VATIKAN, ODIYAIWUU.com — Misionaris Indonesia yang juga Anggota Dewan Kepausan Dikasteri untuk Dialog Antar Umat Beragama di Takhta Suci Vatikan Pastor Dr Markus Solo Kewuta, SVD menyampaikan doa bagi warga korban erupsi Gunung Lewotobi di kampung halamannya, Kabupaten Flores Timur, ujung timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Padre Marco, ahli Islam (Islamolog) dan doktor Teologi Fundamental lulusan Universitas Leopold Franzens, Austria asal Kampung Lewouran, Lewotobi, Flores Timur, mendaraskan doa bagi warga korban di kaki gunung Lewotobi dan sekitarnya terkhusus warga korban erupsi yang sedang berada di tempat-tempat pengungsian.
“Saya ikut merasakan kecemasan dan penderitaan mereka. Semoga Tuhan mendengarkan semua doa dan harapan kita dan menghentikan erupsi saat ini. Ile Lewotobi, sepanjang sejarah telah menjadi bagian dari hidup kami, perisai, simbol keindahan, keteguhan, perjuangan, jati diri dan tanda kehadiran Yang Mahakuasa,” ujar Padre Marco kepada Odiyaiwuu.com dari Vatikan, jantung kota Roma, Italia, Kamis (4/1).
“Dalam nuansa Laudato Si’, engkau adalah bagian tak terpisahkan dari ‘rumah kita bersama’. Janganlah biarkan putera-puterimu menderita, tetapi kembalikanlah kehidupan dan kebahagiaan mereka seperti sedih kala. Satu dalam doa dan harapan,” kata Padre Marco, ahli Islam (Islamolog) yang mendalami studi Islam dan Arab di Dar Conboni, Kairo, Mesir.
Padre Marco, imam lulusan Seminari San Dominggo, Hokeng, mengaku bahagia melihat pemerintah setempat dan semua aparat bergerak cepat mengevakuasi warga korban terdampak erupsi gunung Lewotobi. Pemerintah dan semua elemen sungguh menunjukkan kesetiakawanan dan solidaritas untuk membantu para pengungsi.
Dari bencana erupsi Lewotobi, ujarnya, terbaca rasa persaudaraan yang kuat oleh karena kemanusiaan yang satu dan sama. Banyak orang mudah bersatu dalam kebahagiaan, tetapi tidak selamanya mudah bersatu dalam penderitaan. Justru pengalaman bencana erupsi gunung Lewotobi mengetuk pintu hati manusia seantero nusantara dengan unggahan di berbagai media sosial dan melalui pemberitaan di berbagai chanel TV.
“Seluruh Indonesia serasa mengambil bagian dalam penderitaan warga di kaki Lewotobi. Satu harapan kita. Semoga musibah ini cepat berlalu dan tidak terulang lagi,” kata Padre Marco, Rektor Institut Afro-Asia, Wina, Austria tahun 2006-2007.
Nama Padre Marco belakangan familiar setelah ditunjuk Takhta Suci Vatikan menjadi penerjemah pertemuan Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua DPR RI Puan Maharani bersama rombongan saat beraudiensi dengan Pemimpin Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus di Istana Apostolik, Vatikan, Senin (18/12) pukul 10.00 WIB.
Padre Marco mengatakan, dalam audiensi tersebut ia mendapat kesempatan menjadi penerjemah selama pertemuan Sri Paus dengan Megawati bersama rombongan. Dalam audiensi itu Mega selain didampingi Puan, hadir juga Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Wakil MPR Ahmad Basarah, Dubes RI untuk Marokko dan Dubes RI untuk Tahta Suci Vatikan Michael Trias Kuncahyono.
“Saya diminta oleh pihak Protokol Sekretaris Negara Vatikan untuk menjadi penerjemah antara Bapak Paus Fransiskus dan Ibu Megawati Soekarnoputri bersama rombongan selama audiensi berlangsung,” ujar Padre Marco Odiyaiwuu.com dari Vatikan, Senin (18/12).
Menurut Padre Marco, pokok pembicaraa dalam audiensi itu adalah bagaimana bekerjasama untuk melindungi alam ciptaan Tuhan dari global warming dan dari pengrusakan-pengrusakan lingkungan secara masif.
Usia pertemuan, ujarnya, Paus juga menyerahkan dua buku karyanya yang dibubuhi tanda tangan pribadi. Buku Laudato Si dan Laudate Deum membahas bagaimana memelihara lingkungan hidup. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)