TIMIKA, ODIYAIWUU.com — Kenyam, kota Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan digambarkan masuk dalam situasi perang saudara. Situasi itu bermula sejak Kamis (15/5) terkait hasil perebutan perolehan suara calon anggota DPRD Nduga Daerah Pemilihan (Dapil) II Distrik Geselema pada Pemilu Legislatif lalu.
Tokoh muda Papua asal Nduga Otis Tabuni, SH, MH menulis surat terbuka kepada Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri dan Penjabat Gubernur Papua Pegunungan Dr Velix Vernando Wanggai, SIP, MPA beserta sejumlah pihak terkait situasi darurat perang saudara di Kenyam yang kini belum menemui jalan keluar.
“Surat terbuka itu saya tulis dengan harapan Bapak Kapolda Papua dan Bapak Penjabat Gubernur Papua Pegunungan bisa segera ke Nduga untuk bersama para tokoh agama, masyarakat, dan pemimpin lokal mengajak pihak-pihak yang terlibat perang sesama saudara berhenti sehingga menghindari jatuh korban lagi,” ujar Otis Tabuni kepada Odiyaiwuu.com dari Timika, Papua Tengah, Selasa (2/7).
Berikut salinan surat terbuka Ottis yang dishare di grup WhatsApp The Spirit of Papua (SoP) dan diperoleh Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Selasa (2/7).
Kepada Yth
Bapak Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri, SIK
Bapak Penjabat Gubernur Papua Pegunungan
Bapak Kapolres Nduga
Para MRP Papua Pegunungan
DPRP Papua
Pemimpin Denominasi Gereja Papua Pegunungan
Tokoh perempuan, intelektual, aktivis HAM dan para pecinta damai
Mantan Penjabat Bupati Nduga dan semua orang yang memiliki jiwa kepedulian
di tanah Papua dan Papua Pegunungan yang saya hormati
Sehubungan dengan surat terbuka ini, izinkan saya menyampaikan kondisi konflik horizontal atas peristiwa 15 Februari 2024 sebagai konflik politik atas hasil perebutan suara Dapil II, Distrik Geselema, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Pertama, konflik peperangan mulai terjadi atas terjadinya kematian Wempi Wandiko, seorang sarjana yang baru lulus di salah satu universitas di Jayapura tahun 2023 dan wisuda 2024, yang diduga pelakunya adalah oknum keluarga dari Ketua DPRD Nduga, Pak Kepala Dinas Penanganan Bencana Alam kabupaten Nduga, dan salah satu ASN yang menurut informasi suara yang dipersoalkan kemudian baku ribut dan terjadi panah memanah lalu melahirkan peperangan. Selamat proses rekapitulasi suara hingga penetapan, sampai hari ini telah menelan 5 korban meninggal dunia, ribuan luka-luka panah, aktivitas ekonomi lumpuh, kebebasan tidak ada, sekolah-sekolah di Kenyam, Kabupaten Nduga dalam situasi darurat perang saudara
Kedua, bahwa berlanjut hingga hari ini, 2 Juli 2024 telah terjadi pembunuhan terhadap seorang pendeta dari gereja Giliard asal Nusa Tenggara di Kenyam, Kabupaten Nduga. Seorang pendeta di Gereja Giliard Kenyam, tewas dipotong lehernya pada hari ini, 2 April 2024 sekitar jam 15 lewat sore hari. Korban meninggal dunia dan diduga pelakunya salah satu kubu di antara kedua kubu masyarakat yang sedang perang sejak 15 Februari 2024 hingga hari ini, 2 Juli 2024. Belum tahu sebab akibat mengapa harus terjadi pembunuhan terhadap Pak Pendeta yang bukan penduduk asli Ndugama. Ini informasi lanjutan.
Perlu adanya tindak lanjut Polda Papua bersama Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan atas kasus konflik perang antar warga ini. Saya secara pribadi pernah koordinasi dengan berbagai pihak tetapi belum pernah direspon dan kini seorang hamba Tuhan yang tak tahu menahu dengan perang antar warga harus dibunuh secara sadis.
Dugaan sementara berdasarkan informasi lapangan yang didapatkan adalah adanya korban kena panah salah satu anggota kepolisian yang sedang amankan perang. Lalu balasannya menembak mati seorang warga yang sedang ikut perang di lapangan (ditembak mati). Kelompok yang merasa menembak mati personilnya oleh kepolisian melampiaskan amarahnya secara brutal dan akhirnya bapak pendeta ini korban (hingga) meninggal dunia dengan bekas potongan parang di bagian leher. Setelah konfirmasi, benar adanya sesuai kejadian dan kelompok mana pelakunya tidak dapat saya sebutkan. Tetapi pada intinya, ada orang mati. Sejak tanggal 1 – 2 Juli sudah sangat brutal dan semua aktivis lumpuh Ada Bapak Penjabat Bupati Nduga bersama Bapak Sekda dan aparat gabungan tetapi masyarakat kedua kelompok, terutama pihak yang belum melakukan pembalasan korban meninggal dunia sebelumnya, terus menerus melakukan serangan sehingga sulit dibendung.
Akses masyarakat untuk beraktivitas, berkebun, pasar, bandara untuk di satu kubu, semua lumpuh dan selebihnya anggota group ini (SOP) sebagian mengetahuinya. Dengan demikian, saya secara pribadi atas nama cinta damai, atas nama kebebasan, dan atas nama bebas dari segala bentuk ancam mengancam, dan bebas dari rasa takut dan trauma, dan atas nama kemanusiaan memohon kepada Bapak Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri, SIK, Penjabat Gubernur Papua Pegunungan kakanda Dr Velix Wanggai Wanggai, para anggota MRP, para anggota DPRP, pemimpin denominasi gereja, intelektual asal Nduga dan Papua Pegunungan, para perempuan, aktivis kemanusiaan, dan lain-lain yang terpanggil agar lakukan langkah-langkah sebagai berikut.
Pertama, segera membentuk tim terpadu perdamaian perang antar sesama saudara di Ndugama. Kedua, Kapolda Papua segara mengirim Brimob Polda Papua untuk menangkap dan mengamankan kepala perang/ pimpinan perang kedua kubu untuk mengamankan di Polda Papua sambil menunggu tim tiba di Nduga dan proses negosiasi berjalan.
Ketiga, mekanisme perdamaian dilakukan setelah tim terbentuk dan diambil sesuai kesepakatan bersama. Tiga poin sebagaimana saya sampaikan adalah hal yang penting karena beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah, Kapolres dan pimpinan gereja serta satu anggota DPRP asal Nduga tidak kunjung selesai.
Upaya dan langkah yang dilakukan oleh Polres Nduga tak efektif apalagi Polres Nduga tidak berani menangkap oknum yang diduga aktor karena jabatan dan hak imunitas melekat padanya dan atau keinginannya menghormati penyelesaian secara adat tak bisa terwujud.
Sekian yang dapat saya sampaikan agar kita hadirkan perdamaian di Nduga, di Papua, dan di Indonesia.
Tuhan Yang Maha Esa Memberkati!
Otis Tabuni
(Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)