KARUBAGA, ODIYAIWUU.com — Sekolah Dasar (SD) Negeri Wina, Distrik Wina, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan menampakkan wajah mengenaskan. Sekolah negeri itu tak lebih seperti kendang ternak. Meski demikian, sebanyak 130 murid setiap hari datang menerima pelajaran dari Yunita Marsela Petoni, S.Pd dan Yani Serai, S.Pd.
Yunita Marsela Petoni adalah guru aparatur sipil negara (ASN) merangkap sebagai Kepala SD Negeri Wina. Sedangkan rekannya, Yani Serai seorang guru honorer. Kebahagiaan tampak dari wajah Yani saat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tolikara melalui pihak Dinas Sosial menyambangi sekolah itu pada Selasa (27/10). Kala itu, atasannya, Yunita tengah bertugas di luar.
Kunjungan aparat Pemkab Tolikara melalui Dinas Sosial setempat tidak hanya membawa kebahagiaan Yuni, sang honorer. Masyarakat kampung juga menyampaikan apresiasi kepada karena ada pejabat kabupaten itu berkenan menyambangi distrik mereka.
Para pejabat daerah itu juga leluasa langsung kondisi masyarakat setempat, termasuk wajah Gedung sekolah tersebut. Kunjungan tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi dinas terkait dalam menindaklanjuti berbagai kebutuhan warga, termasuk urusan pendidikan.
“Sebagai honorer saya juga berharap agar Pemerintah Kabupaten Tolikara melalui Dinas Pendidikan memberikan perhatian terhadap kondisi sekolah ini,” ujar Yani di Distrik Wini, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan, Selasa (27/10).
Yani mengungkapkan, gedung sekolah yang digunakan bersama Yuni, rekan guru sekaligus kepala sekolah mengajar ratusan murid sudah tidak layak digunakan. Termasuk dengan rumah atau tempat tinggal keduanya.
“Kami hanya memiliki tiga ruang kelas, dan itu tidak cukup untuk proses belajar mengajar. Selain itu, perumahan guru yang ada juga sudah rusak,” kata Yani lebih lanjut.
Senada dengan Yani, Yuni menambahkan bahwa tahun depan SD Negeri Wini akan menerima murid baru. Namun, ada rasa cemas bersarang dalam batinnya mengingat tidak tersedia ruang kelas memadai.
“Sekarang hanya ada tiga ruang kelas. Perumahan guru ada dua unit, tetapi sudah lapuk dan tidak bisa dipakai. Kami tetap setia menyiapkan materi untuk mengajar di kelas meski dalam kondisi terbatas,” kata Yuni dengan nada prihatin.
“Kami mengajar secara sukarela karena panggilan hati sebagai anak daerah. Kalau ada rezeki dari kepala sekolah, kami bersyukur, kalau tidak pun kami tetap mengajar,” kata Yani menambahkan.
Keduanya juga mengusulkan pengadaan buku pelajaran, seragam, dan sepatu sekolah untuk siswa. Selain itu, dapat menyediakan layanan internet. Selama ini mereka kesulitan mengirim data atau laporan ke dinas terkait akibat tidak adanya akses internet.
“Harapan besar kami, Pemda Tolikara dapat memenuhi beberapa hal penting: kontrak bagi guru honor, pembangunan ruang kelas baru, perumahan guru, serta pengadaan akses internet kata,” Yani Serai. (Yigibalom Nay)


 
									







