TIMIKA, ODIYAIWUU.com — Sebanyak 116 dari 410 siswa dan siswi dari kelurga suku Amungme dan Kamoro di SMA Negeri 5 Sentra Pendidikan tak mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak asli Papua, khususnya dari dua suku besar itu dan suku-suku kekerabatan lainnya.
Selain tinggal jauh dari sekolah, hingga kini tak ada bus kota yang disediakan pemerintah untuk mengantar dan menjemput anak-anak asli tersebut dari rumah ke sekolah. Buntutnya, kadang mereka ke sekolah tetapi lebih banyak tinggal di rumah.
“Ratusan anak suku asli itu kadang satu atau dua kali sebulan masuk sekolah. Saat ini ada dua unit bus untuk hantar dan jemput, tapi tidak sampai ke alamat mereka. Dua bus itu tidak menjangkau sampai ke rumah mereka,” ujar Kepala SMAN 5 Sentra Pendidikan Johanes Napan kepada Odiyaiwuu.com dari Timika, kota Kabupaten Mimika, Papua, Rabu (21/9).
Menurut Napan, ratusan anak didiknya itu punya semangat dan kemauan besar untuk sekolah. Sayangnya, selain terkendala bus antar jemput, anak-anak juga meninggalkan asrama SMA Negeri 5 Sentra Pendidikan sejak Covid-19 melanda dunia. Anak-anak kembali ke rumah orangtuanya atau keluarga bahkan memilih tinggal di kos.
“Kasihan sekali. Ya, kalau tinggal di asrama, lalu anak-anak makan apa? Persoalan ini telah berulang kali disampaikan ke Dinas Pendidikan Mimika dan Dinas Pendidikan Provinsi Papua. Pihak Disdik Mimika mengatakan persoalan tersebut menjadi tanggungjawab Disdik Provinsi. Sedang Disdik Provinsi mengatakan, persoalan itu diserahkan kembali ke daerah,” ujar Napan.
Pustakawan SMA Negeri Sentra Pendidikan Rufina Hungan mengaku prihatin juga ratusan anak didik suku-suku asli meninggalkan sekolah dan asrama. Ruang perpustakaan yang ramai jadi tempat baca dan diskusi menjadi sepi.
“Kalau anak-anak masuk sekolah atau tinggal di asrama, ruang perpustakaan sangat ramai. Mereka membaca dan berdiskusi satu sama lain. Kami juga saling diskusi kalau ada pelajaran yang mereka anggap sulit. Biasanya, kami juga memilih waktu tertentu untuk kamping rohani,” ujar Rufina kepada Odiyaiwuu.com saat dihubungi di Timika, Rabu (21/9).
Sedangkan Napan menambahkan, asrama SMAN SP-5 sempat digunakan KONI Papua sebagai penginapan pagi atlet dan tamu PON XX Papua beberapa waktu lalu. Sesuai perjanjiaan, usai PON XX dilaksanakan serah terima tetapi hingga kini belum terwujud.
“Saya yang tandatangan. Kini provinsi sampaikan bahwa setelah PON, semua fasilitas asrama itu akan jadi milik SMA, SMP dan SD Sentra Pendidikan, tapi sekarang tidak dilakukan serah terima. Kalau memang beralasan bahwa dalam asrama itu masih ada fasilitas KONI, silahkan diambil kembali agar anak-anak tinggal kembali di asrama,” kata Napan. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)