Oleh Samuel Kogoya
ASN di Pemerintah Kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan
MEMASUKI Desember nyaris di seluruh tanah Papua masa musim muah Matoa mulai berakhir setelah Oktober-November masa puncak panen di hutan-hutan pesisir tanah Papua. Buah Matoa (Phometia Pinnata) adalah jenis buah yang identik dengan Papua.
Menyebut buah asli tanah Papua siapapun pasti akan menyebut Matoa. Mengapa? Buah ini hanya bisa tumbuh di seluruh tanah Papua. Di luar Papua seperti Pulau Kalimantan, Jawa atau Sulawesi sudah coba dibudidayakan tetapi hasilnya kurang l maksimal karena tekstur dan rasa jauh dari rasa Matoa dari habitat aslinya di bumi Cenderawasih.
Buah Matoa sudah lama menjadi bagian dari budaya dan tradisi hidup masyaralat lokal di Papua selama berabad-abad. Masa berbunga pohon Matoa, masa panen, masa gugur daun selalu menjadi pertanda alami masyakarat lokal untuk memprediksi tanda-tanda alamnya.
Misalnya ketika musim Matoa tiba akan banyak berkumpul burung kelelawar, babi hutan dan bersamaan itu masyarakat adat melakukan perburuan dan beberapa tanda lainya.
Manfaat Buah Matoa
Buah Matoa memiliki tekstur yang lembut dan rasa manis alami. Bila dilukiskan atau dibandingkan di antara rasa buah rambutan dan buah kelengkeng, rasa buah Matoa sedikit berbeda.
Ada sensasi unik dan menyajikan rasa kangen, keinginan kuat bagi para penikmat buah Matoa. Beberapa hasil penelitian telah dibuktikan bahwa buah Matoa mengandung vitamin C, potassium, dan antioksidan.
Buah Matoa juga memiliki potensi luar biasa besar, baik pasar lokal, nasional maupun global. Potensi pasar lokal, misalnya, ketika musim Matoa tiba pendapatan masyarakat juga meningkat. Matoa medongkrak pendapatan dan berkah dadakan bagi pemilik pohon maupun pemborong.
Matoa juga mendorong perputaran ekonomi di pasar lokal di wilayah pesisir Papua. Misalnya, Matoa dengan kwalitas bagus atau kerap disebut Matoa kelapa ukuran 1 kilo gram dijual dengan harga Rp 100 ribu bahkan bisa menyentuh angka Rp 150 ribu.
Secara nasional buah Matoa sangat dikenal di kota-kota besar di sejumlah wilayah di Indonesia seperti kota-kota di Pulau Jawa. Buah matoa telah ditanam dan dibudidayakan bahkan hasilnya telah didistribusi dan dijual di Mall dan Supermarket di beberapa kota terbesar di Indonesia. Namun, sekali lagi tekstur dan rasa buah tidak seperti halnya di tanah Papua, habitat asli pohon Matoa.
Potensi Ekspor
Buah Matoa atau si Manis dari tanah Papua memiliki potensi ekspor luar biasa besar. Potensi komoditi ini masih tersembunyi, dan belum banyak dilirik oleh pemerintah daerah, sektor swasta maupun petani profesional. Padahal, potensi pohon Matoa sangat mungkin dibudidaya dengan teknologi guna menghasilkan produk berkualitas baik dan memenuhi standar ekspor.
Langkah budidaya dengan teknologi tepat guna menjadi peluang emas di saat kota-kota besar dan toko buah di Indonesia dibanjiri buah-buah impor dari luar negeri seperti apel, jeruk, anggur, palem, strawbery, muebery, alpukat dan lain-lain.
Bila dibudidaya dengan teknologi tepat guna potensi buah Matoa bisa berpeluang tenbus pasar ekspor, khususnya di kawasan Asia Tenggara, Asia Pasifik, dan Asia Selatan.
Hingga kini, buah Matoa di habitat aslinya hanya ditebang dari pohon-pohon liar yang tumbuh di pekarangan rumah, kebun atau hutan-hutan lebat. Namun, belum ada insisiatif dari pemerintah atau lembaga swasta maupun perguruan tinggi untuk melakukan penelitian agar buah Matoa dapat dibudidaya dengan baik, profesional, dan menggunakan teknologi tepat guna.
Padahal, Matoa bisa ditanam dengan mudah dan jangka waktu panen bisa diperpendek. Matoa dengan kualitas bibit bagus dapat didistribusi kepada para petani lokal guna mendongkrak pemasukan ekonomi keluarga.
Di seluruh tanah Papua buah Matoa dipanen dengan cara menebang pohon atau memangkas dahannya. Hal ini lambat laun membuat pohon Matoa akan semakin jarang ditemui. Pemandangan yang sering dijumpahi pohon Matoa ditebang tanpa kendali dan pengawasan.
Padahal, Matoa adalah salah satu kayu unggulan dari Papua bukan sekadar buahnya laris manis tetapi hasil panen kayu Matoa dikenal berkualitas. Banyak bangunan dan meubelir mengunakan kayu Matoa sebagai alternatif material utama.
Potensi buah Matoa sangat menjanjikan. Selain itu, pohonnya digunakan sebagai bahan bangunan berkualiatas tinggi. Singkatnya, kayu Matoa mendapat julukan si Manis dari Tanah Tapua dengan aneka manfaat.
Potensi Matoa di tanah Papua dengan aneka keunggulan dan nilai ekonomi mengajak kita semua, generasi bumi Cenderawasih kaum cendikiawan dan orang pintar di seantero Indonesia untuk melihat pohon Matoa sebagai potensi dari tanah Papua.
Selama ini potensi Matoa masih tersembunyi untuk dikembangkan, dibudidayakan lalu dikemas sehingga tidak hanya memberi manfaat ekonomi bagi warga tetapi sekaligus memiliki kualitas eskpor.








