Oleh Ebed Yahwe Bili
Mahasiswa Fakultas Filsafat Unika Widya Mandira Kupang
PADA dasarnya, Ontologi Heidegger, Fenomenologi, dan Postrukturalisme Prancis sangat berkontribusi pada pemikiran Derrida (Hardiman 2015). Lalu teori tersebut muncul karena kritik terhadap Saussurian. Ferdinand de Saussure mengemukakan gagasannya melalui dua oposisi biner atau dua hal yang berbeda. Misalnya: besar dan kecil, kata-kata dan tulisan, ada dan tidak ada, asli dan palsu, dan sebagainya.
Yang pertama selalu menjadi yang utama, superior, atau sempurna, sedangkan yang kedua disingkirkan atau marginal. Saussure menyatakan bahwa ucapan dan rasa kata adalah cara untuk menemukan makna, yang merupakan contoh yang paling jelas. Ini menunjukkan bahwa ia mengutamakan ucapan dan meremehkan tulisan.
Derrida tertarik untuk mengkritik filsafat modern karena sangat identik dengan logosentrisme dan pandangan metafisika kehadiran. Menurut metafisika kehadiran, suatu konsep atau teori hanya dapat dibenarkan jika mewakili “ada” (being). Misalnya kata, tanda, dan konsep dapat mewakili hal-hal yang ada (Hardiman 2015).
Sejak Derrida berpidato di Amerika dalam sebuah artikel, istilah dekonstruksi ini digunakan kepadanya. Dalam hal dekonstruksi, pemikiran Derrida juga tidak unik. Dalam perkembangan filsafat di Prancis dan bahkan Jerman, beberapa filosof telah berbicara tentang dekonstruksi.
Walter Benjamin menyebut mereka sebagai Nietzsche dan para dekonstruksionis modern. Derrida menyatakan dalam bukunya: Filsafat selalu mencari istilah umum untuk satuan-satuan yang bersifat konkret. Dengan kata lain, filsafat sering mencari kesatuan makna atau pengertian dari hal-hal yang berbeda, mencari kesamaan dalam perbedaan, atau membuat penunggalan dalam kemajemukan (Derrida 2002).
Arti dekonstruksi
Apa itu dekonstruksi? Dekonstruksi memang susah untuk didefinisikan. Dekonstruksi memiliki banyak definisi. Tidak ada orang yang menganggap dekonstruksi sebagai sesuatu yang mungkin; itu adalah cara berpikir untuk menghancurkan apa yang sudah dianggap mapan, apa yang membuat identitas menjadi tidak identitas, dan masa depan yang belum ada (Royle 2003).
Menurut Derrida, dekonstruksi bukan suatu metode atau cara; pas de method berarti baik “tidak” maupun “metode”. Meskipun kata “pas” dalam Bahasa Perancis berarti “bukan”, sebenarnya juga diartikan sebagai “metode”. Ini menunjukkan bahwa dekonstruksi bukanlah suatu metode.
Hal ini sangat membingungkan, karena langkah juga diartikan sebagai metode. Untuk itu, yang perlu kita pahami adalah apa artinya dekonstruksi itu? Menurut McQuillan, terdapat lima cara untuk memahami dekonstruksi. Pertama, dekonstruksi adalah peristiwa; peristiwa proses pembacaan. Kita akan mengulangi pendekatan yang sama jika dekonstruksi dianggap sebagai sebuah metode. Namun, seorang dekonstruksionis seperti Derrida tidak ingin melakukannya.
Kedua, dekonstruksi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses pembacaan yang meminati yang terpinggirkan, seperti titik-titik yang terlihat di dinding. Semua yang dimarginalisasikan dalam oposisi biner adalah yang diinginkan dalam oposisi biner. Dalam penelitian, hal-hal yang selama ini diam dibiarkan berbicara.
Ketiga, dekonstruksi memiliki riwayat atau sebuah sejarah. Setiap istilah memiliki sejarah yang menunjukkan bahwa ia tidak stabil dan mendekonstruksi diri, dan istilah-istilah yang diunggulkan dalam oposisi-oposisi biner juga tidak stabil.
Keempat, dekonstruksi adalah kontaminasi resistensi biner. Misalnya, resistensi biner layaknya badan dan jiwa, laki-laki dan perempuan, maskulin dan feminim, siang dan malam, timur dan barat, dan seterusnya.
Hegemoni makna dipegang oleh satu sisi dan resistensi biner ini menjadi marginal. Misalnya, kutub laki-laki, siang, maskulinitas, timur dan tubuh, akan lebih dominan, sedangkan kutub perempuan, barat, malam, dan feminisme, dan seterusnya, akan terpinggirkan atau tidak begitu dominan. McQuillan menegaskan bahwa, dekonstruksi dilakukan dalam dua tahap.
Pada tahap pertama, seseorang mencoba menekankan sisi lawan mereka daripada membiarkan satu sisi mengambil alih. Misalnya, jika ada oposisi biner antara laki-laki dan perempuan, dekonstruksi melihat kekayaan, kemampuan, isi, dan kemungkinan interpretasi dari sisi yang selama ini telah diabaikan yaitu perempuan. Pada tahap kedua, menghapus antinomi biner. Itu hanyalah taktik untuk menunjukkan bahwa ada sesuatu yang lain karena menekankan kutub lawannya itu juga tidak dapat dipertahankan secara konsisten.
