OPINI  

Catatan Menutup 2025 dan Asa Menjemput 2026

Dr Imanuel Gurik, SE, M.Ec.Dev, Asisten Bidang Ekonomi, Pembangunan, dan SDM Setda Tolikara; Doktor lulusan Uncen, Jayapura, Papua. Foto: Istimewa

Oleh Dr Imanuel Gurik, SE, M.Ec.Dev

Asisten Bidang Ekonomi, Pembangunan, dan SDM Setda Tolikara; Doktor lulusan Uncen, Jayapura

DALAM hitungan ham, tahun 2025 segera berlalu. Bagi penulis —dan tentu juga siapapun— menyimpan banyak pengalaman dalam ziarah hidup. Penulis sungguh mengalami sepanjang 2025 merupakan tahun pembelajaran paling jujur dalam ziarah hidup dan pelayanan dalam tugas bagi sesama dan daerah.

Tahun 2025 tidak selalu mudah, tetapi sangat membentuk penulis sebagai pribadi yang senantiasa berada dalam ruang doa dan kerja keras, tulus serta bertanggung jawab. Ada banyak rencana yang tidak berjalan seperti yang di harapkan, namun justru dari situlah penulis belajar memahami batas diri, arti kesabaran, dan pentingnya berserah dalam keseluruhan proses kehidupan mengabdi semesta.

Sebagai manusia biasa, penulis kerap merasa lelah: lelah fisik, pikiran, lelah batin. Tanggung jawab sebagai pelayan publik menuntut kepekaan, fokus, ketegasan, dan konsistensi. Namun di saat bersamaan kehidupan keluarga menuntut kehadiran, kehangatan, dan kesabaran.

Menjaga keseimbangan antara keduanya bukan perkara mudah. Tahun 2025 mengajarkan bahwa keseimbangan tidak datang dengan sendirinya. Ia mesti harus diperjuangkan dengan setia dalam kesadaran dan kerendahan hati.

Di rumah, penulis belajar bahwa pelayanan sejati dimulai dari hal-hal yang paling sederhana. Bukan dari jabatan, bukan dari keputusan besar, melainkan dari cara hadir, mendengar dengan hati, dan bersikap bijak.

Arti Pulang Sesungguhnya

Ada saat-saat ketika pekerjaan terbawa pulang —pikiran masih dipenuhi agenda, emosi masih terikat tekanan. Tahun ini menegur dengan jujur: keberhasilan di ruang publik tidak akan pernah bermakna jika rumah kehilangan damainya. Dari keluarga, penulis kembali belajar tentang pengampunan, kesabaran, dan arti pulang yang sesungguhnya.

Di kantor dan dalam pelayanan pemerintahan, tahun 2025 adalah tahun dengan tanggung jawab nyata. Setiap kebijakan dan keputusan bukan sekadar angka di atas kertas, tetapi menyentuh kehidupan banyak orang. Dalam konteks Papua, tantangan pelayanan publik tidak pernah sederhana.

Kondisi geografis, keterbatasan infrastruktur, dinamika sosial, serta regulasi yang terus berkembang menuntut kehati-hatian dan kebijaksanaan dalam setiap langkah.

Tidak semua keputusan dipahami. Pun tidak semua niat baik diterima. Ada kritik, tekanan bahkan ada ekspektasi yang kadang tidak seimbang dengan sumber daya yang tersedia. Dalam situasi seperti itu, penulis belajar bahwa integritas bukan sekadar prinsip yang diucapkan.

Ia adalah opsi, pilihan yang harus diambil setiap hari. Ada jalan pintas yang terlihat menggoda, ada keputusan cepat yang tampak praktis, tetapi tidak selalu benar. Tahun 2025 mengajarkan untuk menahan diri dan memilih yang benar, meski tidak selalu populer.

Penulis juga tidak menutup mata terhadap kekurangan diri sendiri. Ada komunikasi yang seharusnya bisa lebih baik, ada respons yang perlu lebih bijak, dan ada proses yang harus dijalani dengan hati yang lebih sabar. Mengakui kekurangan bukanlah hal yang mudah, tetapi penting. Tanpa kejujuran terhadap diri sendiri, pelayanan akan berubah menjadi rutinitas yang kehilangan makna.

Di balik semua tantangan itu, 2025 juga penuh dengan hal-hal baik yang patut penulis syukuri. Ada kerja sama yang terbangun dengan tulus, ada rekan kerja yang setia menopang proses, dan ada masyarakat yang tetap menaruh harapan.

Penulis semakin menyadari bahwa pelayanan publik adalah kerja kolektif. Tidak ada keberhasilan yang lahir dari kerja sendiri; semua adalah hasil dari kebersamaan dan komitmen bersama.

Karya Perdana

Tahun 2025 juga menjadi momen penting dalam perjalanan pemikiran penulis. Pada tahun ini, ungkapan syukur lahir dapat menerbitkan dua buku karya perdana yang lahir dari kegelisahan dan tanggung jawab moral terhadap tanah Papua.

