Oleh Dr Socratez S Yoman, MA
Presiden Persekutuan Gereja-Gereja Baptis West Papua
DALAM rangka merayakan Hari Injil di Tanah Papua yang ke-168 sejak 5 Februari 1855-5 Februari 2023, saya menulis refleksi dengan judul Ap Itu Injil? Orang Kristen, terutama para penginjil dan pengkhotbah dengan semangat menyapaikan berita Injil di mana-mana. Pengutusan Injil dilakukan gereja-gereja Tuhan sepajang sejarah sesuai dengan amanat Agung Yesus Kristus.
Yesus mendekati mereka dan berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah segala bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Matius 28:18-20).
Matius menarasikan Perintah Agung Yesus dengan sempurna. Orang-orang percaya Yesus Kristus dan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat dengan kerinduan hati dan pergumulan iman melaksanakan dan mendukung pelaksanaan Amanat Agung ini. Pelaksanaan perintah Agung ini disebut pemberitaan Injil.
Jadi, apa itu Injil?
Orang-orang percaya dan beriman kepada Yesus Kristus menyatakan bahwa Injil ialah Kabar Baik, Kabar Damai, Kabar Kebenaran, Kabar Sukacita, Kabar yang membebaskan seluruh umat manusia dari belenggu kuasa Iblis dan dosa. Ini jabawan yang benar: Ya dan Amin.
Tetapi, apa itu Injil? Rasul Paulus mengatakan, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah, Injil menyelamatkan umat manusia, Injil menyatakan kebenaran Allah…” (Roma 1:16-17).
Ya, amin dan benar bahwa Injil adalah kekuatan Allah. Injil menyelamatkan umat manusia dari belenggu kuasa Iblis dan dosa, dan menyatakan kebenaran Allah.
Tetapi, apa itu Injil? Rasul Paulus juga menegaskan komitmen imannya dan mengingatkan kepada kita semua. “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Korintus 9:16). Ya, kami setuju dan seiman dengan rasul Paulus, bahwa Injil harus diberitakan kepada semua bangsa.
Tetapi, apa itu Injil?
Rasul Paulus dari penjara di Roma menulis surat kepada Jemaat di Filipi dan kepada kita saat ini. “Memang sudah sepatutnya aku berpikir demikian akan kamu semua, sebab kamu ada di dalam hatiku, oleh karena kamu semua turut mendapat bagian dalam kasih karunia yang diberikan kepadaku, baik pada waktu dipenjarakan, maupun pada waktu aku membela dan meneguhkan Berita Injil” (Filipi 1:7).
Apa itu Berita Injil maka rasul Paulus membela dan meneguhkan Berita Injil? Rasul Paulus menegaskan imannya kepada Injil. “Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil” (Fil. 1:12)
Apa itu Injil sehingga rasul Paulus dipenjarakan dan ia mengatakan pemenjaraannya terjadi kemajuan Injil? Rasul Paulus memberikan jawaban pertanyaan-pertanyaan “apa itu Injil?” “…sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain bahwa aku dipenjarakan karena Kristus” (Fil. 1:12b).
Rasul Paulus mengajarkan kepada kita bahwa Injil itu berita baik, kabar sukacita, kabar damai yang mendamaikan Allah dengan manusia, damai antara manusia dengan sesamanya dan yang mendamaikan manusia dengan alam, kabar yang menyelamatkan, kabar yang membebaskan, kabar yang memberikan pengharapan jaminan kepastian hidup kekal bagi orang-orang beriman dan percaya kepada Injil itu.
Kabar yang mengangkat martabat manusia. Kabar yang membuat setiap manusia memiliki kehormatan dan harga diri. Kabar yang meruntuhkan tembok-tembok permusuhan. Kabar yang membawa perubahan kehidupan sosial. Kabar yang membuat kehidupan politik stabil dan tertib. Kabar yang membawa pertobatan, pembaharuan, perubahan dan kelahiran baru. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17).
Rasul Paulus menyampaikan kepada gereja di Korintus dan kepada kita sekarang. “Dan sekarang saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan-kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” ( 1 Korintus 15:1-4).
Ijinkan saya mengulang kembali apa yang diyakini Rasul Paulus: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah, Injil menyelamatkan umat manusia, Injil menyatakan kebenaran Allah…” (Roma 1:16-17).
Apa Injil yang dipercayai rasul Paulus sebagai kekuatan Allah, Injil itu menyelamatkan umat manusia dari belenggu kuasa Iblis dan dosa, Injil itu menyatakan kebenaran Allah? Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus dan saya kasihi, dalam renungan dan refleksi iman ini, saya mau sampaikan, bahwa Injil ialah berita tentang kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus.
