Presiden Jokowi: Guru Penentu Peradaban, Nasib Anak Perintis Pendidikan dan Cucu Pemilik Ulayat Freeport Terlantar - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Presiden Jokowi: Guru Penentu Peradaban, Nasib Anak Perintis Pendidikan dan Cucu Pemilik Ulayat Freeport Terlantar

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Simeon Solo, guru perintis SD Inpres Peke, Distrik Agimuga, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah. Foto: Istimewa

Loading

JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan refleksi singkat terkait guru pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN) dan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tahun 2023, Sabtu (25/11).

“Guru bukan lagi sekadar seorang yang digugu dan ditiru, yang menjadi suri teladan anak-anak didik, melainkan tokoh yang menentukan laju peradaban bangsa,” ujar Presiden Joko Widodo melalui akun Instagram, @jokowi dan dikutip Odiyaiwuu.com di Jakarta, Sabtu (25/11).

Menurut Jokowi, selain sekadar sosok digugu dan ditiru atau suri teladan anak-anak didik, guru di mata mantan Gubernur DKI Jakarta adalah jembatan emas melangkah ke masa depan.

“Mereka (guru) menjadi jembatan anak-anak masa kini untuk melangkah ke masa depan. Di pundak mereka tersampir harapan orang tua,” kata Jokowi, mantan Wali Kota Surakarta.

Presiden Joko Widodo, Rabu (22/11) melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Dalam rangkaian kunjungan tersebut, Presiden Jokowi juga meresmikan kampung nelayan modern di Desa Samber, Binyeri, Biak Numfor, Papua.

Presiden juga bertemu dengan para pelajar SD dan SMP dan berdialog dengan para pelajar anak-anak di Ballroom Padaido Swiss-Belhotel, Kabupaten Biak Numfor, Papua.

“Saya bertemu para pelajar SD dan SMP di Ballroom Padaido Swiss-Belhotel, Kabupaten Biak Numfor, Papua, hari Rabu (22/11) kemarin. Anak-anak Papua ini kritis dan berani. Ada yang bertanya, ‘Jika saya ingin membangun Papua, saya harus memulainya dari mana?’ Mereka (anak-anak Papua) juga pintar-pintar,” ujar Jokowi.

Kisah tentang Putera-puteri tanah Papua yang cerdas juga diutarakan Simeon Solo. Sejak tiba di Fakfak tahun 1974, Solo langsung menjadi guru di SD Balai Latihan Kerja (BLK) Sungai Fakfak, kota Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. SD BLK ini saat itu dikelola Misi Katolik.

Bermodal perahu layar dari Lewoleba, kota Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur selama 6 minggu, Simeon bersama puluhan rekannya sesama lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di Kabupaten Flores Timur (sebelum Lembata pisah dari Flores Timur), setia di dalam perut perahu menerjang ganasnya laut menuju Irian Jaya.

“Kami bertolak dari dermaga Lewoleba, kota Pembantu Bupati Flores Timur wilayah Lembata April 1974. Tiba di Fakfak, saya langsung mengajar di Fakfak, kota Kabupaten Fakfak,” ujar Simeon Solo kepada Odiyaiwuu.com dari Fakfak, kota Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, Jumat (24/11).

Menurut Simeon, pada Desember 1975, ia langsung diangkat jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) lalu mendapat tugas merintis SD Inpres Peke (kala itu), Distrik Agimuga, Fakfak. SD Inpres Peke sangat jauh dari Timika, Fakfak (kini Kabupaten Mimika).

Selama satu setengah tahun ia mengaku menjadi guru seorang diri merangkap kepala sekolah karena pejabat yang ditunjuk saat ini masih cuti mendampingi isterinya yang akan melahirkan. Tugas sebagai guru seorang diri merangkap kepala sekolah, ia jalani 1976-1978.

