TIMIKA, ODIYAIWUU.com — Pihak Kepolisian Resor (Polres) Mimika, Sabtu (15/11) mengamankan tiga waimum atau kepala perang menyusul perang panah antara dua kelompok massa di Dístrik Kwamki Narama, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
“Hari Sabtu (15/11) kemarin kami laksanakan razia skala besar bersama Brimob, kemudian kami amankan tiga kepala perang,” ujar Kepala Kepolisian Resor Mimika Mimika AKBP Billy Andha Hildiario Budiman, SIK, MH di Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Senin (17/11).
Menurut Billy, pihaknya sudah melaksanakan pemeriksaan dan ketiga kepala perang membuat surat pernyataan selanjutnya dipulangkan. Ketiganya diamankan karena berstatus kepala perang dan ada yang melakukan penghasutan.
“Jadi mereka (waimum) kami pulangkan dan membuat surat pernyataan. Jika terulang lagi kita proses hukum dan kita pastikan nantinya proses hukumnya di luar Timika,” kata Billy lebih lanjut.
Billy mengatakan, sebelumnya pihaknya juga mengamankan beberapa orang lalu dipulangkan serta ada yang wajib lapor dan membuat surat pernyataan.
“Sebenarnya dari minggu lalu kami amankan beberapa orang. Pertama satu provokator tetapi berhubung dia sakit terus kita pulangkan. Berikutnya kita amankan ada 18 orang dan juga kita pulangkan. Semua kita pulangkan tapi ada 1 yang wajib lapor termasuk kepala perang yang kita amankan kemarin juga wajib lapor,” katanya.
Billy mengimbau warga di Kwamki Narama untuk menahan diri agar tidak terprovokasi dan meminta para tokoh menciptakan suasana yang sejuk kepada masyarakat.
“Kami terus melakukan razia jika masih bandel ya kita tindak tegas karena sesuai komitmen kita, memang konflik ini harus diakhiri. Jangan ada lagi perbuatan saling membunuh karena kita disini negara hukum,” ujar Billy.
Pihak kepolisian sebelumnya mengungkap penyebab utama pecahnya perang panah antar dua kelompok warga di Distrik Kwamki Narama yang berlangsung sejak Minggu (2/11). Perang panah berujung seorang pendeta meninggal.
Kepala Kepolisian Sektor Kwamki Narama Ipda Yusak Sawaki menjelaskan, konflik berdarah tersebut dipicu kasus perselingkuhan di Kabupaten Puncak. Namun, konflik itu merembet hingga ke wilayah Kwamki Narama, Mimika.
“Perselingkuhan itu terjadi di Puncak, tapi dibawa-bawa sampai ke Kwamki Narama. Pelaku yang terlibat dalam perang ini bukan murni warga Kwamki, tapi juga ada yang datang dari Puncak, Beoga, Tembagapura, dan SP-SP,” kata Yusak di Timika, Rabu (5/11).
Bentrok yang berpusat di Jalan Mambruk, Timika, tidak hanya menimbulkan sejumlah korban luka. Seorang pendeta juga akhirnya meregang nyawa akibat terkena panah pada Senin (3/11).
Menurut Yusak, perang ini merupakan kelanjutan dari konflik lama yang sebelumnya sudah difasilitasi Polres Mimika melalui mediasi pada Sabtu dan Selasa (11 dan 21/10). Namun, kesepakatan damai gagal karena kedua kelompok merasa tidak puas dengan hasil pertemuan tersebut.
“Pagi tadi (Rabu, 5/11) mereka sempat kembali saling menantang dan mengangkat panah, tetapi berhasil diredam oleh anggota Polres yang siaga dan melakukan patroli secara terus-menerus,” katanya. (*)