Kelima, dekonstruksi itu tidak ada teks gratis atau bebas-teks. Dalam pembacaan dekonstruktif, makna teks didefinisikan sebagai kumpulan hubungan, atau konteks yang memberikan makna. Upaya rehabilitasi atau konstruksi seperti yang dilakukan Schleiermacher dan Dilthey dan Gadamer dihentikan oleh dekonstruksi.
Salah satu cara untuk memahami teks adalah dekonstruksi. Namun, interpretasi ini berbeda dari para filosof yang telah dibahas. Perbandingan dengan hermeneutik sebelum Derrida, F Schleiermacher dan Dilthey serta beberapa orang lainnya telah mencoba menghidupkan kembali makna sebelumnya, sementara H Georg Gadamer mengkonsumsi makna baru.
Mempersoalkan makna
Namun, dekonstruksi mempersoalkan makna. Jika pembaca sangat percaya pada artinya, mereka akan tetap setia padanya. Dengan begitu, ia akan menjadi piranis karena posisi makna dari pembaca dapat mendefinisikan sub-sub makna lain. Menurut Derrida, maknanya ambigu.
Jadi, aktivitas interpretasi juga tidak memiliki dasar. Tidak ada batas untuk interpretasi. Meskipun tidak radikal, Gadamer sudah hampir melakukan dekonstruksi. Ini adalah interpretasi teks yang ekstrem. Teori dekonstruksi Derrida berhubungan dengan hermeneutik radikal. Karena itu, pemikirannya sangat berbeda dengan pemikiran para intelektual modernis.
Mengingat bahwa makna “tidak dapat diputuskan”, dekonstruksi sebagai hermeneutik radikal ditandai dengan pergeseran perspektif terus-menerus. Misalnya, ketika seseorang membaca teks, makna lain sudah muncul dan siap untuk membatalkan interpretasi pembaca, sehingga interpretasi pembaca batal karena makna itu akan muncul.
Jika makna itu diambil, makna lain akan muncul dan muncul secara konsisten, sehingga interpretasi selalu diwarnai oleh peralihan makna. Makna tidak dapat ditentukan karena interpretasi terus berubah.
Pembaca dekonstruksi, menurut F Budi Hardiman dalam sebuah kuliah filsafat, tidak akan dapat menjawab apa makna teks itu, hanya bisa mengatakan, “Ada makna ini, ada makna itu, tetapi makna yang sesungguhnya, saya tidak bisa memutuskan.” Ini berbeda dengan pembaca positifis yang akan dengan tegas mengatakan, “maknanya ini!”
Dekonstruksi Derrida
Penulis akan mencoba memperbaiki atau mendekonstruksi terhadap pencuri atau perampok. Di masyarakat, pencuri sangat bermakna negatif, khususnya di Indonesia. Aksi perampokan sangat sensitif bagi masyarakat Indonesia. Pencuri tidak dihormati di masyarakat. Mereka selalu terpinggirkan.
Banyak orang di masyarakat yang sangat membenci mereka, mungkin karena mereka memiliki kebutuhan rumah tangga yang sangat rendah. Rumah dan tempat tinggal mereka menjadi tempat bersembunyi karena mereka selalu dipandang buruk oleh masyarakat. Mencuri juga menjadi salah satu bagian dari pekerjaan mereka. Setelah itu, saya akan melihatnya dengan mata dekonstruksi.
“Pencuri” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan individu yang mengambil hak orang lain tanpa sepengetahuan orang. Mereka juga pastinya berasal dari berbagai latar belakang. Masyarakat kita pasti sudah akrab dengan istilah ini. Namun, mereka selalu diberi label dan cap bahwa mereka tidak bermoral, bermartabat, dan sebagainya.
Namun, penulis akan melihatnya dari perspektif yang berbeda. penulis menyebut mereka sebagai superheroes, tetapi mereka bukanlah superheroes yang kuat seperti di film. Karena pekerjaan mereka, mereka layak disebut superhero meskipun mereka hanya manusia biasa. Mereka tidak hanya bekerja untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain.
Pekerjaan mereka selalu membuat mereka bahagia dan memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Jika seseorang bertemu dengan pencuri dan memperoleh barang atau uang hasil curian mereka, tampaknya mereka sangat senang dan rasa lelah, stres, galau, dan masalah lainnya seakan-akan lenyap karena mendapat uang atau barang dengan muda.
Menurut penulis, perebutan untuk memenuhi kebutuhannya —atau hidupnya— adalah alasan pencuri mencuri. Ia mengambil pekerjaan itu karena ekonominya mengalami masalah. Namun, dengan dekonstruksi, penulis melihat pencuri sebagai orang lain daripada perampok yang kekurangan uang. Ia seorang pahlawan.
Dengan demikian, penulis mencoba melakukan dekonstruksi dengan cara yang disarankan oleh McQuillan, yaitu menganggap dekonstruksi sebagai meminati yang marginal. Karena kebenaran bukan satu-satunya, universal atau absolut. Kebenaran adalah multiplural. Oleh karena itu, maknanya dapat berbeda dan lebih mendalam untuk setiap individu. Ini tidak berarti bahwa kebenaran itu relatif.
Namun, dekonstruksi akan mendorong kita untuk menjadi lebih terbuka terhadap kebenaran yang akan datang. Karena selalu ada kemungkinan lain yang tidak terduga, dekonstruksi mempersoalkan makna yang ada agar makna yang tidak terduga muncul.