Quo Vadis Perang di Ukraina? - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
OPINI  

Quo Vadis Perang di Ukraina?

Markus Solo Kewuta SVD

Loading

Oleh Dr Markus Solo Kewuta SVD
Imam misionaris; tulisan ini pendapat pribadi

PERANG di Ukraina, sayangnya, akan menjadi sebuah peristiwa panjang dan berbahaya, terutama untuk Eropa. Mengapa? Menurut pengamatan pribadi terhadap situasi perang saat ini dan mengkaji analisa berbagai pihak di Barat saat ini, nampaknya ada sejumlah catatan.

Pertama, perang ini akan berlangsung selama jangka waktu yang panjang. Ada beberapa alasan krusial yang menghantar kepada opini ini. Russia ternyata mengalami kesulitan unutk merebut dan menguasai Ukraina dalam waktu singkat, seperti yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh karena pasukan perang Ukraina sangat bersatu dengan semangat nasionalisme yang kuat, didukung pula oleh peralatan senjata yang memadai untuk mempertahankan diri.

Hal ini mengejutkan Putin dan lingkaran petinggi Kreml. Memasuki hari perang ke-16, Russia masih saja belum sukses masuk sampai ke wilayah tengah Ukraina, melainkan masih di wilayah pinggiran. Selain itu, belakangan ini banyak ekspatriat Ukraina di luar negri berdatangan untuk memperkuat pasukan mereka untuk mempertahankan diri. Bahkan juga sukarelawan-sukarelawati dari negara-negara barat dikabarkan telah bergabung dengan Ukraina.

Mereka tidak mewakili negara asal, melainkan berperang atas keputusan pribadi. Di sebuah tayangan Youtube, beberapa perwira USA hadir di Ukraina dan melatih pasukan Ukraina. Hal ini menambah semangat pada pasukan Ukraina, dan moral mereka tetap tinggi, apalagi Presiden dan para pemangku jabatan masih tetap bersama mereka dan berjuang bersama-sama.

Di lain pihak, Uni Eropa dan USA semakin meningkatkan kualitas sanksi ekonomi terhadap Russia. Selain itu pula belum lama ini Uni Eropa melipatgandakan bantuan keuangan kepada Ukraina hingga 1,7 milliar Euro untuk bantuan kemanusiaan, tetapi juga untuk membeli peralatan senjata untuk mempertahankan diri.

Kedua, berbahaya karena perang ini memasuki babak baru yang semakin menggoda untuk terjadi sebuah eskalasi lebih luas. Hal ini pertama-tama disebabkan oleh karena simpati Uni Eropa dan USA yang semakin terang benderang kepada Ukraina, baik secara moral maupun material.

Melihat semuanya ini, belum lama ini Putin dikabarkan sudah membuka pintu bagi sukarelawan-sukarelawati dari negara-negara aliansinya untuk ikut berperang dan memperkuat pasukan Russia di Ukraina. Babak baru yang dimaksudkan adalah dimensi persaingan kekuatan pada level ini. Kata pihak Pertahanan Russia, mereka sudah mendapatkan pejuang sukarelawan ini sebanyak 16.000 orang dan berasal dari Timur Dekat, tanpa spesifikiasi nama negara.

Kalau dilihat pada Google, negara-negara yg termasuk wilayah Timur Dekat, seorang yang memiliki pengetahuan tentang negara-negara aliasi Russia sudah bisa mengambil kesimpulan sendiri, kira-kira pejuang-pejuang bebas pro Russia ini berasal dari negara-negara mana saja.

Dimensi lain yang menandai babak baru ini adalah tudingan Russia terhadap Ukraina atas cadangan senjata biologis di negaranya. Barat, terutama PBB sudah menepis klaim ini dan menuduh Russia sebagai sedang melakukan manover untuk menggunakan senjata biologis atas asas preseden.

Menyimak konstelasi konflik dan keberpihikan sekutu-sekutu pada level ini, kita bisa mengatakan bahwa Russia dan Ukraina sedang bermain dengan api dalam sekam. Level “pejuang-pejuang sukarela” dan “manuver senjata biologis“ ini adalah sebuah anak tangga lebih tinggi dari status perang selama ini. Mengapa? Sejak awal mereka berada pada level paling bawah. Artinya Russia dan Ukraina berperang sendiri.

Keberpihakan dan tudingan yang agresip seperti ini dikuatirkan bisa membuka pintu untuk kemungkinan-kemungkinan eskalasi yang lebih besar dan lebih luas yang sungguh-sungguh tidak diharapkan. Kalau Russia suatu saat merasa terjepit dan frustrasi oleh karena target demiliterisasi dan denazifikasi tidak mencapai tujuan karena menghadapi kekuatan Ukraina yang semakin besar oleh karena keberpihakan di atas, entah apa yang akan terjadi. Ini menjadi sebuah kekhawatiran publik di berbagai belahan bumi.

Di sisi lain Barat dan USA semakin meningkatkan kualitas sanksi multidminensional terhadap Russia, yang tentu saja berakibat pada melemahnya persendian ekonimi negara dan berdampak langsung secara negatip pada logistik perang Russia. Keterpurukan ekonomi Russia yang tentu saja dirasakan dari waktu ke waktu seperti sel kanker yang menyebar di seluruh tubuh, bisa sekali kelak memaksa Presiden Putin untuk berpaling kepada negara-negara sekutu. Hal ini pula tentu memicu ke arah meluasnya konflik.

Analisa-analisa di Barat tentang masa depan perang di Urkaina hampir tidak pernah lepas dari kekhawatiran dan ketakutan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan fakta keberpihakan tingkat “soft“ ini, ketakutan juga lambat laun menjadi semakin kuat. Ini yang harus diwaspadai dan diharapkan agar tidak terjadi.

Logika perang lain dari logika perdamaian. Perang artinya senjata yang berbicara, dan ini kehancuran dan kematian menguasai hati dan pikiran pihak-pihak yang bertikai. Sesungguhnya kekerasan yang dibalas dengan kekerasan hanya terus memperpanjang rantai kekerasan yang tidak akan pernah putus.

Logika perdamaian di lain pihak mengikuti hati nurani, pikiran, dan kehendak baik yang menghantar semua pihak ke meja perundingan untuk menyelesaikan segala persoalan dalam iklim persaudaraan, persahabatan, saling menghormati, saling memahami dan saling mengampuni.

Semoga saja semua ramalan dan ketakutan serta kekuatiran di atas meleset. Mari kita tetap berdoa, semoga yang terburuk tidak akan terjadi, dan semoga Russia dan Ukraina segera meletakkan senjata, menyesali segala kehilangan dan kerusakan yang telah terjadi, terutama ribuan nyawa yang melayang sia-sia.

Mereka bersedia duduk semeja, berunding dalam semangat saling memaafkan dan saling mengampuni untuk mengakhiri babak kelam dalam sejarah abad ke-21 di jantung Eropa ini. Semoga dengan bantuan Ilahi, kedua negara yang begitu dekat secara budaya itu kembali saling merangkul sebagai saudara dan saudari. Hanya dengan ini perang bisa berakhir. Damai selalu mungkin. Butuh keberanian.

Tinggalkan Komentar Anda :