tanah Flobamora.
Berita sebelumnya menyebutkan, kelompok kriminal bersenjata (KKB) di bawah pimpinan Egianus Kogoya di Nduga, Papua Sabtu (26/3) dikabarkan menyerang enam prajurit TNI yang bertugas di Pos Quary Bawah, Satgas Mupe Yon Marinir III yang berada di Kware bawah, lokasi Dinas Perikanan di Kampung Traslala, Nduga.
“Benar telah terjadi kontak tembak antara kelompok Egianus Kogoya dengan Satgas Mupe Marinir di lokasi Perikanan. Telah dikonfirmasi, penyerangan terhadap Satgas Mupe menggunakan GLM. Granat Pelontar ke Pos Satgas Mupe, empat anggota satgas mengalami luka, 1 kritis, dan satu orang Danton Satgas Mupe tewas,” ujar Kepala Kepolisian Resor Nduga Kompol I Komang Budhiarta mengutip sindonews.com, Sabtu (26/3).
Sebuah laporan yang beredar di kalangan jurnalis Papua yang diperoleh Odiyaiwuu.com, Sabtu (26/3) membeberkan kronologi insiden tersebut. Laporan itu menyebutkan, pada Sabtu (26/3) pukul 17.40 WIT terjadi gangguan tembakan oleh kelompok separatis terorisme (KST) Nduga terhadap Pos Quary Bawah Satgas Mupe Yon Mar III, saat sedang melaksanakan siaga senja.
Tembakan kelompok KST tersebut menyebabkan sepuluh personil Pos Quary Bawah mengalami luka tembak. Salah seorang prajurit, Letda Mar Ikbal akhirnya meninggal dunia. Sedangkan dua lain dalam kondisi kritis. Sebanyak tujuh lainnya mengalami luka tembak namun dalam kondisi stabil.
Laporan itu juga menyebut, Pos Quary Bawah Satgas Mupe Yon Mar III kekuatan 35 orang, berjarak satu kilo meter dari Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Nduga dan dua kilo meter dari Pos Komando Rayon Militer (Koramil) Kenyam.
Info awal yang diperoleh, masih merujuk laporan itu, pelaku penembakan adalah kelompok Army Kogoya, yang adalah kelompok Egianus Kogoya. Kelompok separatis terorisme menyerang dari dua arah, yaitu dari arah belakang pasar dan dari arah sungai Alguru.
“Dalam penyerangannya, kelompok separatis terorisme menggunakan GLM yang diambil dari Satgas Yonif 700. Sedangkan munisi GLM adalah rampasan dari Satgas Yonif 330. Motif penyerangan masih didalami,” tulis laporan itu.
Laporan itu juga menyebut, seluruh jajaran Korem dan Kolakopsrem 172/PWY agar selalu waspada. Diingatkan agar jangan terlena dgn situasi aman. Dansatgas dimintaselalu mengecek dan meyakinkan jajarannya dalam keadaan waspada penuh.
“Lakukan komsos agar dapat mengetahui indikator pos akan diserang dan sentimen yang sedang bergulir di masyarakat, khususnya di dalam lingkungan kelompok KST. Selalu curiga dgn apa yang terjadi di sekitar pos. Antisipasi segala kemungkinan dengan mempelajari lima aspek medan,” kata laporan itu. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)