Rasul Paulus merumuskan kabar baik dan sukacita besar ini. “Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. Injil itu telah dinjanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita” (Roma 1:1-4).
Injil ialah berita, kabar gembira. Injil adalah kekuatan Allah. Injil menyelamatkan dan Injil menyatakan kebenaran Allah melalui kelahiran, kematian, kebangkitan Yesus Kristus. Karena esensi Injil sudah jelas, maka pertanyaan kita ialah bagaimana Gereja menyatakan Injil dalam realitas kehidupan umat Tuhan di Tanah West Papua dari Sorong-Merauke?
Pesan Salib sangat jelas bagi Gereja Tuhan di bumi ini. Pesan Injil sangat tegas bagi orang-orang kudus dan imamat yang rajani di dunia ini. Pesan Yesus kepada Rasul Simon Petrus dan kita semua sangat terang. “Gembalakanlah domba-domba-Ku dengan dasar kasih” (Yohanes 21:15-19). Karena, “Pencuri datang untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10).
Gereja harus hadir dalam dunia realitas. Gereja tidak boleh berada di balik mimbar dan menghibur diri dengan ayat-ayat Alkitab. Karena Injil bukan khotbah. Injil bukan juga teori. Injil bukan bermeditasi. Injil itu nyata. Injil itu hadir di tengah-tengah realitas hidup umat manusia melalui kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus.
Gereja tidak boleh membiarkan mereka umat Tuhan di Tanah Papua diperlakukan tidak adil, tidak manusiawi atas nama keamanan dan kepentingan nasional. Gereja harus berpihak kepada umat Tuhan untuk menggembalakan dan melindungi mereka dengan Injil adalah kekuatan Allah.
Gereja tidak boleh berada di wilayah abu-abu dan menonton serta tidak boleh acuh tak acuh ketika umat Tuhan di tanah ini dibantai seperti hewan dan binatang dengan stigma OPM, separatis, makar dan KKSB. Kekejaman dan cara-cara kriminal yang dilakukan aparat keamanan TNI-Polri atas nama keamanan nasional harus dilawan dan dihentikan. Karena integritas manusia lebih penting daripada kepentingan nasional. Karena manusia adalah gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26).
Amanat Yesus sudah jelas untuk Gereja-Nya untuk bertindak. Gereja tidak boleh berada di zona atau wilayah netral karena Yesus tidak pernah mengajarkan Gereja untuk berdiri netral. Gereja diutus untuk benar-benar menjadi garam dan terang dunia dalam sikap dan langkah untuk seluruh umat manusia sebagai gereja itu sendiri.
Yesus tidak pernah hadir sebagai pribadi yang netral, tetapi Ia hadir untuk menentang kuasa Iblis, kuasa dosa, kegelapan, ketidakadilan, ketidakbenaran, ketidakjujuran dan kejahatan. Yesus hadir di tengah-tengah umat yang teraniaya dan tertindas dan berpihak kepada mereka yang berjuang untuk keadilan, perdamaian dan martabat manusia.
Prof Dr Franz Magnis-Suseno memberikan kesimpulan yang akurat dan tepat tentang keadaan rakyat Papua yang sangat buruk selama ini dalam bukunya, Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme (2015, hal. 255, 257). “…Ada kesan bahwa orang-orang Papua mendapat perlakuan seakan-akan mereka belum diakui sebagai manusia…. Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu tertutup bagi media asing. Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia.” (hal. 255).
Magnis lebih jauh mengatakan, “…kita akan ditelanjangi di depan dunia beradab sebagai bangsa biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak dipakai senjata tajam.” (hal. 257). Dalam keyakinan iman ini, saya sangat sependapat dengan pernyataan iman Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo sebagai seorang gembala dan pemimpin rohani di Timor Leste sebagai berikut.
Belo mengatakan, “…dalam realita kalau sudah menyangkut pribadi manusia, walaupun dengan alasan keamanan nasional, Gereja akan memihak pada person. Karena pribadi manusia harganya lebih tinggi daripada keamanan negara atau kepentingan nasional.” (Sumber: Voice of the Voiceless: Frans Sihol Siagian dan Peter Tukan, 1997: hal. 127).
Doa dan harapan saya, melalui renungan dan refleksi ini, para pembaca mendapat pencerahan dan pemahaman yang benar arti dan makna yang terkandung dalam kata “Injil.” Selamat Merayakan HUT Injil ke-168. Tuhan memberkati kita semua.