JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Tokoh masyarakat Papua Komisaris Jenderal Pol (Purn) Paulus Waterpauw, M.Si mengatakan, jelang pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Papua 6 Agustus mendatang warga perlu waspada agar PSU Pilkada berlangsung demokratis.
Kaka besar —sapaan akrab Paulus Waterpauw— juga mengajak masyarakat Papua dan berbagai elemen, khususnya tim pemenangan serta pendukung calon Gubernur-Wakil Gubernur Dr Drs Benhur Tomi Mano, SE dan drh Constant Karma (BTM-CK) bersikap kritis dan berjuang guna memenangkan BTM-CK menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Papua periode 2025-2030.
“Kita harus memobilisasi tokoh-tokoh agama, adat, pemuda, perempuan dan seluruh warga Tabi-Saireri untuk menolak para penumpang gelap reformasi yang hendak membajak demokrasi kita dari rakyat,” ujar Paulus Waterpauw melalui keterangan tertulis yang diperoleh dari Jayapura, Papua, Rabu (4/6).
Menurut Waterpauw, mantan Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Papua, jelang pelaksanaan PSU Pilkada Papua saling curiga antar individu, kelompok masyarakat hingga antara rakyat dan negara telah melembaga.
“Demokrasi kita saat ini bukan hanya kompleks, tapi telah menjadi ruang yang rawan disusupi kebencian berbasis sara, populisme primordial, dan berita bohong. Ini bukan lagi kompetisi gagasan, tapi penyebaran ketakutan,” kata Waterpauw, mantan Wakil Kepala Badan Intelkam Kepolisian Republik Indonesia.
Waterpauw, kandidat doktor Universitas Indonesia (UI), juga mengingatkan, jelang pelaksanaan PSU Pilkada Papua Agustus mendatang bukan hanya menuntut peran para kontestan politik terlibat aktif menyukseskan agenda politik lima tahunan itu di Provinsi Papua.
“Jadi, tidak hanya kerja keras kontestan menyukseskan PSU Pilkada Papua tetapi mewaspadai para pebisnis hitam, koruptor, dan perilaku politik busuk yang memanfaatkan situasi politik PSU Pilkada demi kepentingan sempit dan jangka pendek mereka. Karena itu pendidikan politik yang sehat dan literasi publik yang kuat sangat penting sebagai benteng terhadap upaya manipulasi demokrasi,” ujar Waterpauw.
Waterpauw juga menyerukan beberapa hal penting yang perlu dicermati demi menyukseskan PSU Pilkada Papua Agustus 2025. Pertama, tantangan demokrasi dewasa ini semakin nyata, bahkan sudah melembaga. Kita menyaksikan berkembangnya sikap ‘saling curiga’ antara individu, kelompok masyarakat, bahkan antara rakyat dan negara. Ini bukan asumsi, tetapi kesimpulan dari literasi dan fakta yang saya pelajari dan bandingkan.
Kedua, kondisi saling tidak percaya itu kini diperparah dengan menguatnya politik identitas dan populisme berbasis primordial. Ketiga, kompetisi elektoral telah bergeser. Tidak lagi dilandasi visi, misi, atau program politik yang membangun, tetapi malah menebarkan ketakutan, tekanan, dan penyakit kronis berupa kebencian berbasis sara yang disebarkan melalui berita bohong.
“Saya juga ingin mengingatkan bahwa fenomena ini tidak hanya datang dari peserta pilkada, tetapi kini turut disusupi oleh para pebisnis hitam, koruptor, dan pelaku politik busuk yang memanfaatkan sentimen primordial demi kepentingan sempit dan jangka pendek mereka. Siooo… Tuhan sayang kitorang samua basudara. Nimaowitime!,” kata Waterpauw.










