Tolikara di Tengah Bara
Pagi merekah agak terlambat di Tolikara
kabut tak segera pergi dari ujung kampung
Orang-orang datang dan pergi tanpa jejak
Matahari bertahan di langit Tolikara
Sudah lama mereka berpeluh di tengah bara
Tiba-tiba sekam ilalang membakar matahari
Ke atas bukit doa-doa dilemparkan
bumi ini tak lelah-lelah memuja langit
Juga kabar gembira yang datang dari kampung yang jauh
Malam turun agak tergesa di Tolikara
semua mengemas cemas ke dalam mimpi
Tak mesti dengan mulutmu aku berdoa
Tolikara di tengah bara
dia diam menahan panas, hujat
dan janji para majus
Yogyakarta, 17 Juli 2015
Gunung Nemangkawi
: Mozes Kilangin
Dalam keheningan, jiwa kami menyatu
dengan langit dan kabut
dengan Gunung Nemangkawi
yang kini berganti nama dan rupa
Dalam kesunyian yang riuh
luka bumi kami terus berdarah
Kabut yang memanjang ke jurang
akhirnya terdiam di cakrawala
Dalam keremangan, tubuh kami disayat
hingga tulang. Tangisan anak-anak kami
membangunkan leluhur dari tidur panjang
dan kini bersama kami melawan angkara murka
Kampung kami masih berdiri
di sudut Gunung Nemangkawi
Bumi Amungsa masih dihuni
orang-orang Amungme yang papa
Kepada Uru Me Ki kami kabarkan:
Di lembah Tsing, danau kecil berkurang airnya
Di tepiannya, rumah ilalang masih berderet-deret
Ayam hutan dan kasuari lenyap setiap malam
Tak ada lagi persembahan bagi leluhur kami
di Gunung Nemangkawi
Yogyakarta, 14 Februaru 2018
(Dari Antologi Puisi Ballada Orang-Orang Arfak, 2019)
Dr Yoseph Yapi Taum lahir di Ataili, Lembata, NTT, 16 Desember 1964. Telah menerbitkan tiga antologi puisi tunggal, yakni (1) Ballada Arakian: Kumpulan Puisi, Yogyakarta: Penerbit Lamalera (2015); (2) Ballada Orang-Orang Arfak: Antologi Puisi, Yogyakarta: Sanata Dharma University Press (2019); dan (3) Kabar dari Kampung: Sebuah Antologi Puisi (2023), Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.