“SD Inpres Peke saya rintis dan menampung anak-anak asli. Sekolah itu saat ini sudah berganti nama jadi SD Inpres Jita. Letak sekolah ini kala itu berbatasan langsung antara Asmat (Mimika, saat itu) dengan Merauke (Provinsi Papua Selatan). Anak-anak Papua pintar dan cerdas namun butuh kesabaran guru mendidik mereka meraih masa depan,” ujar Simeon, guru yang lahir 15 Juni 1952 di kampung Kluang, Desa Belabaja (Boto), Kecamatan Nagawutun, Lembata, NTT.

Namun, tahun 1976, insiden kelam dihadapi Simeon dan isterinya, Gereta Kelanangame (Almrmh), perempuan asli Papua kelahiran Tsinga, dekat Grassberg, Tembagapura, Mimika. Saat itu, anggota OPM masuk dan membunuh para pegawai dan guru-guru pendatang yang bertugas di Peke, terutama pendatang dari NTT, Maluku, dan Bugis.

“Tuhan sungguh baik. Saat itu saya dan isteri numpang di perahu motor yang isinya para tukang bangunan yang hendak ke Agimuga untuk bangun gedung sekolah. Pegawai yang tinggal dengan saya di Peke kebetulan mau ke Agimuga juga sehingga saya dan maitua (isteri) ikut sehingga selamat. Tuhan sayang kami karena mungkin isteri saya anak pemilik ulayat Tembagapura, yang kini jadi area tambang Freeport Indonesia,” kata Simeon.

Menurut Simeon, dari pernikahan dengan Gereta Kalanangame, mereka dikaruniai anak-anak: si sulung Garden de Ona, kini mengabdi di Kabupaten Deiyai, Papua Tengah. Sedang anak kedua, Aryanto de Ona, ketiga Paul Suban de Ona, dan si bungsu Katharina Kire de Ona.

“Anak saya, Yanto (Aryanto de Ona) sedang berjuang menjadi tenaga P3K di salah satu kabupaten di Papua Tengah. Sedang Paul tinggal di Timika dan jadi buruh kasar di tanah Amungsa setelah di-PHK Freeport Indonesia. Begitu juga anak bungsu, Katharina juga sementara tinggal di Deiyai masih cari kerja di sana. Ya, hingga saat ini saya masih setia berdoa agar mereka bisa punya pekerjaan yang layak,” ujar Simeon.

Presiden Jokowi sangat resepek terhadap guru, apalagi guru-guru yang telah mendidiknya. Jokowi pernah merasa kaget saat bertemu dengan para guru semasa ia duduk di bangku SMP dan SMA. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (kala itu) Anies Baswedan adalah orang yang mengupayakan pertemuan Jokowi dengan gurunya.

“Pas saya masuk, saya kaget Pak Mendikbud bilang (acara ini) dihadirkan di sini, guru Bapak saat di SMP dan SMA,” kata Jokowi saat berpidato di acara puncak peringatan Hari Guru Nasional di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (24/11/2015).

Saat itu, Jokowi menyalami dua gurunya. Salah satunya adalah Nurhayati yang merupakan guru Biologi. “Beliau guru Biologi saya. Karena sudah 40 tahun tidak ketemu, mudah-mudahan tidak salah ingat,” ujar Jokowi.

Jokowi juga sempat menyebutkan guru-gurunya yang lain yang hadir dalam acara tersebut, di antaranya Sudadi, Sih Winarni, dan Ning selaku guru Kimia. “Dulu (pelajaran) Kimia saya nilainya paling bagus, tanya Bu Ning. Banyak yang tidak percaya saya pandai, karena guru-guru saya, bukan saya,” kata Presiden.

Usai pidato, Jokowi sempat berfoto bersama dengan guru berprestasi penerima penghargaan dan guru-guru semasa dirinya bersekolah. Jokowi tampak berlutut dan mencium tangan seorang guru perempuan yang duduk di kursi roda.

Guru tersebut membalas dengan memeluk Jokowi. Sebelum meninggalkan lokasi, Jokowi sempat bersalaman dengan ratusan guru dan menerima permintaan foto bersama. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :