TIMIKA, ODIYAIWUU.com — Peran dan dukungan orangtua merupakan garansi, jaminan keberhasilan program beasiswa anak-anak asli Papua dari suku Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan di berbagai jenjang pendidikan di tanah Papua.
Ketua Pengurus Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) Dr Leonardus Tumuka mengatakan, ia sangat membutuhkan dukungan orang tua untuk mendorong anak-anaknya agar bisa sekolah dengan baik.
“Pendidikan pertama dan utama itu dari keluarga. Ketika orang tua tidak memberikan dukungan, motivasi, dan semangat belajar kepada anak-anak, tentu mereka bisa mengalami kesulitan merampungkan studi. YPMAK sangat membutuhkan dukungan orangtua,” ujar Leo Tumuka di Timika, kota Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Selasa (11/11).
Saat ini, kata Leo, masih banyak peserta program beasiswa yang dikelola YPMAK dari dana kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI) tidak mampu menyelesaikan studi tepat waktu. Bahkan sebagian penerima beasiswa akhirnya kandas merampungkan studinya.
Menurut Leo, putra asli suku Kamoro dan doktor lulusan University of The Philippine, Los Baños tahun 2015, saat ini tercatat lebih dari 4.000 anak Amungme-Kamoro serta lima suku kekerabatan Papua lainnya yang mendapatkan bantuan beasiswa di berbagai jenjang pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
“Banyak adik kita yang mengenyam pendidikan di luar Papua terpaksa pulang karena diprovokasi orangtua bertolak hal sederhana di rumahnya. Saya berharap hal seperti ini dihentikan dan kasi dukungan kepada anak-anak untuk bisa mengenyam pendidikan hingga lulus,” kata Leo.
Leo mengatakan, PTFI dan YPMAK terus memperbaiki formula pemberian bantuan beasiswa bagi anak-anak asli dari Mimika. Ke depan, calon penerima beasiswa yang sudah menyelesaikan pendidikan di jenjang SLTA, diarahkan mengambil jurusan-jurusan yang bisa lebih muda masuk bursa kerja, termasuk pendidikan vokasi atau sekolah-sekolah kedinasan.
“Selama kepengurusan kami periode 2024-2029 komitmen itu sudah jelas. Kalau ada tantangan maka hal itu bukan masalah tetapi proses yang harus dilalui. Adik-adik peserta beasiswa harus siap menghadapi tantangan untuk berprestasi, tidak bisa hanya santai saja lalu dapat beasiswa. Ke depan beasiswa lebih diarahkan pada prestasi dan kualitas,” kata Leo.
Pihak YPMAK juga mengharapkan dukungan penuh pemerintah daerah untuk membenahi kualitas pendidikan dasar dan menengah di Mimika dan Papua Tengah. Dengan demikian, kualitas generasi muda Papua dari suku Amungme-Kamoro serta lima kekerabatan suku perlahan meningkat setiap waktu.
Dalam beberapa tahun terakhir, katanya, YPMAK tidak lagi mengirim peserta beasiswa untuk melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di luar Papua seperti awal 2000-an.
Sebagian lulusan SMP dari Mimika saat ini dikirim ke beberapa sekolah di Jayapura dan Manokwari seperti SMA Katolik Teruna Bhakti Jayapura dan SMA Katolik Villanova Manokwari.
“Saat ini, Program Beasiswa PTFI melalui YPMAK sudah mampu menghasilkan empat orang anak asli Amungme-Kamoro menjadi dokter,” ujar Leo, Ketua Pemuda Katolik Komisariat Cabang (Komcab) Mimika periode 2022-2025.
Leo menyebut, saat ada beberapa dokter yang sukses berkat program beasiswa Yayasan yang dipimpinnya. Mereka adalah dr Beanal yang ini Tengah menyelesaikan pendidikan magister (S2) konsentrasi Manajemen Rumah Sakit.
Selain itu, dr Sephia Chrisilla Jangkup yang menyelesaikan pendidikan dari Universitas Kristen Indonesia (UKI), Cawang, Jakarta Timur, drg Fransiska Poana dan dr Aprilda Yulifa Thalia Thomas Karupukaro yang baru dikukuhkan di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, 4 November 2025.
Menurut Leo, saat ini masih terdapat beberapa putra-putri Amungme-Kamoro yang tengah menempuh pendidikan kedokteran pada sejumlah universitas di Indonesia, juga terdapat peserta program beasiswa yang masuk dan diterima menjadi mahasiswa STPDN Jatinangor, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dan Sekolah Perhubungan.
Leo adalah intelektual muda tanah Papua dari suku Kamoro. Ia sosok yang dikenal ulet dan sabar meraih sukses di bidang pendidikan. Leo lahir pada 20 Juli 1984 di Timika. Namanya nyaris tenggelam di tengah hingar-bingar aktivitas sosial, politik, dan kemasyarakatan di tanah Papua, khususnya Papua Tengah meski mengoleksi rekam jejak (track record) menggunung sebagai intelektual muda dan aktivis organisasi sosial hingga kepemudaan lainnya.
Leo melewati masa pendidikan dasar di SD Inpres Koperapoka, Timika, Papua hingga tamat tahun 1999. Ia masuk SMP YPPK Santo Bernardus Timika, Papua dan tamat tahun 2002.
Leo kemudian merampungkan studinya di SMA Negeri 2 Madiun, Jawa Timur tahun 2005. Semangat belajar menggapai masa depan terus terpatri dalam dirinya.
Dari Madiun, Leo menuju Bandung, Jawa Barat. Di bumi Parahyangan, ia melanjutkan kuliah Ilmu Politik pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fisip Universitas Pasundan (Unpas) hingga selesai tahun 2019. Saat wisuda, ia mencatatkan diri sebagai mahasiswa yang lulus cum laude (dengan pujian).
Tak sampai di situ. Leo kemudian melanjutkan kuliah pada Program Magister dengan konsentrasi Manajemen SDM di Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Semarang, Jawa Tengah hingga lulus tahun 2011.
Leo, suami Maria Goretti Renjaan, S.Fil, lulusan Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Santo Petrus Sinaksak, Pematangsiantar, Sumatra Utara, kemudian menuju Philipine, negeri yang pernah dipimpin Presiden Ferdinand Marcos, melanjutkan studi doktoral. Ia lalu meraih doktor (Ph.D) di Universitas Filipina, Los Banos.
Meraih gelar akademik tertinggi tentu merupakan sebuah capaian akademik membanggakan bagi seorang anak muda dari lereng gunung Nemangkawi, tanah Papua. Gelar akademik itu tentu menjadi motivasi tidak hanya bagi generasi muda tanah Papua teristimewa generasi muda di lereng Nemangkawi namun juga Indonesia.
“Pendidikan merupakan investasi strategis bagi masa depan bangsa. Siapapun dan dari latar belakang manapun bisa meraih pendidikan hingga level tertinggi sepanjang semangat belajar, berdiskusi, dan pantang menyerah tertanam dalam diri. Saat ini peluang meraih pendidikan hingga level tertinggi sangat terbuka, tinggal memanfaatkan waktu sebaik mungkin,” ujar Leo. (*)