Buku pertama lahir sebagai pengingat bahwa Papua bukan wilayah pinggiran, melainkan bagian integral dari masa depan Indonesia. Pembangunan Papua tidak boleh dilihat sebagai beban daerah semata, tetapi sebagai tanggung jawab konstitusional negara untuk menghadirkan keadilan, perlindungan, dan kesejahteraan yang setara.

Sedang buku kedua lahir dari keprihatinan penulis melihat banyak orang —termasuk di Papua— yang bekerja dan mengabdi sepanjang hidup, tetapi memasuki usia tua tanpa perlindungan yang layak.

Penulis percaya, masyarakat yang beradab adalah masyarakat yang tidak meninggalkan warganya di hari tua. Gagasan perlindungan hari tua dalam buku kedua tersebut penulis tawarkan sebagai kerangka kebijakan yang berpihak, bermartabat, dan berkelanjutan.

Selain kontribusi pemikiran melalui buku, tahun 2025 juga menjadi tonggak penting dalam perjalanan akademik. Dengan penuh syukur, pada tahun ini berhasil menyelesaikan pendidikan strata tiga (S3) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua.

Proses pendidikan doktoral ini bukan perjalanan yang singkat dan mudah. Ia menuntut disiplin, ketekunan, serta pengorbanan waktu di tengah tanggung jawab pelayanan publik dan kehidupan keluarga. Namun bagi penulis, pendidikan bukan sekadar pencapaian akademik.

Pendidikan juga ikhtiar untuk memperdalam cara berpikir, memperkuat dasar analisis, dan menajamkan kepekaan dalam merumuskan kebijakan pembangunan yang berkeadilan. Penyelesaian studi doktoral ini penulis maknai sebagai amanah tambahan. Ilmu pengetahuan tidak boleh berhenti di ruang akademik, tetapi harus diabdikan.

Pengetahuan dan perspektif ekonomi yang saya peroleh diharapkan dapat berkontribusi nyata dalam perencanaan, pengambilan kebijakan, serta pengembangan strategi pembangunan daerah—terutama dalam menjawab persoalan kemiskinan, ketimpangan, dan perlindungan sosial di Papua.

Tahun 2025 juga juga penulis maknai sebagai tahun penuh syukur. Bersyukur kepada Tuhan atas penyertaan-Nya yang setia dalam setiap langkah kehidupan dan pelayanan. Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bupati Tolikara yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk mengemban amanah sebagai Asisten Bidang Ekonomi, Pembangunan, dan SDM Sekretariat Daerah Kabupaten Tolikara.

Kepercayaan ini bukan sekadar jabatan, melainkan tanggung jawab moral untuk bekerja dengan jujur, rendah hati, dan berpihak pada kepentingan masyarakat. Di tengah tanggung jawab pelayanan publik, penulis juga mensyukuri anugerah terbesar dalam hidup, yaitu keluarga.

Sepanjang tahun 2025, bersama keluarga boleh menjalani kehidupan dengan sehat. Kesehatan dan kebersamaan keluarga menjadi kekuatan utama untuk tetap melangkah dan melayani.

Memasuki tahun 2026, harapan penulis sederhana namun mendalam: kiranya Tuhan terus menjaga keluarga, memberi kesehatan, kedamaian, dan hikmat dalam setiap langkah kehidupan.

Ketika melangkah ke tahun 2026, harapan tidak lagi berlebihan. Tidak meminta jalan yang mudah, tetapi hati yang lebih bijak. Dengan demikian, berharap dapat melayani dengan lebih tenang, bekerja dengan lebih jernih, dan hadir dengan lebih utuh —baik di rumah maupun dalam tugas pelayanan publik.

Dalam konteks lebih luas, penulis berharap 2026 menjadi momentum untuk memperkuat arah pembangunan Papua, dari sekadar perencanaan menuju dampak nyata yang benar-benar dirasakan masyarakat hingga ke kampung-kampung.

Penulis menyadari, perjalanan ke depan tidak akan mudah. Tantangan akan selalu ada. Namun dengan penuh keyakinan, Tuhan yang menuntun penulis melewati 2025 akan tetap memimpin langkah memajuki gerbang 2026. Selama mau belajar, rendah hati, dan setia pada nilai-nilai kebenaran, setiap Langkah —sekecil apa pun— akan memiliki arti.

Pada akhirnya, hidup dan pelayanan bukan tentang seberapa tinggi kita melangkah, tetapi seberapa setia kita berjalan. Tahun demi tahun akan berlalu, tetapi nilai-nilai yang kita hidupi akan tinggal. Itulah harapan saya ketika menyongsong 2026: hidup yang lebih bermakna, pelayanan yang lebih jujur, dan iman yang lebih dewasa.

Akhir kata: Selamat Menyambut Tahun 2026