Minta Pemuda Papua Bermental Petarung, Menteri HAM Natalius Pigai: Buktinya Saya Jadi Menteri

Menteri Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Natalius Pigai. Sumber foto: Tribunnews/Chaerul Umam

YOGYAKARTA, ODIYAIWUU.com — Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Republik Indonesia Natalius Pigai, Kamis (13/11) tampil sebagai pembicara dalam diskusi di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) APMD Yogyakarta.

Diskusi itu bukan saja dihadiri civitas akademika sekolah tinggi tersebut namun juga kalangan mahasiswa asal tanah Papua yang tengah melanjutkan kuliah di Yogyakarta.

Dalam kesempatan itu Pigai meminta para pemuda asal bumi Cenderawasih mengembangkan mentalitas petarung untuk meraih sukses. Menteri kelahiran Paniai, Papua Tengah, 25 Desember 1975 menegaskan, Indonesia terbuka dan membuka peluang masyarakat Papua untuk sukses.

“Pemuda Papua harus terus berjuang kendati dari berasal dari latar belakang sederhana. Dulu saya bayangkan, saya orang Papua yang miskin dan minoritas, tidak akan jadi penguasa, nyatanya saya bisa jadi menteri, maka berarti Indonesia itu permainan terbuka,” ujar Pigai di STMPD APMD Yogyakarta, Kamis (13/11).

Pigai, bekas komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas RI, juga meminta agar pemuda Papua tidak melemah semangatnya setelah memasuki birokrasi. Ia menyoroti kecenderungan pemuda yanh kehilangan semangat setelah menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

“Pulang ke Papua, kamu di sini bagus, semangat, gas. Nanti di sana di awal-awal gas, begitu (menjadi) pegawai negeri sipil gasnya sudah mulai turun. Langsung PNS. Sayang,” ujar Pigai lebih lanjut.

Bahkan, ia mengingatkan bahwa produk (selama kuliah di Yogyakarta) dari sini, yang harus dipicu adalah mental sebagai petarung. Hal tersebut sangat penting mengingat Indonesia halaman atau lapangan terbuka.

Pigai juga menceritakan pengalamannya sebagai PNS selama 15 tahun di level nasional. Namun, setelah itu dirinya mundur dari PNS karena permintaan setoran atasan dan praktik birokrasi yang bertentangan dengan moralitas.

“Saya enggak tahu cara ambil uang. Karena pemimpin minta saya uang. Kalau begini, saya akan jadi miskin. Akhirnya saya mundur,” ujar Pigai.

Menurut Pigai, pengalaman tidak menyenangkan itu membuat dirinya semakin yakin pemuda Papua harus berani mengambil risiko untuk menjamah kesempatan yang lebih luas.

Pigai menambahkan, untuk bersaing pemuda harus memegang teguh moralitas, mentalitas, dan kualitas. Ia menegaskan, kesuksesan tidak bisa sekadar ditopang pengetahuan dan keterampilan tetapi kekuatan nilai dan integritas.

“Jangan minta-minta. Jadi petarung yang benar. Saya tidak pernah minta jabatan, tidak pernah ajukan riwayat hidup atau curriculum vitae, CV. Saya berjuang 15 tahun, pagi, siang, sore,” ujar Pigai. (*)