Penerbangan ke Puncak Terhenti dan Nihil Stok Sembako: Ada Warga Meninggal Kelaparan - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Penerbangan ke Puncak Terhenti dan Nihil Stok Sembako: Ada Warga Meninggal Kelaparan

Pemandangan di Bandar Udara Aminggaru, Ilaga, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah saat sebuah pesawat mendarat di bandara itu, Jumat (13/5 2022). Sumber foto: bisnisjakarta.id, 14 Mei 2022

Loading

NABIRE, ODIYAIWUU.com — Masyarakat di sejumlah distrik atau kecamatan seperti Agadugume, Beoga di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, kini menderita kelaparan hebat. 

Persediaan sembilan bahan pokok (sembako) untuk kebutuhan sehari-hari, persediaan obat-obat untuk warga yang menderita sakit tak kosong alias nihil karena penerbangan ke Puncak terhenti akibat faktor keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang melanda wilayah itu.

“Sampai saat ini warga mengaku mereka kelaparan karena stok sembilan bahan pokok dan obat-obatan tak ada karena transportasi udara terhenti. Saya harus sambungkan (lanjutkan) suara masyarakat saya di pegunungan Papua ini dengan jujur agar mendapat perhatian pemerintah dan pihak-pihak terkait,” ujar Amianus Co-Pilot Dabi Air, maskapai milik PT Aviasi Puncak Papua kepada Odiyaiwuu.com dari Nabire, kota Provinsi Papua Tengah, Jumat (19/4).

Amianus, co-pilot putra asli Ilaga, mengatakan, terakhir pesawat yang diawakinya bersama Captain Pilot Dabi Air mendarat di Distrik Agadugume, Puncak Ilaga pada Minggu (28/1 2024). Penerbangan terakhir itu juga untuk membawa bantuan sembako dan obat-obatan dari pemerintah daerah dan pihak gereja untuk memenuhi kebutuhan warga. 

“Dari terakhir landing belum pernah pesawat ke atas (Puncak) karena faktor keamanan. Terhitung sejak 28 Januari 2024 sampai saat ini atau sudah tiga bulan lebih belum terbang lagi. Kalau terbang terakhir ke Distrik Beoga tanggal 19 Februari setelah tanggal 17 Februari terjadi penembakan pesawat Asian One Air. Jadi, terhitung tiga bulan ini sudah tidak ada penerbangan masuk Puncak,” kata Amianus, 

Selama ini, ujar Amianus, ia bersama beberapa rekan sesama crew masakapai yang melayani rute Puncak juga menerima keluhan masyarakat. Ia dan rekan-rekannya juga ingin melayani masyarakat di sana. Namun, ujarnya, terbang di zona merah sangat beresiko dengan keselamatan nyawa. 

“Nyawa dan keselamatan kami serahkan sama Tuhan. Kami yakin selama melayani dengan tulus, kami akan melewati semua rintangan dengan aman,” kata Amianus. 

Selama ini, selaku co-pilot putra asli Puncak pihaknya mengaku pesawat kerja sama dengan Pemda Puncak itu melayani rute pegunungan Papua untuk mengantar tenaga kesehatan (nakes), membawa bantuan sosial (bansos), evakuasi warga, dan lain-lain, 

Menurut Amianus, kepadanya warga masyarakat juga menyampaikan informasi bahwa wilayah Beoga dilanda musiba banjir dan longsor sehingga tiga jembatan penghubung antara satu kampung (desa) ke kampung lainnya terputus. 

“Saya sudah bangun komunikasi dengan Pemda Puncak dan DPRD tetapi hasilnya nihil, Hingga kini belum ada jalan keluar, solusi atas penderitaan yang dialami masyarakat. Akhirnya ada masyarakat di sana mati kelaparan, menderita sakit akibat obat-obat tidak ada,” ujarnya.

Pihaknya memohon kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Tengah dan pemerintah pusat agar serius memperhatikan persoalan yang sedang dialami masyarakat Puncak dan segera mencari solusi atau jalan keluarnya.

“Mohon bantuan, support agar pesawat bisa kembali beroperasi untuk melayani masyarakat kami di Kabupaten Puncak. Hal ini penting karena sampai hari belum ada penerbangan ke sana. Terima kasih. Salam kemanusiaan. Amole,” kata Amianus. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :