Implikasi Curah Hujan yang Tak Menentu - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
OPINI  

Implikasi Curah Hujan yang Tak Menentu

Adolus Asemki, ST, alumni Universitas Sains dan Teknologi Jayapura. Foto: Istimewa

Loading

Oleh Adolus Asemki, ST

Alumni Universitas Sains dan Teknologi Jayapura

SEJAK awal Juli 2024 Mimika dilanda hujan gerimis, sedang hingga deras. Seluruh aktivitas rakyat dihambat hadirnya musim gugur (hujan) lokal ini. Di tanah Papua pada umumnya musim hujan jatuh pada Agustus dan Desember. 

Untuk Mimika hujan mengguyur mulai awal Juli dan hingga kini masih terus berlangsung hingga banjir terjadi di mana-mana akibat sungai tak lagi mampu menahan banjir. Akibat banjir, perumahan warga di daerah Pomako dilanda banjir rob. 

Hujan dengan intensitas tinggi juga memakan korban tujuh warga yang tengah mendulang emas akibat tertimpa longsor di MP 69 Tembagapura. Berita yang dirilis sejumlah media lokal menyebutkan, longsor terjadi pada 14 Juli 2024 sekitar pukul 15.00 waktu Papua. Lima korban di antaranya orang dewasa dan dua orang anak.

Curah hujan yang tinggi membuat para petani gagal panen. Nelayan pun sangat sulit mendapatkan hasil melaut. Angin, ombak serta hujan menghambat perahu nelayan. Setiap jaring dan pancing yang dilepas ke laut bukan untung namun buntung. Lebih banyak nelayan pulang dengan tangan kosong. Itulah kenyataan atau fenomena alam yang terjadi di Papua terlebih khusus Mimika. 

Fenomena alam adalah bagian integral tak bisa dihindari warga masyarakat. Untuk itu tentu ada planning bagi masyarakat untuk mengantisipasi bahkan mengambil langkah saat menghadapi musibah, terutama banjir dan longsor. Memonitor keberlangsungan hidup dan kehidupan dari bahaya alam hanyalah manusia (masyarakat). 

Namun, hujan juga membawa berkah bagi pengusaha renggot (jaket anti hujan) mendapatkan untung. Hampir 70 persen karyawan PTFI yang bekerja di portsite, LIP, dan Kuala Kencana (lowland) membeli renggot di Mimika. Selain membeli sendiri di tempat kerja juga disediakan oleh perusahaan tapi kualitasnya kurang bagus. 

Jangankan renggot, APD karyawan berupa celana dan baju yang tersedia saja tidak bagus kualitasnya. Tidak tahu apakah karena saham PTFI 51 + 10 persen diambil oleh BUMN sehingga perusahaan tidak mampu sediakan dari sisi kualitas seperti FCX.

Suatu pagi sekitar pukul 04.45 WIT, penulis pergi bekerja namun sudah disambut hujan deras. Syukur, penulis membawa renggot sekitar tiga sehingga dapat membantu dari guyuran hujan. Berbeda dengan teman yang mengenakan renggot namun saat di atas motor renggot miliknya sobek. 

Namun, abaikan sejenak soal renggot. Akibat hujan yang tak menentu dengan intensitas tinggi, petani lokal menderita gagal panen. Aneka tanaman yang diberi pupuk mengalami puso. Meski demikian, masih banyak hasil bumi menjadi topangan bagi kebutuhan pangan. 

Banyak hasil bumi hingga kini masih tersedia di beberapa pusat penjualan di antaranya Pasar Lama, Pasar Central, Pasar SP2, Pasar SP3, Pasar Damai (Gorong-Gorong). Para pedagang kaki lima di Mimika yang kerap mengantar sayur mayur dengan sistem jual dari pintu ke pintu, door to door mulai berkurang. 

Implikasi musim gugur (hujan) mematikan ruang gerak masyarakat melangsungkan aktivitas sehari-hari. Selain itu banyak pasien malaria memadati rumah sakit, Puskesmas serta klinik perusahaan. Musim hujan di Mimika sangat berbeda jauh dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Tim Malaria Kontrol (Malcon) diperkirakan bekerja ekstra untuk mengatasi malaria atau demam berdarah (dengue). 

Pada pekan pertama Agustus lalu, kapal kayu berpenumpang 15 orang dilaporkan tenggelam di perairan Amar, Distrik Mimika Timur Jauh, Mimika, Papua Tengah. Dua orang penumpang dinyatakan hilang sehingga tim SAR Mimika digerakkan untuk mencari meski hingga saat ini belum ditemukan. 

Melihat realitas curah hujan dengan intensitas tinggi hingga  memakan korban, maka Pemerintah Kabupaten Mimika perlu memiliki sistem informasi terpusat agar meminimalisir kemungkinan terburuk akibat bencana. 

Warga masyarakat juga difasilitasi pemerintah melalui bantuan bahan makanan (bama), fasilitas kesehatan seperti obat-obatan, kelambu, pengadaan renggot, dan fasilitas pendukung lainnya. 

Langkah ini penting untuk memastikan negara melalui pemerintah hadir di saat rakyat yang terkena bencana dibantu untuk meringankan benan penderitaannya. 

Tinggalkan Komentar Anda :