Oleh Marianus Wilhelmus Lawe
Kader PDI Perjuangan dari Taruna Merah Putih
OBSESI Pemerintah Indonesia saat ini adalah menjadikan Indonesia sebagai negara besar dengan kemampuan manusia (warga negara) cerdas dan tangguh pada 2045. Negara besar berarti negara yang pada saatnya nanti, sila-sila Pancasila teraktualisasi dalam semua lini kehidupan.
Akan tetapi obsesi tersebut tidak bisa terlaksana bila negara ini tidak mempunyai strategi kebudayaan dalam bidang pangan, khususnya makanan sehat secara sistematis, terukur, dan berkelanjutan (sustainable). Selama ini persoalan pangan dan pengelolaan pangan di Indonesia hanya sebagai produk dari akrobatik dan proyek ekonomi-politik.
Dalam arena akrobatik dan proyek itu, pangan adalah objek perdagangan mulai dari hulu-hilir sampai muara. Seluruh aliran dan rute pengadaan dan peredaran pangan berlangsung dalam kerangka ekonomi-politik, yakni kerangka jual-beli demi menumpuk profit finansial para pemilik modal finansial.
Bagaimana mungkin obsesi Indonesia 2045 tersebut tercapai bila pengelolaan dan pengadaan pangan berlangsung dalam skema akrobatik dan proyek ekonomi-politik yang dimainkan oleh pemilik modal finansial? Ini sebuah pertanyaan reflektif dapat melahirkan diskusi lebih lanjut.
Melalui strategi kebudayaan melalui Sekolah Makanan Sehat, kader PDI Perjuangan sebagai partai besar, didorong mengupayakan sebuah strategi kebudayaan melalui sekolah tersebut.
Sistematis dan terukur
Di dalam Sekolah Makanan Sehat, para kader partai didik dan dilatih secara sistematis dan terukur. Tujuannya, merancang, membangun, dan menggerakan aksi makanan sehat. Terutama makanan sehat bagi ibu-ibu hamil dan anak-anak mulai dari usia kehamilan nol hingga 20 tahun.
Rentang usia mulai dari pembuahan awal dalam rahim sampai 20 tahun adalah usia pertumbuhan yang sangat signifikan dari aspek biologis. Pertumbuhan dan perkembangan berbagai sel dan hormon dalam tubuh manusia secara signifikan berlangsung pada rentang usia ini.
Oleh karena itu, rentang usia ini harus diatur dan dikawal sedemikian rupa melalui program makanan sehat pada Sekolah Makanan Sehat. Sekolah ini tidak sekadar sekolah tata boga, yang fokus dalam sekolah makanan sehat sebagai strategi kebudayaan.
Kurikulum Sekolah Makanan Sehat disusun berdasarkan riset terhadap pangan. Tentunya, pangan dalam riset ini adalah pangan sebagai kebudayaan manusia. Pangan tidak sekadar objek yang ditanam, dipanen, dan dijual-belikan.
Lebih dari itu, pangan adalah kehidupan manusia dalam dan bersama dengan alam atau ibu bumi. Pangan sebagai strategi kebudayaan yang dirancang, dibangun, dan dikembangkan dalam Sekolah Makanan Sehat adalah pangan kehidupan.
Generasi Indonesia hari ini, seusia 30-80 tahun adalah generasi yang tumbuh dan berkembang secara organik. Generasi ini lolos dari seleksi alam. Bila tidak lolos seleksi alam seperti dalam proses evolusi, mungkin usianya tak menyebtuh hingga angka 80 tahun. Kalaupun hidup, hanya hidup untuk bertahan hidup. Bukan hidup untuk mengkreasi generasi masa depan.
Bersekolah di Sekolah Makanan Sehat sebagai strategi kebudayaan, berarti bekerja keras dan berjuang mengkreasi generasi Indonesia 2045 yang tangguh dan cerdas. Generasi inilah adalah generasi yang mewujudkan sila-sila Pancasila dalam artian sesungguhnya cita-cita Ir Soekarno, proklamator dan Presiden Pertama Indonesia. Salam Pancasila! Salam Indonesia 2045.