Hantu PKI: Senjata Murahan Politik Indonesia

Hantu PKI: Senjata Murahan Politik Indonesia. Gambar ilustrasi: Odiyaiwuu.com

Loading

LABEL PKI masih terus dipakai di negeri ini, meski partai itu sudah lama dibubarkan dan sejarahnya hanya tersisa di buku-buku pelajaran. Anehnya, setiap kali perdebatan politik memanas, tuduhan PKI segera dilontarkan. Lawan politik dicap PKI. Aktivis yang kritis diserang dengan label PKI. Bahkan masyarakat biasa yang berbeda pandangan bisa dituduh PKI. Ini bukan sekadar ironi, tapi bukti betapa rendahnya kualitas politik dan kedewasaan berpikir bangsa ini.

Pertama, label PKI telah menjadi senjata politik murahan. Mereka yang tidak punya argumen cerdas memilih cara instan: menakut-nakuti publik dengan hantu PKI. Tujuannya jelas, membungkam lawan dan membunuh karakter. Padahal, tuduhan itu hampir selalu tanpa bukti. Labelisasi semacam ini hanya memperlihatkan betapa miskinnya gagasan, betapa rapuhnya logika, dan betapa tidak bermartabatnya cara berpolitik sebagian orang Indonesia.

Kedua, penggunaan label PKI telah meracuni nalar publik. Rakyat dipaksa hidup dalam ketakutan terhadap sesuatu yang sudah tidak ada. Generasi muda yang tidak pernah bersentuhan dengan PKI dipaksa percaya bahwa siapa pun yang berbeda adalah ancaman laten komunis. Dengan cara ini, bangsa kita terus hidup dalam trauma masa lalu, tanpa pernah mampu berdiri tegak menghadapi kenyataan hari ini. Hantu PKI sengaja dipelihara karena ia berguna untuk menutup kritik, melemahkan oposisi, dan menutupi kegagalan penguasa.

Ketiga, labelisasi PKI hanya memperdalam luka sejarah. Tragedi 1965 yang penuh darah sudah cukup menyisakan trauma bagi bangsa ini. Tetapi, alih-alih menyembuhkan, sebagian orang justru terus mengorek luka itu demi kepentingan politik sesaat. Setiap tuduhan PKI yang sembarangan sama saja dengan menyiram garam pada luka lama bangsa. Ini tindakan keji, karena memanipulasi penderitaan masa lalu demi keuntungan pribadi atau kelompok.

Keempat, budaya labelisasi ini adalah cermin ketidakmampuan bangsa untuk dewasa. Negara demokratis seharusnya merayakan perbedaan pendapat. Kritik harus dijawab dengan argumen, bukan dengan tuduhan palsu. Tetapi di Indonesia, jalan pintas yang dipilih adalah stigmatisasi. Dengan kata lain, kita lebih suka membungkam daripada berpikir, lebih suka menuduh daripada berdialog.

Kini saatnya bangsa ini jujur pada dirinya sendiri. PKI sudah bubar, sejarahnya sudah lewat. Terus-menerus menggunakan label PKI hanya menunjukkan ketidakmampuan kita membangun wacana politik yang sehat. Tuduhan PKI tidak membuat bangsa ini lebih aman, tidak membuat rakyat lebih sejahtera, tidak membuat demokrasi lebih matang. Yang terjadi justru sebaliknya: demokrasi kita semakin keropos, masyarakat semakin takut berbicara, dan politik semakin busuk.

Bangsa besar tidak seharusnya dihantui oleh hantu masa lalu. Bangsa besar berani berdialog, berani berbeda, dan berani menghadapi kenyataan dengan akal sehat. Jadi, hentikan segera kebiasaan menuduh PKI kepada siapa pun yang berbeda pandangan. Itu bukan hanya kebodohan, tapi juga penghinaan terhadap akal sehat bangsa. (Editor)