JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tolikara, Senin (29/12) mengadakan Diskusi Kelompok Terpadu atau Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Grand Talent, Jayapura, Papua.
Dalam FGD tersebut, sebuah langkah besar diambil untuk memperkuat identitas pariwisata Papua mencuat yaitu wacana penyelenggaraan Festival Etnik Religi (FER) Tolikara tahun 2026.
FGD dihadiri Bupati Tolikara Willem Wandik, S.Sos bersama Sekretaris Daerah Dr Yosua Noak Douw, S.Sos, M.Si, MA, Asisten Bidang Ekonomi, Pembangunan dan SDM Setda Dr Imanuel Gurik, SE, M.Ec.Dev, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dr Demus Kogoya, dan Kepala Dinas Pariwisata.
FGD dihadiri juga perwakilan Dinas Pariwisata Provinsi Papua, Dinas Pariwisata Kabupaten Jayapura, akademisi Universitas Cenderawasih (Uncen), Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia atau Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita), dan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI).
“Pelaksanaan Festival Etnik Religi akan berkolaborasi dengan Festival Danau Sentani dan Festival Lembah Baliem yang gaungnya sudah mendunia dengan menghadirkan wisatawan domestik dan manca negara serta para pengunjung dari seluruh Indonesia,” ujar Imanuel Gurik di Jayapura, Papua, Selasa (30/12).
Menurut Imanuel, Festival Etnik Religi yang akan menjadi even religi dan budaya kebanggaan Tanah Injil Tolikara serta tanah Papua, bukan sekadar agenda tahunan. Festival ini juga diharapkan menjadi motor penggerak utama (prime mover) pembangunan daerah yang menempatkan iman, budaya, dan kebersamaan sebagai fondasi utama.
“Festival Etnik Religi merupakan kebijakan lintas sektor yang menyentuh aspek budaya, lingkungan hingga ekonomi berkelanjutan. Pembangunan sejati harus bertolak dari jiwa masyarakatnya sendiri,” ujar Imanuel, doktor muda putra asli Papua jebolan Uncen.
Imanuel menambahkan, kolaborasi antara Festival Etnik Religi, Festival Danau Sentani, dan Festival Lembah Baliem merupakan cara mempertegas semangat kebersamaan di tanah Papua. Masing-masing festival membawa keunikan tersendiri.
Festival Danau Sentani menyajikan keunggulan tata kelola komunitas dan budaya air ataudanau. Sedangkan Festival Lembah Baliem menjaga dan merawat ketangguhan tradisi dan solidaritas antarsuku di pegunungan.
“Kalau Festival Etnik Religi Pemerintah Kabupaten Tolikara melengkapi dengan dimensi dan perpaduan etnik dan religi, di mana iman dirayakan dalam budaya,” kata Imanuel, magister (S2) lulusan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Sinergi ketiga event wisata dan budaya tersebut bertujuan untuk menciptakan kalender wisata yang terintegrasi, sehingga arus kunjungan wisatawan menjadi lebih stabil dan manfaat ekonominya menyebar secara adil lintas daerah di Papua Pegunungan.
“Selain aspek spiritual, Festival Etnik Religi 2026 diproyeksikan menjadi panggung bagi ekonomi kerakyatan. Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah atau UMKM, pengrajin, petani hingga seniman lokal, khususnya orang asli Papua akan menjadi subjek utama dalam perputaran ekonomi selama festival berlangsung,” ujar Imanuel.
Dalam festival tersebut, kata Imanuel, nantinya generasi muda juga didorong untuk mengambil peran sentral. Mulai dari kurasi program hingga promosi digital. Keterlibatan pemuda, diharapkan mampu membawa tradisi Papua menjangkau dunia tanpa kehilangan jati diri.
Aspek ekologis tak luput dari pembahasan. Mengingat bagi masyarakat Papua alam adalah bagian dari spiritualitas, FER 2026 akan menerapkan etika pariwisata yang ketat, termasuk pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dan edukasi kearifan lokal bagi pengunjung.
“Dengan wacana ini, Tolikara dan Papua secara luas siap melangkah menuju panggung dunia melalui pariwisata yang bermartabat, berintegritas, dan berbasis pada nilai-nilai luhur masyarakat,” ujar Imanuel. (*)










